Anda di halaman 1dari 19

PREEKLAMPSIA

DEBBY SOFIANA
1807101030063

Pembimbing:
Prof. Dr. dr. Muhammad Andalas, Sp.OG(K)
BAB I PENDAHULUAN
Permasalahan maternal health (MDGs  SDGs)

WHO 2015 : Kemenkes 2015:


Angka Kematian Ibu (AKI) di AKI di Indonesia mencapai 305
negara berkembang adalah 239 per 100.000 kelahiran
kasus per 100.000 kelahiran

AKI kota Banda Aceh:


Tahun 2012  20 kasus per 100.000 kelahiran hidup
Tahun 2016  37 kasus per 100.000 kelahiran hidup

Penyebab kematian ibu tertinggi 2015 adalah preeklampsia

• WHO, UNICEF, UNFPA WBG and UNPD. Trends in Maternal Mortality : 1990 to 2015:2015;32(5):1–55.
• Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh. Profil Kesehatan Indonesia Kota Banda Aceh Tahun 2016. 2016;
• Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan; 2015.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

Preeklampsia adalah penyakit pada masa kehamilan yang


ditandai oleh beberapa gejala. Gejala utamanya adalah
hipertensi yaitu tekanan darah tinggi yang mencapai 140/90
mmHg atau lebih pada usia kehamilan 20 minggu atau lebih,
proteinuria yaitu tingginya kadar protein dalam urin yang
melebihi 0,3 g/liter dalam air kencing 24 jam.

• Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JH WK. Obstetri Williams. 3rd ed. Jakarta: EGC; 2010
• Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. 4th ed. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2009.
ETIOLOGI

1. Invasi trofoblas abnormal


Pada preeeklampsia invasi trofoblas dan
remodeling arteri spiral tidak sempurna,
sehingga menyebabkan pembuluh darah ibu
menyempit, dan iskemia plasenta relatif akibat
penurunan aliran darah ke sirkulasi
uteroplasenta
2. Teori stress oksidatif

Pada kondisi preeklampsia, terjadi peningkatan stres oksidatif yang

mengakibatkan produksi debris apoptosis dan nekrotik trofoblas juga

meningkat. Semakin banyak sel trofoblas plasenta, misalnya pada plasenta

besar, pada kehamilan kembar, maka reaksi stres oksidatif akan sangat

meningkat, sehingga jumlah sisa debris trofoblas semakin meningkat.

Keadaan ini menimbulkan beban reaksi inflamasi yang akan mengaktivasi

sel endotel, dan sel-sel makrofag atau granulosit yang lebih besar pula

sehingga terjadi reaksi inflamasi sistemik yang nantinya dapat

menimbulkan gejala-gejala preeklampsia.


3. Teori Aktivasi sel endotel
Teori ini menjelaskan mengenai akibat terpapar sel endotel
oleh peroksida lemak, sehingga terjadi kerusakan sel endotel,
yang kerusakannya dimulai dari membran sel endotel.
Kerusakan membran sel endotel ini mengakibatkan
terganggunya fungsi endotel, bahkan rusaknya seluruh
struktur sel endotel. Sehingga efek yang ditimbulkan adalah
peningkatan tekanan darah akibat tidak elastisnya pembuluh
darah
4. Teori imunologi (NK Cell)
Uterine NaturalKiller (uNK) berperan penting dalam fisiologi desidualisasi
dan dapat berperan dalam plasentasi abnormal yang diamati pada
preeklampsia.

5. Genetik
Preeklampsia adalah suatu gangguan multifaktorial poligenik. Dalam penelitian
Ward dan Lindheimer (2009) menyebutkan risiko insiden untuk preeklampsia
20 sampai 40 persen untuk anak perempuan dari ibu dengan preeklampsia, 11
sampai 37 persen untuk saudara perempuan preeklampsia, dan menjadi 22
sampai 47 persen ketika kembar.
FAKTOR RISIKO

Faktor Risiko Utama:


• Preeklampsia sebelumnya
• Hipertensi kronis
• Diabetes mellitus pregestasional
• Kehamilan multipel
• BMI sebelum hamil > 30
• Sindrom antifosfolipid
Faktor risiko lainnya:
• Lupus erythematosus sistemik
• Sejarah lahir mati
• BMI sebelum hamil > 25
• Nulliparitas
• Solusio plasenta sebelumnya
• Teknologi reproduksi berbantuan
• Penyakit ginjal kronis
• Usia ibu lanjut > 35 thn
• Kerentanan genetik (ibu, ayah)
KLASIFIKASI
Preeklampsia ringan

• Tekanan darah tinggi yaitu mencapai 140/90 mmHg atau lebih


• Proteinuria (terdapatnya protein dalam urin) kuantitatif 0,3gr/l dan
kualitatif 1+ atau 2+.

Preeklampsia Berat

• Tekanan darah sistolik mecapai ≥160 mmHg dan diastolik mencapai


≥110 mmHg .
• Proteinuria yaitu adanya preotein dalam urin dengan kadar 5 gr atau
lebih dalam urin 24 jam dan kualitatif 3+ atau 4+.
DIAGNOSIS
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan penunjang
- Laboratorium darah
- USG (menilai perkembangan janin)
PATOFISIOLOGI

• Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JH WK. Obstetri Williams. 3rd ed. Jakarta: EGC; 2010.
TATALAKSANA
1. Pemantauan ABC
2. Berikan support cairan dan oksigen jika dibutuhkan
3. Berikan obat antihipertensi
– Labetalol intravena
– Hydralazine
– Nifedipine
4. Pemberian obat anti kejang, misalnya MgSO4 pada
kasus preeclampsia berat sebagai profilaksis kejang.
5. Pemantauan perkembangan janin, pertimbangkan
terminasi kehamilan.
PROGNOSIS
Penderita preeklampsia harus ditangani segera, jika
penanganan yang diberikan terlambat maka bisa
berakibat buruk pada ibu dan janin dalam
kandungannya. Dampak yang bisa terjadi pada ibu
diantaranya adalah perdarahan otak, dekompensasi
kordis dengan edema paru, payah ginjal dan masuknya
isi lambung ke dalam saluran pernafasan saat terjadi
kejang. Sedangkan pada janin dapat terjadi kematian
yang disebabkan karena hipoksia intra uterin dan juga
kelahiran prematur.
BAB III KESIMPULAN
KESIMPULAN
1. Preeklampsia adalah penyakit pada masa kehamilan yang
ditandai adanya hipertensi yaitu tekanan darah tinggi
yang mencapai 140/90 mmHg atau lebih pada usia
kehamilan 20 minggu atau lebih dan proteinuria
2. Preeklampsia dibagi menjadi 2 yaitu preeclampsia ringan
dan preeclampsia berat
3. Penatalaksanaan dari preeclampsia adalah berupa
pengontrolan tekanan darah, serta pertimbangkan untuk
dilakukannya terminasi kehamilan demi mencegah
terjadinya perburukan pada ibu dan janin.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai