Anda di halaman 1dari 25

KELOMPOK STRENGTH

NAMA-NAMA KELOMPOK STRENGTH :

 INA VERNITA EDO PITA


 JEANETH NOVIANTIKA MENNO BIRE

 MARIA ANJELINA BUPU


 NEDRY MBEO
MATERI :

“ETIKA BISNIS DAN


KEWIRAUSAHAAN”
1.1 PENGERTIAN ETIKA BERWIRAUSAHA

Etika berasal dari bahasa Yunani , ethos, yang


dalam bentuk jamak ta etha berarti adat istiadat
atau kebiasaan. Dalam pengertian ini etika
berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik
pada diri seseorang maupun baik pada suatu
masyarakat atau kelompok masyarakat. Beberapa
pengertian etika adalah sebagai berikut :
1. Etika adalah perbuatan standar yang memimpin
individu dalam membuat keputusan.
2. Etika adalah suatu studi mengenai yang benar
dan yang salah serta pilihan moral yang
dilakukan seseorang.
3. Keputusan etis adalah suatu hal yang benar yang
mengenai perilaku standar.
Etika bisnis masuk dalam kelompok etika profesi.
Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi
dengan pendidikan keahlian (keterampilan,
kejujuran dan lain sebagainya). Profesional
berhubungan dengan profesi. Setiap profesi
memerlukan kepandaian khusus untuk
menjalankannya, mengahruskan adanya
pembayaran untuk melakukannya.
1.2 HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN

Hak Konsumen :
1) Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam
mengonsumsi barang dan atau jasa.
2) Hak untuk memilih barang dan atau ajasa serta mendapatkan
barang dan atau jasa tersebut sesuai nilai tukar dan kondisi serta
jamina yang dijanjikan.
3) Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi
dan jaminan barang dan atau jasa
4) Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan
atau jasa yang digunakan.
5) Hak untuk mendapatkan adovokasi, perlindungan konsumen dan
upaya penyelasaian sangketa perlindungan konsumen secara
patut.
6) Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen.
7) Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta
tidak diskriminatif.
8) Hak untuk mendapatkan kopensasi, ganti rugi, dan atau
penggantian jika barang dan atau jasa yang diterima tidak sesuai
dengan perjanjian dan tidak sebaimana mestinya.
9) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan perundang-undangan
lainnya.

Kewajiban Konsumen :
10) Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur
pemakaian atau pemanfataan barang dan atau jasa demi
keamanan dan keselamatan.
2) Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembeliaan barang dan
atau jasa.
3) Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati.
4) Mengikuti upaya penyelasaian hukum sengketa perlindungan
konsumen secara patut.

Hak Produsen (perilaku usaha, wirausaha) :


5) Hak menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai
kondisi dan nilai tukar barang dan atau jasa yang diperdagangkan.
6) Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen
yang beritikad tidak baik.
7) Hak untuk pembelaan diri di dalam penyelasaian hukum sengketa
konsumen.
4) Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum
bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan
atau jasa yang diperdagangkan.
5) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku

Kewajiban Produsen (perilaku usaha, wirausaha) :


6) Beritikad baik dalam kegiatan usahanya.

7) Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai


kondisi dan jaminan brang dan atau jasa serta memberikan
penjelasan atas pengguanaan, perbaikan dan pemeliharaan.
8) Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur
serta tidak diskriminatif.
4) Menjamin mutu barang dan atau jasa yang diproduksi dan atau
jasa diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu dan
atau jasa yang berlaku.
5) Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji dan
atau mencoba barang dan atau jasa yang dibuat dan atau jasa
yang dipergunakan.
6) Memberi kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian atas
kerugian akibat pengguanaan, pemakaian, dan pemanfataan
barang dan atau jasa yang diperdagangkan.
7) Memberi kompensasi ganti rugi dan atau penggantian bila
barang dan atau ajsa yang dierima atau dimanfaatkan tidak
sesuai dengan perjanjian.
1.3 PERBUATAN YANG DILARANG BAGI PRODUSEN

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan


Konsumen telah mengatur larangan untuk produsen atau perilaku
usaha dalam menjalankan kegiatannya. Larangan tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Tidak memenuhi atau tidak sesuai standar yang dipersyaratkan
dari ketentuan perundang-undangan.
2. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih (netto), dan jumlah
dalam hitungan sebagaimana dinyatakan dalam label atau etiket
barang tersebut.
3. Tidak sesuasi dengan ukuran, takaran, timbangan, dan jumlah
hitungan menurut ukkuran yang sebenarnya.
4. Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan, atau
kemajuran sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket, atau
keterengan barang dan atau jasa tersebut.
5. Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses
pengelolaan, gaya, mode, atau penggunaan tertentu sebagaimana
dinyatakan dalam label, etiket, atau keterangan barang dan atau jasa
tersebut.
6. Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket,
keterangah, iklan, atau promosi barang dan atau jasa tersebut.
7. Tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa atau jangka waktu
penggunaan (pemanfaatan) yang paling baik atas barang tertentu.
Jangka waktu penggunaan (pemanfaatan) yang paling baik adalah
terjemahan dari kata best before yang bisa digunakan dalam label
produk makanan.
8. Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana
dinyatakan “halal” yang dicantumkan dalam label.
9. Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang
memuat nama barang, ukuran, berat bersih atau isi bersih (netto),
komposisi, aturan pakai, tanggal pembuatan, efek samping, nama
dan alamat produsen, serta keterangan lain untuk pengguanaan
yang menurut ketentuan harus dipasang atau dibuat.
10. Tidak mencantumkan informasi dan atau petunjuk penggunaan
barang dalam bahasa Indonesia seuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
11. Memperdagangkan barang yang rusak, catat atau bekas, dan
tercemar tanpa memberikan informasi yang lengkap.
12. Memperdangangkan sediaan formasi dan pangan yang rusak,
cacat atau bekas, dan tercemar, dengan atau tanpa memberikan
informasi secara lengkap.
1.4 FUNDAMENTAL ETIKA YANG BERLAKU PADA SEMUA
ETNIS
Fundamental etika yang berlaku pada semua etnis menurut
Zimmerer (1996) terdiri atas :
1. Sopan santun 6. Menjaga satu sama lain (caring
for others)
2. Integritas (integrity) 7. Saling menghargai satu sama lain
(respect for others)
3. Menjaga Janji 8. Warga negara yang bertanggung
jawab (responsible citizenship)
4. Kesetiaan, ketaatan 9. Pengerjaan keunggulan (pursuit of
(fidelity) excellence)
5. Kejujuran, kewajaran 10. Dapat dipertanggungjawabkan
(fairness) (accountability)
1.5 PRINSIP DAN KERANGKA KERJA
Menurut Suryana (2009), kerangka kerja etika dapat dikembangkan
melalui tiga tahap yaitu

1.
1. Mengakui
Mengakui dimensi-
dimensi- 2.
2. Mengidentifikasi
Mengidentifikasi 3.
3. Membuat
Membuat pilihan
pilihan
dimensi
dimensi etika
etika yang
yang pemilik
pemilik kepentingan,
kepentingan, alternatif
alternatif dan
dan
ada
ada sebagai
sebagai suatu
suatu kunci
kunci yang
yang terlibat
terlibat membedakan
membedakan antara
antara
alternatif
alternatif atau
atau dalam
dalam pengambilan
pengambilan tanggapan
tanggapan etika
etika dan
dan
keputusan.
keputusan. keputusan.
keputusan. bukan
bukan etika.
etika.

Sedangkan prinsip-prinsip etika adalah sebagai berikut :

1.
1. Usaha
Usaha membangun
membangun
kepercayaan
kepercayaan antar
antar 2.
2. Kejujuran
Kejujuran
anggota
anggota

3.
3. Keadilan
Keadilan 4.
4. Simpatik
Simpatik
1.6 ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

Etika adalah standar perilaku dan nilai-nilai moral yang


menyangkut tindakan yang benar dan salah yang terjadi di
lingkungan kerja. Corporate social responsibility (CSR) adalah
bentuk tanggung jawab dari setiap perusahaan terhadap lingkungan
terutama terhadap kemungkinan kerusakan lingkungan yang semakin
parah. Pengambialn keputusan harus saling menguntungkan baik
bagi perusahaan, para pemangku kepentingan, maupun keutuhan dan
perbaikan lingkungan hidup kantor.
1.7 PERILAKU ETIS VERSUS PERILAKU TIDAK ETIS

Perbandingan antara perilaku etis dan tidak etis adalah sebagai


berikut :
Perilaku Etis Perilaku Tidak Etis
(Positif) (Negatif)
Staf akan meniru perilaku Menggangu pengmabilan keputusan
pemimpinnya
Standar etis akan membentuk Dapat dituntut dengan undang-
kerangka kerja yang positif undang perlindungan konsumen
Bisnis tidak akan mampu bertahan
dalam jangka panjang

Kesimpulannya, wirausaha wajib berperilaku jujur dan etis serta


patuh terhadap undang-undang yang berlaku.
1.8 PERILAKU SALING MENIPU PARA WIRAUSAHA

Contoh berbagai tindak tipu-menipu dalam aktivitas bisnis dalah


sebagai berikut :
1. Pelaku bisnis dengan pelaku bisnis
a. Mengirim barang dengan jumlah yang tidak sama (kurang)
dengan faktur atau mengirim uang dengan cek kosong
b. Memengaruhi pihak lain untuk saling menjatuhkan
c. Salah satu dapat bangkrut, bahkan bisa kedua-duanya

2. Pelaku bisnis dengan konsumen


Memakai formalin untuk mengawetkan makanan, menutup-tutupi
kualitas barang yang rendah, ingkar janji, tetap mengirim barang
yang rusak kepada pembeli merupakan hal yang paling sering
terjadi.
3. Konsumen dengan pelaku bisnis
Membayar dengan cek kosong atau membayar tagihan lewat
rekening yang sudah ditutup. Bila samapi menjadi kasus hukum,
biasanya konsumen yang kalah.
4. Konsumen dengan konsumen
a. Janji tidak ditepati
b. Jumlah barang yang dikirim kurang dari yang tentara dalam
faktur
c. Kasusnya lebih sedikit
1.9 KEUNTUNGAN MENJAGA ETIKA

Keuntungan yang diperoleh seorang yang senantiasa menjaga etika


dalam perilaku hidupnya, antara lain :
I. Jika jujur dalam berbisnis, bisnisnya akan maju. Dengan
kejujuran, konsumen secara tidak langsung telah diuntungkan
II. Timbulnya kepercayaan. Bisnis adalah kepercayaan, jika sudah
tidak ada kepercayaan dalam berbisnis maka produk akan
ditinggalkan oleh konsumen.
III. Kemajuan terjaga. Jika perilaku etis (kesadaran etis,
perimbangkan etis, tindakan etis dan kepemimpinan etis) terjaga,
kemajuan akan terjadi.
IV. Perolehan laba akan meningkat. Jika kemajuan bisnis terjadi,
laba yang diperoleh akan meningkat.
V. Terjadi kesinambungan. Bisnis akan terjaga ekstitensi dan
kesinambungannya.
VI. Melakukan dengan cara yang baik, lebih baik atau dipandang
baik. Pebisnis jangan mematok diri pada aturan-aturan yang
berlaku, tetapi langsung. Suatu hal yang dianggap baik di suatu
negara atau daerah belum tentu cocok dan sesuai diterapkan di
negara atau daerah lain. Hal ini penting dieperhatikan bilamana
menginginkan usaha dapat terus berjalan tanpa gangguan.
1.10 PERBEDAAN ETIKA BERDASARKAN JENIS KELAMIN
Cara pria menyelasaikan masalah dilema etis seringkali berbeda
dengan wanita, seperti pada tabel berikut ini :
Cara Pria Dalam Menyelasaikan Cara Wanita Dalam
Dilema Etis Menyelasaikan Dilema Etis
1. Lebih memperhatikan masalah hak 1. Lebih memperhatikan perasaan
2. Menanyakan siapa yang benar 2. Menanyakan siapa yang akan terluka
3. Membuat keputusan berdasarkan nilai 3. Menghindari keputusan
4. Membuat keputusan yang bersifat 4. Memilih untuk berkompromi
tidak mendua
5. Mencari solusi yang objektif & adil 5. Mencari solusi untuk meminimalkan
yang terluka
6. Berpegangan pada peraturan 6. Berpegang pada komunikasi
7. Dituntun oleh logika 7. Dituntun oleh emosi
8. Menerima otoritas 8. Menentang otoritas
Menurut Kotler (1997), budaya perusahaan merupakan karakter
suatu perusahaan yang mencakup pengalaman, cerita, kepercayaan
dan norma bersama yang diatur oleh jajaran perusahaan. Hal ini
dapat terlihat dari cara karyawan dalam berpakaian, berbicara,
melayani tamu, pengaturan kantor, dan lain sebagainya. Wirausaha
harus dapat mencapai buadaya kerja dengan berlandaskan prinsip
prinsip etika seperti yang telah dibahas.
SEKIAN
&
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai