Anda di halaman 1dari 99

IMMUNISASI

Diberikan pada Mata Ajar Keperawatan Anak


Prodi D3 & S1 Keperawatan STIKep PPNI
Jabar
Oleh : Dewi Srinatania
Imunisasi
 Usaha memberikan kekebalan bayi dan
anak dengan memasukan vaksin ke dalam
tubuh agar membuat zat anti untuk
mencegah terhadap penyakit tertentu.
 Terbagi menjadi
1. Immunisasi Wajib : BCG, DPT, Polio,
Campak, Hep B
2. Imunisasi anjuran : Hib, Pneumokokus
(PCV), Influenza, MMR, Tifoid, Hepatitis A,
dan Varisela.
VAKSIN
• Bahan yang dipakai untuk merangsang
pembentukan zat anti yang dimasukkan ke
dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin
BCG, DPT, Campak, dan melalui mulut seperti
vaksin polio.
 Tujuan
Diharapkan anak menjadi kebal terhadap
penyakit sehingga dapat menurunkan angka
morbiditas dan mortalitas serta dapat
mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu.
Pertahanan Tubuh
• Non Spesifik : Coplemen dan makrofag
Coplemen dan makrofag ini yang pertama kali akan memberikan
peran ketika ada kuman yang masuk kedalam tubuh.
• Spesifik : System humoral dan selular
System pertahanan tersebut hanya bereaksi terhadap kuman yang
mirip dengan bentuknya. Sistem pertahanan humoral akan
menghasilkan zat yang disebut immunoglobulin (Ig A, IgM, Ig G, Ig E,
Ig D) dan system pertahanan seluler terdiri dari Limfosit B dan
Limfosit T, dalam pertahanan spesifik selanjutnya akan menghasilkan
satu cell yang disebut sel memori, sel ini akan berguna atau sangat
cepat dalam bereaksi apabila sudah pernah masuk kedalam tubuh,
kondisi ini yang digunakan dalam prinsip imunisasi.
Tujuan Imunisasi

Diharapkan anak menjadi kebal


terhadap penyakit sehingga dapat
menurunkan angka morbiditas dan
mortalitas serta dapat mengurangi
kecacatan akibat penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi
Prinsip dasar pemberian imunisasi
1. Bila ada antigen
(kuman,bakteri,virus,parasit,racun, memasuki
tubuh maka tubuh akan berusaha
menolaknya,tubuh mebuat zat anti berupa
antibody/anti toxin

2. Reaksi tubuh pertama kali terhadap antigen


berlangsung secara lambat dan lemah,tidak cukup
antibody yang terbentuk
lanjutan
3. Pada reaksi/respon kedua,ketiga tubuh sudah mulai
lebih mengenal jenis antigen tesebut

4.Setelah beberapa waktu jumlah zat anti dalam


tubuh akan berkurang.untuk mempertahankan
berikan antigen/imunisasi ulang

5. Kadar antibody yang tinggi dalam tubuh menjamin


anak akan sulit untuk terserang penyakit
Macam-macam imunisasi
• Imunisasi aktif
Pemberian zat sebagai antigen yang
diharapkan akan terjadi suatu proses infeksi
buatan sehingga tubuh mengalami reaksi
imunologi spesifik yang akan menghasilkan
respon seluler dan humoral serta dihasilkannya
cell memory
Imunisasi aktif
Empat macam kandungan:
1. Antigen : bagian dari vaksin berfungsi sebagai zat
/mikroba (infeksi buatan) berupa polisakarida
toksoid,virus dilemahkan,bakteri dimatikan
2. Pelarut: air steril/ cairan kultur jaringan
3. Preservatif,stabiliser,dan antibiotika:mencegah
tumbuhnya mikroba dan stabilitas antigen
4. Adjuvan terdiri dari garam aluminium,berfungsi
meningkatkan imunogenitas antigen
Imunisasi pasif
Pemberian zat (imunoglobulin) : suatu zat yang
dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat
berasal dari plasma manusia/binatang yang
digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga
sudah masuk kedalam tubuh yang terinfeksi
Macam-Macam Imunisasi
BCG
(Bacillus Calmette Guerin)

• Merupakan imunisasi yang digunakan


untuk mencegah terjadinya penyakit
TBC yang berat sebab terjadinya
penyakit TBC yang primer atau yang
ringan dapat terjadi walaupun sudah
dilakukan imunisasi BCG, pencegahan
imunisasi BCG untuk TBC yang berat
seperti TBC selaput otak , TBC Milier
(pada seluruh lapangan paru) atau
TBC tulang.
Imunisasi BCG
• Merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah
dilemahkan.
• Frekuensi pemberian imunisasi BCG adlh 1 X
Umur Pemberian 0-11 bulan, akan tetapi pada umumnya
diberikan pada bayi umur 2 atau 3 bulan, Jika baru diberikan
setelah usia 2 bulan, disarankan tes Mantoux (tuberkulin)
dahulu untuk mengetahui apakah si bayi sudah kemasukan
kuman Mycobacterium tuberculosis atau belum.
• Cara pemberian imunisasi BCG melalui intradermal, Suntikan
0,05 ml intra kutan
• Efek samping pada BCG dapat terjadi ulkus pada daerah
suntikan dan dapat terjadi limfadenitis regional, dan reaksi
panas. Karena luka suntikan meninggalkan bekas, maka pada
bayi perempuan, suntikan sebaiknya dilakukan di paha kanan
atas. Biasanya setelah suntikan BCG diberikan, bayi tidak
menderita demam (Theophilus, 2000).
Apa itu Imunisasi BCG & penyakit TB ??

• Imunisasi BCG adalah vaksinasi hidup yang diberikan


pada bayi untuk mencegah terjadinya penyakit TBC.
• TB disebabkan kuman Mycrobacterium tuberculosis,
o menular melalui droplet (butiran air di udara) =>
penderita batuk, bernapas ataupun bersin.
o Gejalanya antara lain: berat badan anak susah
bertambah, sulit makan, mudah sakit, batuk berulang,
demam, berkeringat di malam hari, juga diare persisten.
o Masa inkubasi TB rata-rata berlangsung antara 8-12
minggu.
o tes Mantoux dilakukan untuk mengetahui TB
Syarat Imunisasi BCG
Menurut IDAI,
• Imunisasi BCG pada bayi optimal:
 Umur 2 sampai 3 bulan.
 Apabila + 3 bulan, maka perlu dilakukan uji
tuberculin (mantoux test)
 Jika tuberculin pra-BCG tidak dimungkinkan, maka
BCG bisa diberikan, akan tetapi harus dilakukan
observasi dalam 7 hari. Jika ada reaksi lokal cepat
di tempat suntikan (accelerated local), maka perlu
dilakukan evaluasi lebih lanjut (diagnostic TB).
Tujuan atau manfaat imunisasi
BCG

• Untuk mencegah bayi atau anak


terserang dari penyakit TBC yang
berat, seperti: meningitis TBC dan
TBC milier. Ini dikarenakan bayi tau
anak masih rentan terinfeksi
Mycobacterium tuberculosis
Cara pemberian dan dosis
Imunisasi BCG
 Diberikan sekali sebelum anak berumur 2 bulan.
 Imunisasi BCG ulangan tidak dianjurkan karena
keberhasilannya diragukan.

Dosis:
• Untuk bayi yang berumur kurang dari satu tahun
diberikan sebanyak 0,05 ml dan untuk anak yang
berumur lebih dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,1 ml
(Depkes RI,2005: 18).
Langkah-langkah pemberian Imunisasi BCG:
a) Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu.
Melarutkan dengan menggunakan alat suntik steril (ADS 5 ml).
b) Dosis pemberian 0,05 sebanyak 1 kali.
c) Disuntikkan secara intra kutan di daerah lengan kanan atas dengan
menggunakan ADS 0,05 ml.
d) Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 3 jam.
e) Kulit tempat vaksinasi harus dibersihkan alkohol, Vaksin disuntikkan
kedalam kulit tepat dibawah insersi deltoideus (±8 mm).
 Reaksi yang timbul:
 ± 1 minggu timbul suatu papula merah pada tempat
suntikan
 ukurannya meningkat selama 2-3 minggu sekitar
berdiameter 1 cm (menjadi pustule)
 Kemudian muncul ulkus jinak yang sembuh dalam 6-12
minggu yang meninggalkan bekas parut.
!!! Jangan berikan obat apapun pada luka dan biarkan
terbuka atau bila akan ditutup gunakan kasa kering.
 Komplikasi yang mungkin timbul :
 pembentukan abses (penimbunan nanah) di tempat
penyuntikan kerena penyuntikan yang terlalu dalam
 Kontra Indikasi bisa mengakibatkan adanya penyakit
kulit yang berat/menahun seperti eksim,
furunkulosis. (Jika TB+)
Suhu dan Tempat Penyimpanan
 2◦c s/d 8◦c
 Satu botolnya diperuntukkan untuk 10 dosis. Vaksin BCG dilarutkan
dengan Pelarut Vaksin BCG sebanyak 4ml. Vaksin BCG diberikan
kepada bayi melalui intrakutan.

Hal-Hal yang perlu diperhatikan:


a) Pengaruh Suhu: Dapat menurunkan potensi dan efikasi vaksin, jika
disimpan pada suhu yang tidak sesuai.
b) Pengaruh Sinar Matahari: Usahakan agar vaksin tidak terkena sinar
Matahari langsung, khususnya untuk vaksin BCG.
c) Pengaruh Kelembaban: Apabila kemasannya sudah baik, maka
pengaruh kelembaban sangat kecil, misalnya menggunakan botol
atau ampul yang tertutup rapat.
d) Diterapkan aturan system First In First Out (FIFO System), Expire
Date, dan VVM System
Imunisasi DPT
(Dipteri, Pertusis, dan Tetanus)
• Imunisasi DPT adalah suatu vaksin yang melindungi
terhadap difteri, pertusis, dan tetanus.
 Difteri disebabkan bakteri yang menyerang tenggorokan
dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal.
Penyakit ini mudah menular melalui batuk  atau bersin.
 Pertusis (batuk rejan) adalah infeksi bakteri pada saluran
udara yang ditandai dengan batuk hebat yang menetap
serta bunyi pernafasan yang melengking. Pertusis juga
dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti
peneumonia, kejang dan kerusakan otak.
 Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan
kekakuan pada rahang serta kejang. Vaksin ini diberikan 5
kali pada usia 2,4,6,18, bulan dan 5 tahun
2. Jadwal pemberiam DPT
Jadwal Imunisasi berdasarkan IDAI 2011

Umur pemberian vaksin


Jenis Bulan Tahun
vaksin 1 2 3 5 <18

DPT 1 2 3 4 5

Imunisasi DPT diberikan 5 kali, 3 kali di bawah usia satu tahun dan 2 kali
masing-masing pada umur 5 tahun dan <18 tahun. Namun di usia 12 tahun,
seorang anak biasanya mendapat lagi suntikan TT (DPT tanpa P/pertusis),
sampai umur 7 tahun bisa juga diberikan suntikan DT. Di atas usia 5 tahun,
penyakit pertusis jarang sekali terjadi dan dianggap bukan masalah. Jadi,
suntikan P tak perlu diberikan lagi.
3. Jenis vaksin DPT
• Deskripsi:

• Vaksin DTP merupakan suspensi


koloidal homogen berwarna putih
susu dalam vial gelas.

• Bahan teradsorbsi kedalam


aluminium fosfat.

• Vaksin DTP merupakan jenis


vaksin bakteri yang inaktif.
• Komposisi:    Indikasi Vaksin digunakan untuk
pencegahan terhadap difteri,
tetanus dan pertusis (batuk
Tiap dosis (0,5 mL) rejan) secara simultan pada bayi
dan anak-anak.
mengandung:

Dosis dan 0,5 mL diberikan secara


• Toksoid difteri murni 20 Lf pemberian intramuskular, baik untuk
• Toksoid tetanus murni 7,5 Lf imunisasi dasar maupun
ulangan.
• Pertussis yang diinaktivasi 12
OU
penyimpana lemari es, suhu 2-8º C, tidak
n boleh dibekukan.
Zat tambahan:
kemasan Vial 5 ml
• Aluminium fosfat 1,5 mg
• Thimerosal 0,05 mg
Reaksi imunisasi demam ringan, pembengkakan dan nyeri di tempat suntikan
selama 1-2 hari

Efek samping Gejala-gejala yang bersifat sementara seperti lemas, demam,


kemerahan pada tempat suntikan. Kadang-kadang terdapat
efek samping yang lebih berat, seperti demam tinggi atau
kejang, yang biasanya disebabkan unsur pertusisnya.

Indikasi kontra anak yang menderita penyakit kejang demam kompleks,


anak yang diduga menderita batuk rejan, anak yang
menderita penyakit gangguan kekebalan.
Penanganan terhadap jenis reaksi
Jenis Gejala Tindakan

Reaksi lokal • nyeri, eritema, bengkak di daerah


• kompres hangat

suntikan < 1 cm
• jika nyeri mengganggu dapat

diberi obat (parasetamol)


• timbul <48 jam setelah imunisasi

Reaksi umum/ •
demam, lesu, nyeri otot, nyeri •
berikan minum hangat dan

sistemik kepala, menggigil selimut, parasetamol

Tetanus •
Kejang, dapat disertai demam •
Rujuk RS

Anak tetap sadar
POLIO
• Imunisasi polio memberikan
kekebalan terhadap penyakit polio.
Penyakit ini disebabkan virus,
menyebar melalui tinja/kotoran orang
yang terinfeksi. Anak yang terkena
polio dapat menjadi lumpuh layu.
Vaksin polio ada dua jenis, yakni :
Ø  Inactived Poliomyelitis Vaccine (IPV)
Ø  Oral Polio Vaccine (OPV)
Jenis Vaksin POlIO
• Inactived Poliomyelitis Vaccine (IPV)
• Oral Polio Vaccine (OPV)
 Inactived Poliomyelitis Vaccine (IPV)
• IPV dihasilkan dengan cara membiakkan virus dalam media
pembiakkan, kemudian dibuat tidak aktif (inactivated)
dengan pemanasan atau bahan kimia.
• Pemberian vaksin tersebut dengan cara suntikan subkutan
dengan dosis 0,5 ml diberikan dalam 4 kali berturut-turut
dalam jarak 2 bulan.
• Untuk orang yang mempunyai kontraindikasi atau tidak
diperbolehkan mendapatkan OPV maka dapat
menggunakan IPV. Demikian pula bila ada seorang kontak
yang mempunyai daya tahan tubuh yang lemah maka bayi
dianjurkan untuk menggunakan IPV.
Oral Polio Vaccine (OPV)

• Jenis vaksin Virus Polio Oral atau Oral Polio Vaccine (OPV) ini paling sering dipakai di
Indonesia. Vaksin OPV pemberiannya dengan cara meneteskan cairan melalui mulut.
Vaksin ini terbuat dari virus liar (wild) hidup yang dilemahkan.
• Komposisi vaksin tersebut terdiri dari virus Polio tipe 1, 2 dan 3 adalah suku Sabin yang
masih hidup tetapi sudah dilemahkan (attenuated). Vaksin ini dibuat dalam biakan
jaringan ginjal kera dan distabilkan dalam sucrosa. Tiap dosis sebanyak 2 tetes
mengandung virus tipe 1, tipe 2, dan tipe 3 serta antibiotika eritromisin tidak lebih dari 2
mcg dan kanamisin tidak lebih dari 10 mcg.
• Vaksin ini diberikan pada bayi baru lahir, 2,4,6,18, bulan, dan 5 tahun. Pemberian vaksin
polio dapat dilakukan bersamaan dengan BCG, vaksin hepatitis B, dan DPT. Imunisasi
ulang diberikan bersamaan dengan imunisasi ulang DPT, pmberian imunisasi polio dapat
menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomyelitis.
• Gejala yang umum terjadi akibat serangan virus polio adalah anak mendadak lumpuh
pada salah satu anggota geraknya setelah demam selama 2-5 hari.
Jadwal Pemberian Vaksin Polio
• Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama. Untuk bayi yang
lahir di RB/RS polio oral diberikan saat bayi dipulangkan
(untuk menghindari transmisi virus vaksin kepada bayi lain).
• Polio-1 dapat diberikan bersamaan dengan DTP-1, 6 minggu.
• Polio-2 diberikan bersamaan dengan DTP-2, minggu 16
• Polio-3 diberikan bersamaan dengan DTP-3, 6 bulan
• Polio-4 diberikan bersamaan dengan DTP-4, 18 bulan
• Polio-5 diberikan bersamaan dengan DTP-5, 5 tahun.
Imunisasi Campak
• Imunisasi campak diberikan untuk mendapat kekebalan terhadap
penyakit campak secara aktif. Vaksin campak mengandung virus
campak hidup yang telah dilemahkan. Vaksin campak diberikan
pada umur sembilan bulan, dalam satu dosis 0,5 ml subkutan
dalam (IDAI, 2001)
• Imunisasi campak hanya diberikan satu kali suntikan, dimana tubuh
anak dirangsang untuk membuat antibody yang menimbulkan
kekebalan (Dirjen PPM dan PL, 2000). Biasanya tidak terdapat
reaksi akibat imunisasi, mungkin terjadi demam ringan dan tampak
sedikit bercak merah pada pipi dibawah telinga pada hari ke tujuh
sampai hari ke delapan setelah penyuntikan. Mungkin pula
terdapat pembengkakan pada tempat suntikan.
Campak adalahLatar belakang
suatu infeksi virus yang sangat menular,
yang ditandai dengan demam, lemas, batuk, konjungtivis
(peradangan selaput ikat mata/ konjungtiva) dan bintik
merah dikulit (ruam kulit).

Campak pada balita


CAMPAK
Jenis vaksin campak
Vaksin Campak Kering
Vaksin campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan
(imunisasi aktif). Vaksin ini berbentuk vaksin beku kering yang harus
dilarutkan hanya dengan pelarut steril yang tersedia secara terpisah
untuk tujuan tersebut.
Kandungan :
 Setiap dosis (0,5 ml) mengandung tidak kurang dari 1000 infective unit
virus strain CAM 70, dan
 Tidak lebih dari 100 mcg residu kanamycin dan 30 mcg residu
erythromycin
Contoh Vaksin Campak Kering
Indikasi
Untuk Imunisasi aktif terhadap penyakit campak.

Komposisi
Tiap dosis vaksin yang sudah dilarutkan mengandung :
a. Virus Campak >= 1.000 CCID50
b. Kanamycin sulfat <= 100 mcg
c. Erithromycin <= 30 mcg
 Dosis
 Pemberian vaksin campak hanya diberikan 1-2 kali, dapat
dilakukan pada umur 9-11 bulan, dengan dosis 0,5 CC.
 Dapat dilakukan ulangan (booster) 1 kali di usia 6-12 tahun.
 Sebelum disuntikan, vaksin campak terlebih dahulu dilarutkan
dengan pelarut steril yang telah tersedia yang derisi 5 ml cairan
pelarut.
 Dosis 0,5 ml yang disuntikkan secara Subkutan, lebih baik pada
lengan atas.
 Menggunakan jarum dan autodestruct syringe yang steril.
Lanjutan … telah dilarutkan hanya dapat digunakan pada hari
 Vaksin yang
itu juga (maksimum untuk 8 jam) dan itupun berlaku hanya
jika vaksin selama waktu tersebut disimpan pada suhu 2°-8°C
serta terlindung dari sinar matahari.
 Pelarut harus disimpan pada suhu sejuk sebelum digunakan.
 Jika sampai 12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak,
maka pada usia 12 bulan harus diimunisasi MMR (Measles
Mumps Rubella)
Penyimpanan
 Vaksin Campak beku-kering harus disimpan pada suhu dibawah 8 °C
(kalau memungkinkan di bawah 0 °C) sampai ketika vaksin akan
digunakan.
 Tingkat stabilitas akan lebih baik jika vaksin (bukan pelarut) disimpan
pada suhu -20 °C.
 Pelarut tidak boleh dibekukan tetapi disimpan pada kondisi sejuk
sampai dengan ketika akan digunakan. Vaksin harus terlindung dari
sinar matahari.
 Daluarsa
Daluarsa : 2 tahun
 Kemasan
Vaksin tersedia dalam kemasan vial 10 dosis + 5 ml pelarut dalam ampul
Efek Samping & Kontra Indikasi
•  Efek samping imunisasi campak diantaranya adalah demam tinggi (suhu
lebih dari 39,4ºC) yang terjadi delapan sampai sepuluh hari setelah
vaksinasi dan berlangsung selama sekitar 24 - 48 jam (insidens sekitar dua
persen), dan ruam selama sekitar satu sampai dua hari (insidens sekitar
dua persen)
(Wahab dan Julia, 2002).
• Kontra indikasi pemberian imunisasi campak adalah anak yang sakit parah,
menderita TBC tanpa pengobatan, defisiensi gizi, penyakit gangguan
kekebalan, riwayat kejang demam, panas lebih dari 38ºC (Markum, 2002).
Imunisasi Hepatitis B

• Vaksinasi ini dimaksudkan untuk mendapat kekebalan


aktif terhadap penyakit Hepatitis B. vaksin terbuat dari
bagian virus hepatitis B yang dinamakan HbsAg, yang
dapat menimbulkan kekebalan tetapi tidak menimbulkan
penyakit (Markum, 2002)
•  HBsAg (hepatitis B surface antigen) adalah protein yang
dilepaskan oleh virus hepatitis B yang sedang
menginfeksi tubuh. Karena itu, protein ini dapat
digunakan sebagai penanda atau marker terjadinya
infeksi hepatitis B 
• Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis 3 kali
• Waktu pemberian hepatitis B pada umur 0-11 bulan.
Cara pemberian imunisasi hepatitis ini adalah intra
muskular.
• Imunisasi hepatitis B diberikan sebanyak tiga kali, dengan
jarak antar suntikan empat minggu, diberikan dengan
suntikan intramusculer pada paha bagian luar dengan
dosis 0,5 ml (Dirjen PPM dan PL, 2000). Interval 1 bulan
antara suntikan pertama dan kedua, kemudian 5 bulan
antara suntikan kedua dan ketiga.
• Efek samping pemberian imunisasi Hepatitis B
diantaranya rasa sakit pada area suntikan yang
berlangsung satu atau dua hari, demam ringan dan reaksi
alergi yang serius termasuk ruam (Cave & Mitchell, 2003).
IMUNISASI YANG DIANJURKAN

• Vaksin-vaksin tersebut adalah


1. Hib
2.  Pneumokokus (PCV)
3. Influenza
4. MMR
5. Tifoid
6. Hepatitis A,
7. dan Varisela.
HIB
Imunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh haemophilus
influenza tipe b yang disebabkan oleh bakteri.
Organisme ini bisa menyebabkan meningitis (radang selaput
otak), pneumonia (radang paru) dan infeksi tenggorokan.
 Vaksin ini diberikan 4 kali pada usia 2,4,6 dan 15-18 bulan.
Dosis 0,5 ml diberikan Intra Muskular
Vaksin dlam bentuk beku kering dan 0,5 ml pelarut dalam semprit
disimpan pada suhu 2-8ºC
Imunisasi Hib diberikan secara suntikan dibagian otot paha.
Imunisasi ini diberikan dalam satu suntikan bersama imunisasi
Difteria, Pertussis dan Tetanus (DPT). Juga boleh diberikan bersama
imunisasi lain seperti imunisasi Hepatitis B. 
HiB
 Hib adalah singkatan untuk Haemophilus influenzae type b,
sejenis bakteria yang menyebabkan penyakit yang dapat
berakibat fatal, seperti:
- Radang selaput otak (Meningitis)
- Gangguan pada selaput otak dan saraf
- Radang paru- paru (Pneumonia)
- Radang epiglotis ( kerongkong )
- Keracunan darah (septicaemia)
- radang sendi
!! Berlaku dikalangan kanak- kanak (-5 tahun). Risiko
jangkitan adalah paling tinggi dikalangan kanak- kanak
berumur di bawah 1 tahun.
Penyakit yang berhubungan dengan Imunisasi Hib

Pneumonia (radang paru) dan meningitis (radang


selaput otak) pada anak berumur kurang dari 5 tahun.
WHO menyatakan bahwa saat ini Hib merupakan
penyebab dari 3 juta kasus meningitis dan pneumonia
di dunia, dengan 400.000 kematian setiap tahunnya. Di
Indonesia dilaporkan bahwa Hib ditemukan pada 33%
diantara kasus meningitis dan bertanggung jawab
terhadap 5-18% kejadian pneumonia.
• Gejalanya jika bayi terkena infeksi radang selaput otak:
a) Demam tinggi bahkan bisa sampai 38,5 derajat C atau
lebih. Rewel, tak mau menyusu, dan kalau sampai ke
otak bisa saja timbul kejang, kesadarannya menurun,
dan anak akan tidur terus
b) Kuman menyerang bagian darah hingga akhirnya sampai
ke otak dengan masa inkubasi satu minggu.
c) Semisal lumpuh, tak bisa mendengar, bahkan kadang tak
bisa melihat. Perkembangannya juga terlambat, bisa
retarded ataupun cerebral palsy.
Pemberian Vaksin HiB ??
 Vaksinasi Hib diberikan pada usia: 2 bulan, 4 bulan, 6
bulan, 12-15 bulan.
 Anak di atas 5 tahun tidak perlu mendapatkan vaksin
Hib.
 Namun dalam kondisi tertentu, vaksinasi Hib perlu
diberikan, seperti penderita sickle cell, HIV,
pengangkatan limpa, transplantasi sumsum tulang
atau penderita kanker yang sedang menjalani
kemoterapi. Vaksin Hib beresiko menimbulkan efek
samping ringan.
Efek Samping Vaksinasi HiB:
a) Merah dan bengkak di tempat penyuntikan
b) Demam tinggi. (Keluhan tersebut biasanya hilang sendiri dalam 2-3
hari).

Jenis vaksin Hib


Vaksin Hib merupakan konjugat, artinya antigennya dikonjugasikan (digabung)
dengan protein lain untuk meningkatkan kekuatannya. Di Indonesia ada 2 jenis
vaksin;
1) PRP-OMP : Konjugasi dengan protein luar dari Neisseria meningitis
2) PRP-TP : Konjugasi dengan protein tetanus

Jenis imunisasi Hib yang beredar di Indonesia


Tetanus toksoid (PRP-TP). Vaksin Hib ada yang berupa vaksin Hib tinggal
artinya tidak digabung dengan vaksin lain, yang di kombinasikan dengan
vaksin lain, misalnya di gabung vaksin DPT, misalnya pediacel dan tetract-
Hib. Vaksin kombinasi lebih disukai karena mengurangi jumlah suntikan
pada anak.
Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan

a) Vaksin Hib diberikan sejak umur 2 bulan


b) PRP-OMP diberikan 2 kali, PRP-TP diberikan
dengan jarak waktu 2 bulan
c) Ulangan umumnya diberikan 1 tahun setelah
suntikan terakhir
d) Vaksin tidak boleh diberikan sebelum bayi
berumur 2 bulan karena bayi tersebut belum
dapat membentuk antibodi.
Cara Penyuntikan Vaksin & Efek Samping
 Lokasi penyuntikkan untuk anak dibawa usia 1 tahun yaitu di
daerah vastus lateralis (paha) dan untuk anak 1 tahun bisa
diberikan dilengan atas (deltoid).

 Efek Samping
- Setelah di imunisasi HiB umumnya bayi tidak mengalami efek samping
atau dampak buruk yang berarti. (cukup ringan)
- Nyeri di bagian yang disuntik merupakan sesuatu yang wajar,seperti:
merah dan bengkak di tempat penyuntikan dan demam tinggi. Keluhan
tersebut biasanya hilang sendiri dalam 2-3 hari.

• Kontraindikasi
Tak dapat diberikan pada anak yang sakit atau kekebalannya
sedang menurun untuk menghindari efek samping yang mungkin
terjadi.
Vaksin pentavalen harus:
a) disimpan di lemari es bersuhu 2-8 derajat C
b) proses transportasi menggunakan cooling pack (ingat
cooling pack berisi air dingin, bukan berisi es).
c) Vaksin tahan disimpan sampai tanggal kadaluarsanya
atau sepanjang indikator suhu pada vial (tanda kotak
dikelilingi bulatan) warnanya masih aman (warna
kotak tidak sama atau lebih tua dari warna bulatan).
d) Jika sudah dibuka sebaiknya digunakan dalam waktu 2
minggu.
Imunisasi PCV (Pneumococcal Conjugate
Vaccine)
Pengertian

PCV atau Pneumococcal Vaccine alias imunisasi


pneumokokus memberikan kekebalan terhadap serangan
penyakit IPD (Invasive Peumococcal Diseases), yakni
meningitis (radang selaput otak), bakteremia (infeksi darah),
dan pneumonia (radang paru). Ketiga penyakit ini disebabkan
kuman Streptococcus Pneumoniae atau Pneumokokus yang
penularannya lewat udara.
Jenis Vaksin PCV
• Prevenar merupakan vaksin PCV-7 yang
tersedia di Indonesia. PCV-7 berarti pada
prevenar terdapat 7 antigen
pneumococcus. Prevenar mempunyai efek
proteksi terhadap 7 strain pneumococcus
sesuai dengan jenis antigen yang
terkandung di dalam prevenar.

• Adapun antigen yang terkandung di


dalam Prevenar (setiap 0,5 ml) Serotipe 4,
6B, 9V, 14, 18C, 19F, and 23F merupakan
penyebab paling sering (80%) penyakit
invasive pneumococcal
PCV-7 Prevenar
• WHO masih merekomendasikan
pemberian PCV-7 (Prevenar) di negara
berkembang, termasuk Indonesia.
Jenis Vaksin PCV

PCV-13 Prevnar

Konjugat vaksin pneumokokus baru (PCV13) melindungi


terhadap 13 jenis bakteri infeksi pneumokokus.

PCV13 diberikan kepada bayi dan balita juga dapat


mencegah beberapa kasus pneumonia dan beberapa infeksi
telinga. 
Jenis Vaksin PCV
• Synflorix adalah vaksin pneumokokkus
(pneumococcal conjugate vaccine) yang diberikan
untuk mencegah infeksi Streptococcus pneumonia.

• Synflorix merupakan vaksin PCV-10 yang sudah


tersedia di Indonesia. PCV-10 berarti pada
Synflorix terdapat 10 antigen pneumococcus.

• Adapun jumlah dan jenis antigen yang terkandung


dalam Synflorix (pada setiap 0,5 ml vaksin)
adalah :
Synflorix Vaksin Pneumokokkus • Pneumococcal polysaccharide serotype (1 : 1
(Pneumococcal Conjugate Vaccine) microgram), (4 : 3 microgram), (5 : 1 microgram),
(6B : 1 microgram), (7F : 1 microgram), (9V : 1
microgram), (14 : 1 microgram), (18C :
3 microgram), (19F : 3 microgram), (23F : 1
microgram).
Jadwal, dosis, dan cara pemberian
Jadwal Imunisasi berdasarkan IDAI 2011

Umur pemberian vaksin


Jenis Bulan Tahun
vaksin 2 4 6 1 <1,5

PCV 1 2 3 4
Prevenar diberikan dengan cara disuntikkan
intramuskular (disuntikkan pada otot) dipaha (anak di
bawah 1 tahun) atau di lengan atas (anak
besar/dewasa). Imunisasi Prevnar 13 diberikan 4 kali
pada usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan dan 12 – 15 bulan.
Dosis setiap pemberian adalah 0,5 ml.
Jadwal pemberian
• Vaksin pneomokokus diberikan dengan jadwal pemberian empat kali pada usia
2, 4, 6, dan antara 12 hingga 15 bulan.

• < 6 bulan: diberikan dasar 3 kali jarak 2 bulan dan penguat/ulangan (booster)
pada usia 12 – 15 bulan. Total 4 kali.

• 12 – 24 bulan . Diberikan dasar 2 kali tidak perlu penguat. Total 2 kali.

KONTRA INDIKASI
Reaksi alergi berat (seperti reaksi anafilaksis) terhadap salah satu komponen
vaksin Prevnar.
Vaksin Influenza
• Vaksin yang ada saat ini diproduksi dari virus yang
ditumbuhkan dalam telor ayam yang subur dan dibunuh
menggunakan formalin atau α-propiolakton.
• Vaksin dapat berupa virus utuh yang merupakan hasil
pemisahan protein dengan detergen atau formulasi antigen
permukaaan yaitu, hemaglutinin dan neuraminidase dari
ketiga galur virus yang disarankan oleh WHO.
Vaksin Influenza
JENIS-JENIS VAKSIN INFLUENZA
Jenis-jenis
Vaksi Vaksin Influenza
Vaksin influenza dibagi menjadi 2, yaitu:
Vaksin inaktif (inactivated vaccine)
Merupakan jenis vaksin yang paling sering digunakan.
Virus yang divaksinasikan berkembang biak dan merangsang
pembentukkan antibodi seperti pada reaksi cell~mediated
immunity.
Vaksin hidup (live attenuated vaccine)
Vaksin hidup beredar di Amerika Serikat sejak tahun
2003. Merupakan bentuk vaksin yang cukup aman tetapi
imunitas yang terbentuk lama dan harus dilakukan pemberian
booster. Diberikan melalui rute infeksi natural secara
intranasal, tersedia dalam unit penyemprot (sprayer) hidung
• dosis tunggal; setengah dosis untuk masing~masing
lubang hidung. Vaksin hidup ini hanya boleh
digunakan pada individu sehat, tidak hamil yang
berusia 2 sampai 49 tahun.
• Kelompok masyarakat yang menjadi sasaran imunisasi adalah:
Indikasi
 Orang tua yang berumur lebih dari 65 tahun.
 Petugas rumah sakit yang merawat penderita penyakit kronis.
 Orang dewasa dan anak-anak yang menderita penyakit paru atau
sistem kardiovaskuler kronis, termasuk anak yang menderita
penyakit asma.
 Orang dewasa dan anak-anak yang menderita penyakit menahun,
misalnya penyakit diabetes melitus, gangguan fungsi ginjal,
hemoglobinopati, dan penyakit penekanan sistem imun.
• Vaksin ini tidak boleh diberikan pada anak berumur kurang dari 6 bulan,
Kontra Indikasi
karena pada kelompok umur ini vaksin sering menimbulkan gejala panas.
• Pada anak yang berumur kurang dari 12 tahun sebaiknya diberikan vaksin
influenza yang terpisah/subunit.
• Orang yang alergi terhadap protein telor dapat diimunisasi tetapi harus
diberikan secara hati-hati.

!!! Vaksin influenza sebaiknya disimpan pada lemari pendingin dengan suhu 2-8
C, walaupun ada beberapa merek vaksin yang dapat bertahan di suhu ruangan
selama beberapa hari. Vaksin influenza tidak boleh sampai membeku.
Diberikan pada anak sehat usia 6-23 bulan. Dosis:
Dosis
untuk < 3 tahun 0. 25 ml dan untuk > 3tahun 0.5 ml.
Pemberian
• Vaksin yang diberikan melalui injeksi mengandung virus
yang tidak aktif/mati.Cara menyuntikannya yaitu dibagian
otot lengan atas (intra muscular).
• Vaksin spray hidung berisi virus hidup yang lemah, dengan
cara meyemprotkan cairan vaksin ke dekat hidung lalu
anjurkan klien untuk menghirup cairan vaksin tersebut.
Keduanya aman untuk anak-anak, Namun untuk anak di bawah 2
tahun sebaiknya vaksin flu diberikan melalui suntikan.
MMR
(Mumps, Measles and Rubella)
Memberikan kekebalan terhadap serangan penyakit Mumps
(gondongan/parotitis), Measles (campak), dan Rubella
(campak Jerman). Terutama buat anak perempuan, vaksinasi
MMR sangat penting untuk mengantisipasi terjadinya rubela
pada saat hamil. Sementara pada anak lelaki, nantinya vaksin
MMR mencegah agar tak terserang rubela dan menulari sang
istri yang mungkin sedang hamil. Penting diketahui, rubela
dapat menyebabkan kecacatan pada janin.
MMR merupakan pengulangan vaksin campak, ditambah
dengan Gondongan dan Rubela (Campak Jerman). Diberikan
saat anak usia 15 bulan dan diulang saat anak berusia 6
tahun.
M : Mumps (parotitis atau gondongan)
M : Measles (campak)
R : Rubella (campak Jerman)
Mumps (parotitis atau gondongan)
Penyakit mumps (parotitis) disebabkan virus mumps
yang menyerang kelenjar air liur di mulut, dan banyak
diderita anak-anak dan orang muda

Kebanyakan orang menderita penyakit mumps hanya


sekali seumur hidup.
Pencegahan mumps paling efektif adalah dengan
imunisasi bersamaan dengan campak dan rubella
(vaksinasi MMR) sebanyak 2 kali dengan selang
penyuntikan 1-2 bulan
• Reaksi dari vaksin ini biasanya baru muncul
tiga minggu setelah diberikan, berupa bengkak
di kelenjar belakang telinga
• Diberikan 2 kali, yaitu pada usia 15 bulan dan
6 tahun. Jika belum mendapat imunisasi
campak di usia 9 bulan, maka MMR dapat
diberikan di usia 12 bulan, dan diulangi pada
umur 6 tahun.
Tifoid
•  Ada 2 jenis vaksin tifoid yang bisa diberikan ke anak,
yakni :
1. vaksin oral (Vivotif) dan
2. vaksin suntikan (TyphimVi).
 Keduanya efektif mencekal demam tifoid alias
penyakit tifus, yaitu infeksi akut yang disebabkan
bakteri Salmonella typhi. Bakteri ini hidup di sanitasi
yang buruk seperti lingkungan kumuh, dan makanan-
minuman yang tidak higienis. Dia masuk melalui
mulut, lalu menyerang tubuh, terutama saluran cerna.
B. JENIS VAKSIN TIFOID
1. Monovalen whole cell typhoid vaccine
2. Vaksin kapsuler Vi polisakarida (Vi-CPS)
a. Diberikan pada umur lebih dua tahun, ulangan
dilakukan setiap 3 tahun.
b. Kemasan dalam prefilled syringe 0,5 ml pemberian
secara intramuskular.
3. Tifoid oral Ty21a
a. Diberikan pada umur lebih dari 6 tahun.
b. Dikemas dalam kapsul, diberikan 3 dosis dengan
interval selang sehari (hari 1,3,5).
c. Imunisasi ulangan diberikan setiap 3-5 tahun.
C. CARA PEMBERIAN
Vaksin suntikan diberikan satu kali kepada anak umur 2
tahun dan diulang setiap 3 tahun. Pengulangan ini perlu
mengingat serangan penyakit tifus bisa berulang, ditambah
banyaknya lingkungan yang tidak higienis dan kurang
terjaminnya makanan yang dikonsumsi anak.
Sementara vaksin oral diberikan kepada anak umur 6
tahun atau lebih.
D. CARA PENYIMPANAN
1. Penempatan lemari es
a. Jarak lemari es - dinding belakang : > +10 – 15 cm atau sampai
pintu lemari es dapat dibuka
b. Jarak antara lemari es - lemari es : + 15 cm.
c. Tidak terkena sinar matahari langsung.
d. Sirkulasi udara cukup (exhaust fan)
e. Satu unit lemari es / fraeezer 1 stop kontak listrik.
2. Penyimpanan vaksin di lemari es
a. Suhu dalam antara + 2OC s/d + 8OC
b. Semua vaksin disimpan pada suhu + 2OCs/d + 8OC
c. Bagian bawah diletakkan cool pack sebagai penahan dingin &
kestabilan suhu
d. Jarak antara dua vaksin < 1- 2 cm atau satu jari tangan
e. Vaksin HS (BCG, Campak, Polio) diletakkan dekat evaporator
Imunisasi Hepatitis A
• Tidak ada pengobatan khusus untuk hepatitis A,
karena sesungguhnya penyakit ini dapat sembuh
sendiri. Pengobatan dilakukan hanya untuk mengatasi
gejala seperti demam dan mual. Selebihnya, anak
harus banyak istirahat dan mengonsumsi makanan
bergizi akan tetapi Hep.A bisa menjadi berat bila
terjadi komplikasi. Jadi, pencegahan tetap diperlukan,
yakni dengan pemberian imunisasi hepatitis A.
Disamping, menjaga lingkungan agar selalu bersih dan
sehat, termasuk kebersihan makanan dan minuman.
  Hepatitis A
• Diberikan pada anak usia di atas 2 tahun. Immunisasi
diberikan pada daerah kurang terpajan, pada anak umur >
2 tahun, Immunisasi dasar 3x pada bulan ke 0, 1, dan 6
bulan kemudian, dosis vaksin (Harvix-inactivated virus
strain HM 175) 0,5 ml secara IM di daerah deltoid.
• Reaksi yang terjadi kadang demam, lelah, lesu, mual dan
hilang nafsu makan.
•  Efek samping Umumnya, tak menimbulkan reaksi. Namun,
meski sangat jarang, dapat muncul rasa sakit pada bekas
suntikan, gatal, dan merah, disertai demam ringan. Reaksi
ini akan menghilang dalam waktu 2 hari
Rute dan dosis vaksin hepatitis A
Imunisasi Varicella
 Imunisasi varicella merupakan imunisasi yang
digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
cacar air (varicella). Vaksin varicella merupakan
virus hidup varicella zooster strain OKA yang
dilemahkan. (Hidayat,2008).
 Pemberian Imunisasi
Diberikan sebanyak 1 kali yakni pada usia antara
10-12 tahun dan bila di atas usia 13 tahun dapat
diberikan 2 kali suntikan dengan interval 4-8
minggu.
Lanjutan...
 Efek Samping
Umumnya tak terjadi reaksi. Hanya sekitar 1%
yang mengalami demam.
 Tingkat kekebalan
Efektivitasnya bisa mencapai 97%. Dari
penelitian terhadap 100 anak yang diimunisasi
varisela, hanya 3 di antaranya yang tetap
terkena cacar air, itu pun tergolong ringan.
Lanjutan…
○ Dosis
Anak-anak yang belum pernah terkena cacar air
semestinya mendapatka (dua) dosis vaksin pada
tingkat umur yaitu :
 Dosis 1 : pada umur 12-15 bulan (0,5 ml)
 Dosis 2: 10-12 tahun dan bila di atas usia 13
tahun dapat diberikan 2 kali suntikan dengan
interval 4-8 minggu (1 ml)
Lanjutan...
o Kontra indikasi
Demam, infeksi akut, hipersensitifitas
terhadap komponen vaksin.
 Cara penyimpanan
Vaksin ini harus disimpan pada suhu 2-8oc.
So…..
• Sebelum bayi mendapat infeksi dari penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi berilah imunisasi sedini
mungkin segera setelah bayi lahir dan usahakan
melengkapi imunisasi sebelum bayi berumur satu tahun
(Dirjen PPM dan PL, 2000).
Untuk mengurangi ketidaknyamanan pasca imunisasi,
dipertimbangkan untuk pemberian parasetamol 15
mg/kgbb pada bayi setelah imunisasi, terutama paska
imunisasi DPT. Kemudian dilanjutkan setiap tiga sampai
empat jam sesuai kebutuhan, maksimal empat kali dalam
24 jam (IDAI, 2001).
Thanks for your Attention

Anda mungkin juga menyukai