Anda di halaman 1dari 23

KELAINAN REFRAKSI

Penyusun:
MASRURIN (08700252)
ADELE HUTAPEA (09700369)

Pembimbing:
Dr. Rini Kusumawar Dhany, Sp.M

RSUD Dr. Wahiddin Sudirohusodho Kota Mojokerto 1


Latar Belakang (i)
• Kelainan refraksi merupakan salah satu kelainan mata yang sering
menimbulkan kebutaan di negara-negara berkembang, khususnya di
Indonesia. ¹
• Masalah refraksi dan akomodasi mata diyakini sebagai bentuk kelainan
anatomis sehingga faktor genetik mempengaruhi terjadinya kelainan
penglihatan ini.
• Refraksi atau bias adalah pembelokan berkas cahaya. Refraksi terjadi
jika berkas cahaya memasuki medium dengan densitas yang lebih
tinggi maka cahaya akan melambat dan mengubah arah jika mengenai
suatu permukaan, sehingga jatuh pada sudut tegak lurus.
• Pada organ okuli, mekanisme fisika refraksi adalah dasar dari daya
penglihatan, dimana permukaan bola mata memiliki kemampuan untuk
memantulkan berkas cahaya sehingga menimbulkan bayangan yang
kejelasannya dipengaruhi oleh sudut-sudut bola mata yang terbentuk
ketika berakomodasi.
2
Latar Belakang (ii)
• Kapasitas refraksi cahaya oleh organ okuli dipengaruhi oleh faktor tipe
kecembungan bola mata. Faktor ini dipengaruhi oleh sifat genetik.
• Kekuatan otot sirkular dari siliar mempengaruhi daya akomodasi okuli
untuk membentuk karakter sudut, ketika menerima cahaya dari luar.
Termasuk dalam mekanisme ini adalah pengaruh nervus parasimpatis
N.III yang mengatur gerak pupil dalam mengendalikan cahaya yang
masuk. Daya akomodasi ini juga mendasari kemampuan mata untuk
menetapkan fokus target obyek dengan seketika.
• Faktor usia memegang peranan penting pada refraksi penglihatan.
Anak-anak dapat memfokuskan benda pada jarak 8 cm, tetapi rekleks
akomodasi menurun pada usia lebih dari 10 tahun. Pada usia 40-an
tahun akomodasi berkurang setengahnya, dan di usia rata-rata di atas
60-an tahun orang akan kehilangan daya refleks akomodasi akibat
hilangnya fleksibilitas akomodasi okuli. ²

3
PENDAHULUAN
• Kelainan refraksi adalah keadaan bayangan tegas yang tidak
dibentuk pada retina. Secara umum, terjadi ketidak seimbangan
sistem penglihatan pada mata sehingga menghasilkan bayangan
yang kabur.
• Penyebabnya, sinar tidak dibiaskan tepat pada retina, tetapi dapat di
depan atau di belakang retina dan tidak terletak pada satu titik fokus.
• Kelainan refraksi dapat diakibatkan terjadinya kelainan kelengkungan
kornea dan lensa, perubahan indeks bias, dan kelainan panjang
sumbu bola mata
• Ametropia adalah suatu keadaan mata dengan kelainan refraksi
sehingga pada mata yang dalam keadaan istirahat memberikan
fokus yang tidak terletak pada retina. Ametropia dapat ditemukan
dalam bentuk kelainan miopia (rabun jauh), hipermetropia (rabun
dekat), dan astigmat.

4
EPIDEMIOLOGI ³
• Sekitar 148 juta atau 51% penduduk di Amerika Serikat memakai alat
pengkoreksi gangguan refraksi, dengan penggunaan lensa kontak
mencapai 34 juta orang.
• Angka kejadian rabun jauh meningkat sesuai dengan pertambahan
usia. Jumlah penderita rabun jauh di Amerika Serikat berkisar 3%
antara usia 5-7 tahun, 8% antara usia 8-10 tahun, 14% antara usia 11-
12 tahun dan 25% antara usia 12-17 tahun.
• Pada etnis tertentu, peningkatan angka kejadian juga terjadi walupun
persentase tiap usia berbeda.
• Etnis Cina memiliki insiden rabun jauh lebih tinggi pada seluruh usia.
Studi nasional Taiwan menemukan prevalensi sebanyak 12% pada
usia  6 tahun dan 84 % pada usia 16-18 tahun. Angka yang sama juga
dijumpai di Singapura dan Jepang.
• Di Indonesia, kelainan refraksi termasuk penyakit mata yang sering
menimbulkan kebutaan.
5
EMETROPIA (MATA NORMAL)

• Pada mata normal kornea dan lensa membelokkan sinar pada titik fokus yang tepat pada
sentral retina
• Organ okuli yang memegang peranan penting pada mekanisme refraksi adalah:
1. Kornea :jendela penerimaan cahaya yang cembung
2. Iris: selaput pelangi untuk mengatur volume sinar ke dalam pupil
3. Pupil : mengatur jumlah sinar masuk ke dalam bola mata
4. Badan siliar : untuk berakomodasi dan menghasilkan cairan mata
5. Lensa : guna membiaskan sinar 20% atau 10 diptri, sangat berperan saat melihat dekat
dan menjadi kaku pada usia tua
6. Retina
7. Saraf optik
6
AMETROPIA

7
A. MIOPIA (Rabun Jauh)

• Definisi: suatu keadaan mata yang memiliki kekuatan pembiasan sinar


yang berlebihan sehingga sinar yang sejajar datang dibiaskan di depan
retina, akibatnya mata dapat melihat dekat namun kabur jika melihat
jauh.
• Gejala : mata mudah lelah, berair, pusing, mengantuk
• Klasifikasi beratnya miopia
miopia ringan s/d - 3 dioptri
miopia sedang antara -3 s/d - 6 dioptri
miopia berat > - 6 dioptri
8
A. MIOPIA (Rabun Jauh)

• Pengobatan
Kaca mata minus
Lensa kontak
Operatif:
a. Keratotomi radial
b. Keratektomi fotorefraktif
c. Lasser Assited In Situ
Interlamelar
keratomilieasus (LASIK)

9
B. HIPERMETROPIA (Rabun Dekat)

• Suatu keadaan dimana kekuatan pembiasan mata melemah dimana


sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokus jatuh di
belakang retina.
• Penyebabnya;
a. Bola mata pendek atau sumbu antero-posterior memendek
(h.sumbu atau aksial.
b. Kurangnya kelengkungan kornea atau lensa (h. Kurvatur)
c. Terdapat indeks bias yang bias pada sistem optik (h.refraktif)
• Gejala : penglihatan dekat dan jauh kabur, sakit kepala, penglihatan
ganda, silau, kadang merasa juling, mata lelah.
10
B. HIPERMETROPIA (Rabun Dekat)

• Pengobatan :
lensa sferis positif (konvergen) atau plus
terbesar yang memberikan ketajaman
penglihatan maksimal.

11
C. Astigmat (Silinder)

• Umumnya setiap orang mempunyai astigmat ringan. Astigmat bisa


bersifat diturunkan atau terjadi sejak lahir dan biasanya berjalan bersama
dengan miopia dan hipermetropia dan tidak banyak terjadi perubahan
selama hidup.
• Astigmatisma adalah suatu keadaan refraksi yang memakai dua
kekuatan pembiasan yang saling tegak lurus untuk mendapatkan
penglihatan jauh dengan jelas. Hal ini disebabkan kornea yang
mempunyai daya bias berbeda-beda pada berbagai meridian pembukaan
mata atau kornea.
12
C. Astigmat (Silinder)
• Penderita astigmat biasanya akan memberikan keluhan :
Melihat ganda dengan satu atau kedua mata
Melihat benda bulat menjadi lonjong
Pada astigmat, penglihatan akan kabur untuk jauh maupun dekat
Untuk melihat sering mengecilkan celah kelopak mata
Sakit kepala
Mata tegang atau pegal
Mata cepat lelah
• Satuan atau ukuran pada astigmat dinyatakan dengan silinder dapat dengan
• Notasi minus ataupun notasi plus, dimana pada astigmat terdapat axis yang
menyatakan sudut sumbu garis yang menghubungkan titik pertengahan pupil
dengan titik nodus.
• Koreksi astigmat digunakan lensa silinder.

13
C. Astigmat (Silinder)
• Astigmat Reguler:
Apabila kekuatan refraksi berubah secara teratur dari satu meridian ke
meridian yang lain akibat adanya kelainan kornea, lensa dan retina.
• Astigmat Ireguler:
Apabila tidak terdapat dua meridian yang saling tegak lurus,
penyebabnya adalah perbedaan kelengkungan kornea pada meridian
yang sama, sehingga bayangan menjadi ireguler. Keadaan ini dapat
disebabkan oleh infeksi kornea, trauma, distrofi selaput bening.
Astigmat ireguler dikoreksi dengan lensa kontak
• Tes astigmat:

14
D. Presbiopia (Mata Tua)

• Presbiopia adalah perkembangan normal yang berhubungan dengan


usia, dimana akomodasi yang diperlukan untuk melihat dekat perlahan-
lahan berkurang.
• Penurunan daya akomodasi mata adalah manifestasi degeneratif yang
menyebabkan orang mengalami rabun dekat seiring dengan
pertambahan usia.
• Pada umumnya jika telah berada pada usia diatas 40 tahun seseorang
akan membutuhkan kacamata baca akibat telah terjadinya presbiopi
15
D. Presbiopia (Mata Tua)

• Ketentuan lensa baca pada mata tua:


+1.00 dioptri untuk usia 40 tahun
+1.50 dioptri untuk usia 45 tahun
+2.00 dioptri untuk usia 50 tahun
+2.50 dioptri untuk usia 55 tahun
+3.00 dioptri untuk usia 60 tahun
• Dikarenakan jarak baca biasanya adalah
33 cm, maka adisi +3.00 dioptri adalah
lensa positif terkuat yang dapat diberikan
pada seseorang.

 
16
KASUS
Identitas Pasien
•Nama : Tn. “B”
•Umur : 35 tahun
•Jenis Kelamin : Laki - laki
•Alamat : Suratan I/80 Pralon, Mojokerto
•Agama : Islam
•Pekerjaan : Wiraswasta

Anamnesis (autoanamnesia)
•Keluhan Utama
Pandangan kedua mata kabur saat melihat jauh
•Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan kedua mata terasa kabur saat melihat jauh, keluhan
dirasakan sejak 2 bulan yang lalu. Awalnya bisa melihat namun perlahan penglihatan
kedua mata menurun. Mata kabur saat melihat jauh, tetapi jelas saat melihat dekat.
Nyeri (-), merah (-) bengkak (-) panas (-) pusing (-), mual (-), muntah (-).
17
KASUS
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat memakai kacamata 2 tahun yang lalu
•Hipertensi disangkal.
•Diabetes disangkal.
Riwayat pengobatan
•Belum pernah berobat sebelumnya, hanya memakai kacamata 2 tahun yang
lalu.
Pemeriksaan Fisik
•Keadaan umum : baik
•Kesadaran : Compos mentis
•Vital Sign : T=130/80 mmH N: 92x/menit RR : 20x/menit
•Pemeriksaan kepala leher : dbn
•Pemeriksaan thorax : dbn
•Pemeriksaan Abdomen : dbn
•Pemeriksaan ekstremitas : dbn
18
KASUS
• Status Oftalmologis
Palpebra : hiperemi -/-
Konjungtiva : hiperemi -/-
Kornea : jernih +/+
BMD : dalam +/+
Iris : radier / radier
Pupil : isokhor +/+ RC: Ø 3 mm / 3 mm
Lensa : jernih +/+

Pemeriksaan visus dengan snellen chart :


• OD : S- 2,50
• OS : S- 2,00

19
KASUS

• Assesment :
ODS. myopia ringan (rabun jauh)
• Planning terapi : kacamata minus.
• Resep kaca mata:
OD. S -2.50
OD. S -2.00
Jarak kedua pupil : 62/64 mm
Jarak jauh
20
KESIMPULAN

• Kelainan refraksi merupakan masalah gangguan


penglihatan yang luas di banyak di negara, tanpa batasan
usia, ras, dan faktor lingkungan.
• Di negara berkembang seperti Indonesia,kelainan refraksi
masih merupakan ancaman penyebab kebutaan pada usia
dini sehingga memerlukan sosialisasi yang lebih baik
tentang gejala-gejala dan penanganan yang tepat.
• Kelainan refraksi sesuai patofisiologinya masing-masing
dapat dikoreksi dengan menggunakan kaca mata, lensa
kontak, hingga tindakan operatif yang secara umum
mengatasi abnormalitas anatomis organ-organ okuli yang
berperan pada terjadinya refraksi.

21
Kutipan Daftar Pustaka

1.Lima Penyakit Mata tersering di Indonesia


:http://nationalgeographic.co.id/berita/2013/10/inilah-lima-penyakit-mata-
tersering-di-indonesia-i
2.Refraksi Cahaya pada Mata : www.medicinesia.com
3.Refraksi: www.perdami.or.id
4.Ilyas, Sidarta. 2009. Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI press
5.Yanoff M, Duker JS. 2004. Ophtalmology. 2nd ed, p. 416-419. St Louis,
MO: Mosby
6.Nurwasis, dkk. 2006. Pedoman Diagnosis dan Terapi SMF Ilmu
Penyakit Mata, Penerbit: FK Unair, Surabaya.

22
THANK YOU

23

Anda mungkin juga menyukai