Islam
Sesungguhnya masa muda adalah masa yang sangat potensial. Karena
di masa ini adalah masa sempurnanya pertumbuhan fisik dan
kekuatan seorang manusia. Maka ini merupakan nikmat besar dari
Allah ta’ala yang seharusnya dimanfaatkan dengan sebaik-sebaiknya
untuk amal kebaikan guna meraih ridha Allah ta’ala. Namun, di masa
ini pula dorongan syahwat juga sangat kuat pada diri manusia.
Waktu luang bisa menjadi penyakit yang membinasakan pikiran, akal dan potensi fisik manusia, karena diri
manusia harus beraktifitas dan berbuat. Jika diri manusia tidak beraktifitas maka pikirannya akan beku, akalnya
akan buntu dan aktifitas dirinya akan lemah, sehingga hatinya akan dikuasai bisikan-bisikan pemikiran buruk,
yang terkadang akan melahirkan keinginan-keinginan buruk. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Ada dua nikmat yang kurang diperhatikan oleh kebanyakan manusia; yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR.
Abu Dawud no. 4833, Tirmidzi no. 2378 dan Hakim 4/189, dinyatakan shahih oleh al-Hakim dan disepakati oleh
adz-Dzahabi serta dihasankan oleh syaikh al-Albani)
Untuk mengatasi hal ini, hendaknya seorang pemuda berupaya untuk mengisi waktu luangnya dengan
kegiatan yang cocok dan bermanfaat untuknya, seperti membaca, menulis, berwiraswasta atau kegiatan
lainnya, untuk menghindari kekosongan aktifitas dirinya, dan menjadikannya sebagai anggota masyarakat yang
berbuat kebaikan untuk dirinya dan orang lain
Kedua: Memilih Teman Bergaul yang Baik
Hal ini sangat mempengaruhi akal, pikiran dan tingkah laku para pemuda. Oleh karena itulah
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Seorang manusia akan mengikuti agama teman dekatnya, maka hendaknya salah seorang
darimu melihat siapa yang dijadikan teman dekatnya.” (HR. Abu Dawud no. 4833, Tirmidzi no.
2378 dan Hakim 4/189, dinyatakan shahih oleh al-Hakim dan disepakati oleh adz-Dzahabi,
serta dihasankan oleh syaikh al-Albani).
Dalam hadits lain, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan teman duduk
(bergaul) yang baik dan teman duduk (bergaul) yang buruk (adalah) seperti pembawa
(penjual) minyak wangi dan peniup al-kiir (tempat menempa besi), maka penjual minyak
wangi bisa jadi dia memberimu minyak wangi, atau kamu membeli (minyak wangi) darinya,
atau (minimal) kamu akan mencium aroma yang harum darinya. Sedangkan peniup al-kiir
(tempat menempa besi) bisa jadi (apinya) akan membakar pakaianmu atau (minimal) kamu
akan mencium aroma yang tidak sedap darinya.” (HSR. Bukhari no. 5214 dan Muslim no. 2628)
Hadits yang mulia ini menunjukkan keutamaan duduk dan bergaul
dengan orang-orang yang baik akhlak dan tingkah lakunya, karena
pengaruh baik yang ditimbulkan dengan selalu menyertai mereka,
sekaligus menunjukkan larangan bergaul dengan orang-orang yang
buruk akhlaknya dan pelaku maksiat karena pengaruh buruk yang
ditimbulkan dengan selalu menyertai mereka. (Lihat kitab Syarhu
Shahih Muslim 16/178 dan Faidhul Qadiir 3/4)
Mengkonsumsi sumber-sumber bacaan yang merusak, baik berupa artikel, surat kabar, majalah
dan lain-lain, akan menyebabkan pendangkalan akidah dan agama seseorang, serta
menjerumuskannya ke dalam jurang kebinasaan, kekafiran dan keburukan akhlak. Khususnya jika
pemuda tersebut tidak memiliki latar belakang pendidikan agama yang kuat dan pola pikir yang
benar untuk dapat membedakan antara yang benar dan yang salah, serta yang bermanfaat dan
membinasakan.
Untuk mengatasi masalah ini, hendaknya seorang pemuda menjauhi sumber-sumber bacaan
tersebut, dan beralih kepada sumber-sumber bacaan lain yang akan menumbuhkan dalam hatinya
kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta menyuburkan keimanan
dan amal shaleh dalam dirinya. Dan hendaknya dia bersabar dalam melakukan semua itu, karena
hawa nafsunya akan menuntut dia dengan keras untuk kembali membaca bacaan-bacaan yang
telah biasa dikonsumsinya, dan menjadikannya bosan serta jenuh untuk membaca bacaan-bacaan
lain yang bermanfaat. Ibaratnya seperti orang yang berusaha melawan hawa nafsunya untuk
melaksanakan ketaatan kepada Allah, tapi nafsunya enggan dan selalu ingin melakukan perbuatan
yang sia-sia dan salah.
Sumber bacaan bermanfaat yang paling penting adalah al-Qur’an dan kitab-kitab tafsir yang berisi
riwayat-riwayat tafsir yang shahih dan penafsiran akal yang benar. Demikian juga hadits-hadits
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian kitab-kitab yang ditulis oleh para ulama ahlus
sunnah berdasarkan dua sumber hukum Islam ini.
Keempat: Berbakti kepada Orang Tua
Berbakti kepada kedua orang tua merupakan salah satu amal shalih yang mulia
bahkan disebutkan berkali-kali dalam Al Quran tentang keutamaan berbakti pada
orang tua. Allah ta’ala berfirman: “Sembahlah Alloh dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang
ibu-bapak.” (QS. An Nisa: 36). Di dalam ayat ini perintah berbakti kepada dua orang
tua disandingkan dengan amal yang paling utama yaitu tauhid, maka ini
menunjukkan bahwa amal ini pun sangat utama di sisi Allah ‘azza wa jalla. Begitu
besarnya martabat mereka dipandang dari kacamata syari’at.
Nabi mengutamakan bakti mereka atas jihad fi sabilillah, Ibnu Mas’ud berkata: “Aku
pernah bertanya kepada Rasulullah, ‘Amalan apakah yang paling dicintai Allah?’
Beliau menjawab, ‘mendirikan shalat pada waktunya,’ Aku bertanya kembali,
‘Kemudian apa?’ Jawab Beliau, ‘berbakti kepada orang tua,’ lanjut Beliau. Aku bertanya
lagi, ‘Kemudian?’ Beliau menjawab, ‘Jihad di jalan Alloh.’” (HR. Bukhari no. 5970).
Demikian agungnya kedudukan berbakti pada orang tua, bahkan di atas jihad fi
sabililllah, padahal jihad memiliki keutamaan yang sangat besar pula.
Subhanakallahumma wa bihamdika asyhaduallah
ilaaha ilaa Anta astaghfiruka wa’atubu ilaik