Anda di halaman 1dari 12

KESESATAN DALAM PENALARAN

(FALLACY)

B A H A N K U L I A H A R G U M E N TA S I H U K U M F H U N D I P

@ A D I T YA _ TA H TA S YA I L E N D R A
KESESATAN

• Kesesatan dalam penalaran bisa terjadi karena yang sesat itu, karena sesuatu
hal, kelihatan tidak masuk akal.
• Kalau orang yg mengemukakan sebuah penalaran yg sesat dan ia sendiri
tidak melihat kesesatannya, penalaran itu disebut paralogis.
• Kalau penalaran yg sesat itu dengan sengaja digunakan untuk menyesatkan
orang lain, maka ini disebut sofisme.
• Penalaran dapat sesat karena bentuknya tidak sahih (tidak valid), hal ini
terjadi karena pelanggaran terhadap kaidah-kaidah logika.
• Penalaran juga dapat sesat karena tidak ada hubungan logis antara premis
dan konklusi. Kesesatan demikian itu adalah kesesatan relevansi mengenai
materi penalaran.
• Model kesesatan yg lain adalah kesesatan karena bahasa.
MODEL-MODEL KESESATAN PENALARAN HUKUM

• Argumentum ad ignorantiam, adalah kesesatan ini terjadi apabila orang mengargumentasikan suatu
proposisi atau pernyataan benar karena tidak terbukti salah atau proposisi salah karena tidak terbukti
benar. Kesesatan ini muncul disebabkan oleh adanya kebenaran penyimpangan konklusi atas dasar
bahwa negasinya tidak terbukti salah, atau penyimpulan suatu konklusi yang dianggap salah karena
negasinya tidak terbukti benar.
• Pengecualian: argumentum ad ignorantiam kadang tidak sesat, misalkan oleh karena Penggugat tidak
dapat membuktikan tuduhan/gugatannya maka tidak terbukti hal yang dituduhkan, namun dalam hal
perkara tertentu bisa terjadi pihak yang digugat dibebani pembuktian, sehingga terbukti hal yang
dituduhkan itu.
• Beberapa contoh Argumentum ad ignorantiam:
1. dari pernyataan bahwa “saya pasti betul, karena tidak ada yang pernah membuktikan salah”.
2. “dinosaurus itu ada karena.... dinosaurus itu apa sih? Dinosaurus itu tidak ada”
• Pernyataan diatas merupakan sesat pikir karena belum tentu bila seseorang tidak mengetahui sesuatu
itu ada/ tidak bukan berarti sesuatu itu benar-benar tidak ada.
Ada suatu contoh yang menarik:
Guru: Anak-anak, bu guru lagi memegang pulpen. Anak-anak bisa melihat pulpen yang ibu pegang kan?
Anak-anak: Bisa, bu guru….
Guru: Kalau bisa terlihat, tandanya pulpen itu ada. Betul?
Anak-anak: Betul, bu guru…
Guru: Nah, sekarang bu guru sedang memegang penggaris. Anak-anak bisa tidak melihat penggaris yang ibu
pegang?
Anak-anak: Bisa, bu guru…
Guru: Berarti penggaris itu a…
Anak-anak: Ada, bu guru…
Guru: Nah, sekarang bu guru tanya. Tuhan itu terlihat atau tidak?
Anak-anak: Tidak terlihat bu guru…
Guru: Nah, berarti Tuhan itu tidak a…
Anak-anak: Tidak ada, bu guru…
Guru: Baguusss….

Tiba-tiba seorang anak yang terkenal badung menyeletuk nakal.


Anak nakal: Teman-teman, otak bu guru terlihat atau tidak?
Anak-anak: Tidaaakkk…
Anak nakal: Berarti otak bu guru itu tidak a…
Anak-anak: Tidak adaaa……
MODEL-MODEL KESESATAN PENALARAN HUKUM

• Argumentum ad hominem, yakni menolak atau menerima sebuah argumentasi atau usul bukan
karena penalaran, akan tetapi keadaan orangnya. Argumen ini diarahkan untuk menyerang
manusianya, misalkan menolak pendapat si A, karena orangnya kecil, negro atau beragama
tertentu.
• Contoh Argumentum ad hominem: Seorang juri lomba mencari bakat menyanyi memilih
kandidat yang cantic, seksi, dan tinggi sebagai pemenang, bukan karena olah vokalnya yang bagus,
dikarenakan cantik, seksi, dan tinggi, walaupun pilihan kandidat yang lain lebih bagus suaranya.
• Contoh di atas menegaskan bahwa Argumentum ad hominem, lebih mengacu pada keadaan
seseorang dan lebih menyerang manusianya.

• Ukuran logika (pembenaran) pada sesat pikir argumentum ad hominem jenis ini adalah kondisi
pribadi dan karakteristik personal yang melibatkan: gender, fisik, sifat, dan psikologi.
Contoh: “Eh, nggak usah komentar panjang lebar kalau ke dia, percuma, dia itu otaknya
cacat”.
MODEL-MODEL KESESATAN PENALARAN HUKUM

• Argumentum ad verecundiam, yakni menolak atau tidak menerima sebuah


argumentasi bukan karena nilai penalarannya, akan tetapi karena orang yang
mengemukakan adalah orang yang ahli, berkuasa, berwibawa, dan dapat dipercaya
• Contoh dari Argumentum ad verecundiam adalah sebagai berikut:
“Saya yakin apa yang di katakan beliau adalah benar, karena beliau adalah seorang
pimpinan yang di segani dan tokoh orang yang sangat di hormati”
• Dari contoh di atas, ditegaskan bahwa kalimat tersebut didasarkan pada kebesaran
nama, kewibaannya, kekuasaannya siapa yang mengajukan argumentasikannya.
Contoh lain: “Saya mempunyai ide yang luar biasa yang harus anda terima
karena saya dapati ini dari seminar universitas Oxford”
• Penalaran ini jelas sesat, karena alasannya mengandalkan wibawa lembaga semata-
mata.
MODEL-MODEL KESESATAN PENALARAN HUKUM

• Argumentum ad misericordiam, yakni suatu argumentasi yang bertujuan


menimbulkan belas kasihan.
• Misericordiam berasal dari bahasa latin Misericordia artinya belas
kasihan. Argumen ini sesat disebabkan oleh adanya menuntut belas
kasihan.
• Contoh: Terdakwa yang meminta kepada hakim agar dibebaskan dari
semua tuduhan karena dia punya tanggungan keluarga.
MODEL-MODEL KESESATAN PENALARAN HUKUM

Argumentum ad bacalum, yakni menerima atau menolak suatu argumentasi hanya


karena suatu ancaman. Argumen ancaman itu untuk mendesak orang untuk menerima
suatu konklusi tertentu dengan alasan jika menolak akan membawa akibat yang tidak
diinginkan.
Contoh dari Argumentum ad bacalum, sebagai berikut :
1. Seorang mahasiswa yang belajar bukan karena ingin pintar, tapi karena mahasiswa itu
takut mendapatkan nilai jelek.
2. Pengendara sepeda motor tersebut akan berhenti di lampu merah,apabila tidak
berhenti di lampu merah, akan ditilang oleh polisi lalu lintas.
3. Seorang majikan mengancam akan memecat bawahannya kalau tidak menaati
perintahnya.
MODEL-MODEL KESESATAN PENALARAN HUKUM

Argumentum ad Populum
• Argumen ini sesat disebabkan oleh adanya tujuan menggugah emosi massa.
• Contoh: Pidato politik yang sengaja membakar emosi massa, tanpa menghiraukan
kelogisan penalarannya.
Petitio Principii
• Petitio principii adalah kesesatan yang terjadi dalam mengambil kesimpulan atau
pernyataan pembenaran dimana di dalamnya premis dipakai sebagai kesimpulan dan
sebaliknya, kesimpulan dijadikan premis. Sehingga meskipun rumusan (teks/kalimat) yang
digunakan sangat berbeda, sebetulnya sama maknanya. Jenis kesesatan ini juga dikenal
karena pernyataan berupa pengulangan prinsip dengan prinsip.
Contoh:
“Anda tahu kan kantor masuknya jam 8, kenapa baru masuk jam 9?”
“Ya karena saya telat, pak.”
MODEL-MODEL KESESATAN PENALARAN HUKUM
Kesesatan Ignorantio elenchi
• Kesesatan yang terjadi saat seseorang menarik kesimpulan yang sebenarnya tidak
memiliki relevansi dengan premisnya.
• Contoh: Seorang wanita terlihat di lokalisasi pasti pelacur (padahal ia pedagang nasi
bungkus)

Kesesatan Non causa pro causa


• Kesesatan ini jika seseorang menganggap sesuatu sebagai sebab, padahal sebenarnya
bukan sebab atau bukan sebab yang lengkap.
• Contoh: Seorang pemuda diketahui baru putus dengan pacarnya, esoknya sakit.
Tetangganya menyimpulkan bahwa sang pemuda sakit karena baru putus cinta.
Padahal diagnosis dokter adalah si pemuda terkena radang paru-paru karena
kebiasaannya merokok tanpa henti sejak sepuluh tahun yang lalu.
MODEL-MODEL KESESATAN PENALARAN HUKUM

Kesesatan Aksidensi
• Kesesatan yang terjadi jika seseorang menerapkan prinsip umum kepada peristiwa-
peristiwa yang bersifat aksidental (sewaktu-waktu).
• Contoh: Orang yang akan makan banyak daging akan menjadi kuat dan sehat, karena
itu vegetarian juga seharusnya makan banyak daging supaya sehat.

Kesesatan karena komposisi dan divisi


• Kesesatan karena komposisi terjadi bila seseorang berpijak pada anggapan bahwa apa yang
benar (berlaku) bagi individu atau beberapa individu dari suatu kelompok tertentu pasti juga
benar (berlaku) bagi seluruh kelompok secara kolektif.
• Contoh: Orang Batak umumnya bersuara dan berwatak keras.
• Ketika kita bertemu dengan seorang batak dan kita menyimpulkan dia pasti bersuara dan
berwatak keras, maka simpulan itu sesat karena divisi.
MODEL-MODEL KESESATAN PENALARAN HUKUM

Kesesatan karena pertanyaan yang kompleks


Kesesatan ini bersumber pada pertanyaan yang sering kali disusun sedemikian rupa sehingga
sepintas tampak sebagai pertanyaan yang sederhana, namun sebetulnya bersifat kompleks.
Biasanya kesesatan ini terjadi karena adanya kondisi-kondisi yang menekan lawan bicara,
sehingga seringkali jawabannya yang diberikan tidak bisa dijawab dengan sederhana.
Contoh, pertanyaan-pertanyaan yang sering diajukan oleh penyidik kepada calon tersangka
atau saksi.

• Kesesatan ini bersumber pada pertanyaan atau perintah yang bukan merupakan pertanyaan
yang tunggal. Oleh karena itu pertanyaan tersebut sulit untuk dijawab dengan sekedar
mengatakan ya atau tidak.
• Contoh: Apakah anda sudah berhenti merokok?
 

Anda mungkin juga menyukai