Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KASUS

TB paru bakteriologis kasus baru


Bronkiektasis terinfeksi
DM tipe II

Oleh : Antony Halim


Pembimbing : dr. Ari Prabowo, Sp. P
Identitas
 Nama : Ny. S
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Tanggal lahir : 03 – 04 – 1976
 Usia : 41 tahun
 Agama : Islam
Anamnesis
Pasien datang dengan keluhan utama sesak napas. Sesak napas dirasakan
sejak ± 3 bulan SMRS, dirasakan lebih memberat sejak 1 jam SMRS. Sesak
terutama dirasakan saat beraktivitas berat, saat berbaring sesak masih
dirasakan namun berkurang. Sesak napas diawali dengan batuk-batuk
berdahak, sejak ± 3 bulan SMRS, dahak berwarna putih. Pasien juga
mengeluhkan demam yang naik turun sejak 2 minggu SMRS, disertai dengan
keringat malam terutama saat malam hari. Nafsu makan juga dirasakan
berkurang, mual (+), muntah (-), nyeri ulu hati juga dirasakan. Keluarga
pasien mengatakan pasien semakin bertambah kurus sejak 3 bulan terakhir.
Riwayat merokok : > 20 tahun, sehari mencapai ½ kotak, namun sudah
berhenti sejak ± 1 tahun SMRS
Riwayat Penyakit Dahulu:
 Riwayat TB paru sebelumnya (+) 1 tahun yang lalu namun sudah putus berobat. Baru
sempat minum obat TB <1 bulan
 Riwayat DM (+) tidak terkontrol
 Riwayat hipertensi (-)
 Riwayat alergi (-)
 Riwayat operasi (-)

Riwayat Penyakit Keluarga:


 Riwayat keluhan serupa pada keluarga (-)
 Riwayat hipertensi dan DM pada keluarga (-)

Riwayat Pekerjaan :
Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga
Pemeriksaan Fisik
Status generalis

 Keadaan Umum : Tampak sakit sedang


 Kesadaran : compos mentis (E4 M6 V5)
 Tanda vital
TD : 120/80 mmHg
HR : 112 x/menit
RR : 28 x/menit
T : 37,4°C
SpO2 : 94%
Pemeriksaan Fisik
 Kepala : Normocephali
 Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), discharge (-/-) pupil
bulat, isokor 3 mm/3 mm, RCL +/+, RCTL +/+
 Telinga : Sekret (-), otore (-), bettle sign (-)
 Hidung : Sekret (-), deviasi septum (-), rinore (-)
 Leher : deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran KGB (-)
 Jantung :
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : S1-SII reguler, murmur (-), gallop (-)
Pemeriksaan Fisik
 Paru :
Inspeksi : normal, gerakan dinding dada simetris
Palpasi : fremitus taktil simetris, jejas (-), nyeri tekan (-)
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : vesikuler (+/+), ronkhi (+/+), wheezing (-/-)
 Abdomen :
Inspeksi : simetris, distensi (-), jejas (-)
Auskultasi : bising usus (+)
Palpasi : supel, nyeri tekan (+) regio epigastrium, hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani di seluruh lapang abdomen
 Ekstremitas :
Akral hangat, CRT < 2”, edema (-)
Pemeriksaan Penunjang
Jenis 29/12/2017 1/1/2018 4/1/2018 6/1/2018 8/1/2018
Pemeriksaan
Hemoglobin 8,8 g/dl 9,5 g/dl 9,7 g/dl 9,2 g/dl 8,8 g/dl
Jumlah 18.200/µl 10.500/µl 27.300/µl 20.600/µl 20.200/µl
leukosit
Jumlah 443.000/µl 407.000/µl 228.000/µl 301.000/µl 292.000/µl
trombosit
Hematokrit 24,2% 27,4 % 28,3% 26,3% 25,5%
Jumlah 3,40 x 10^6/µl 3,77 x 10^6/µl 3,75 x 10^6/µl 3,55 x 10^6/µl 3,44 x 10^6/µl
eritrosit
Hitung jenis leukosit
Mid cell 7 6,4 1 5 3
Granulosit 85 87,4 94 90 91
Limfosit 8 6,2 5 5 6
Pemeriksaan Penunjang
29/12/2017 - Konsolidasi di lapang paru bawah kiri
 GDS : 324 mg/dl 03/01/2018
 Golongan darah :A  BTA : +2
 SGOT : 27 U/L  TCM : MTB terdeteksi
 SGPT : 14 U/L tinggi
RR tidak terdeteksi
04/01/2018
02/01/2018
 HIV : (-) / Nonreaktif
 Hasil USG :
- Tidak tampak efusi pleura kiri
Pemeriksaan Penunjang
29/12/2017
 EKG
Pemeriksaan Penunjang
29/12/2017  Diafragma kanan setinggi kosta 8
 Rontgen Thorax posterior
 Sinus kostofrenikus kanan lancip
 Trachea tak tampak deviasi
Kesan : TB paru cenderung aktif
 Cor bentuk dan letak normal
 Pulmo : corakan vaskular kasar, tampak
infiltrat pada lapangan tengah paru kanan
dan kiri, bronkiektasis
Diagnosis
 TB paru bakteriologis kasus baru
 Bronkiektasis terinfeksi
 DM tipe II
Tatalaksana
29/12/2017
 IVFD RL 20 tpm + drip mersibion 1 amp / 24 jam
 Inj. Ranitidin 1 amp / 12 jam
 Inj. Ceftriaxone 1 x 2 gr
 Nebu ventolin 1 resp / 6 jam
 Nebu flexotide 1 resp / 12 jam
 Inj. Metilprednisolon 2 x 31,25 mg
 P.o : - Metformin tab 3 x 500 mg
- Azitromisin tab 1 x 500 mg
Tatalaksana
02/01/2018
 IVFD RL 20 tpm + drip mersibion 1 amp / 24 jam
 Inj. Ranitidin 1 amp / 12 jam
 Inj. Ceftriaxone 1 x 2 gr stop, diganti Cefixime 2 x 200 mg
 Nebu ventolin 1 resp / 6 jam
 Nebu flexotide 1 resp / 12 jam
 Inj. Metilprednisolon 2 x 31,25 mg, diganti MP tab 2 x 8 mg
 P.o : Azitromisin tab 1 x 500 mg, stop
 + meptin inhaler 2 x 1
Tatalaksana
04/01/2018
Mulai OAT : BB = 26 kg
RHZE (260/130/650/390)

05/01/2018
 IVFD RL 20 tpm + drip mersibion 1 amp / 24 jam
 Inj. Ranitidin 1 amp / 12 jam
 Cefixime 2 x 200 mg, stop ganti Inf. Levofloxacin 1 x 750 mg
 Nebu ventolin 1 resp / 6 jam
 Nebu flexotide 1 resp / 12 jam
 MP tab 2 x 4 mg
 meptin inhaler 2 x 1
 + p.o Curcuma 3 x 1
 RHZE (260/130/650/390)
Tatalaksana
08/01/2018
 IVFD RL 20 tpm + drip mersibion 1 amp / 24 jam
 Inj. Ranitidin 1 amp / 12 jam
 Inf. Levofloxacin 1 x 750 mg, ganti Levofloxacin tab 1 x 750 mg
 Nebu ventolin 1 resp / 6 jam
 Nebu flexotide 1 resp / 12 jam
 MP tab 2 x 4 mg, stop
 meptin inhaler 2 x 1
 + p.o Curcuma 3 x 1
 RHZE (260/130/650/390)
Tatalaksana
09/01/2018
BLPL
 Levofloxacin tab 1 x 750 mg
 Ranitidin tab 2 x 1
 Curcuma tab 3 x 1
 Ventolin MDI 2 x 1
 RHZE (260/130/650/390)
Prognosis
 Ad vitam : dubia ad bonam
 Ad functionam : dubia ad bonam
 Ad sanactionam : dubia ad bonam
PEMBAHASAN
Bronkiektasis
 Bronkiektasis (BE) adalah penyakit saluran napas kronik ditandai dengan
dilatasi abnormal yang permanen disertai rusaknya dinding bronkus.
Biasanya pada daerah tersebut ditemukan perubahan yang bervariasi
termasuk di dalamnya inflamasi transmural, edema mukosa (BE silindris),
ulserasi (BE kistik) dengan neovaskularisasi dan timbul obstruksi berulang
karena infeksi sehingga terjadi perubahan arsitektur dinding bronkus
serta fungsinya.
Epidemiologi
 Bronkiektasis adalah penyebab kematian yang sangat penting pada
negara-negara berkembang. Di Negara maju seperti AS,
bronkiektasis mengalami penurunan sesuai dengan kemajuan
pengobatan. Prevalensi bronkiektasis lebih tinggi pada penduduk
dengan golongan sosial ekonomi yang rendah.
 Di Amerika Serikat, bronkiektasis bukan merupakan penyakit yang
umum. Tetapi jumlah penyakit bronkiektasis di Amerika Serikat
biasanya berkaitan dengan infeksi mycobacteria atau faktor
lingkungan yang lain yang dilaporkan meningkat.
 Di Indonesia belum ada laporan tentang angka-angka yang pasti
mengenai penyakit ini. Penyakit ini cukup sering ditemukan di
klinik-klinik dan diderita oleh laki-laki maupun wanita mulai sejak
anak-anak bahkan dapat berupa kelainan kongenital.
Etiologi dan Faktor Predisposisi
 Infeksi primer (bakteri, jamur, dan virus)
 Obstruksi bronkus
 Fibrosis kistik
 Sindroma Young
 Diskinesia siliar primer
 Aspergilosis bronkopulmoner alergi
 Keadaan imunodefisiensi
 Defek anatomi kongenital
 Penyakit reumatik
 Merokok
Klasifikasi
 Bronkiektasis kongenital (jarang)
 Biasanya sebagai akibat dari defisiensi sistem imunitas paru:
immotile cillia syndrome, defisiensi IgA/C3/C4, defisiensi alfa-
antitiripsin
 Sering merupakan penyakit penyerta dari cystic fibrosis
 Merupakan salah satu komponen dari sindroma kartagener
(dekstrokardia, sinusitis dan bronkiektasis kongenital)
 Bronkiektasis didapat (lebih sering)
 Akibat proses radang paru yang parah pada masa kanak-kanak yang
tidak sempurna : akut: pneumonia / bronkopneumonia, kronik :
tuberkulosis
 Karena aspirasi benda asing pada anak
Klasifikasi
Berdasarkan bentuk pelebarannya, bronkiektasis dapat dibedakan
menjadi:
 Tipe silinder
 Tipe kantong (saccular)
 Tiper varikosa
Patogenesis
 Kelainan dapat terjadi hanya pada satu bronkus saja, tetapi lebih
sering kelainan terdapat pada lebih dari satu bronkus
 Volume paru yang masih berfungsi berkurang sesuai dengan
banyaknya percabangan bronkus yang hilang (gangguan restriksi
paru : VC < 80%). Akibatnya, napas menjadi pendek yang berujung
pada hipoksemia kronis pada penderita
 Karena ada sarang infeksi kronis dapat: menjadi sumber infeksi
fokal (mikroabses di otak, ginjal, dll), menjadi radang akut
(pneumonia), terjadi perdarahan, timbul superinfeksi dengan
kuman lain (cth : kuman anaerob pada caries dentis)
Manifestasi Klinis
 Batuk-batuk sudah bertahun-tahun, biasanya berawal dari masa kanak-
kanak
 Dahak makin lama makin banyak, terutama pagi hari sewaktu bangun tidur
 Jumlah dahak bisa sampai sekitar 1 gelas atau lebih setiap pagi
 Dahak berkisar antara mukopurulen (remisi) sampai purulen (eksaserbasi
akut)
 Dahak berbau nanah atau berbau busuk
 Penderita sering mengeluh sesak (tanpa suara ngik-ngik) apabila bekerja
sedikit saja
 Hemoptoe (dari sedikit sampai banyak pada separuh penderita)
 Suhu tubuh agak meningkat sedikit (tanda infeksi kronis). Meninggi pada
eksaserbasi akut
Diagnosis
 Clubbing finger  Spirometri : kapasitas vital paru
 Auskultasi : ronkhi basah sedang menurun >20%, APE menurun
sampai kasar para hiler dan/atau  Darah rutin : leukositosis ringan
parakardial (tergantung letak atau berat pada eksaserbasi akut
bronkus yang terserang)  Kultur darah : bakteriemi
 Rontgen thorax : gambaran cincin-  Analisis gas darah : hipoksemia
cincin kecil di daerah ringan
parahiler/parakardial dengan dasar
yang agak suram (infiltrat). Cincin  Sputum
ini merupakan bayangan dari
bronkus yang menebal dan
mengalami dilatasi. Bila gambaran
cincin banyak akan membentuk
gambaran sarang tawon
Tatalaksana
 Hanya reseksi radikal bagian paru yang melayani bronkus yang rusak
(lobektomi) yang dapat membebaskan penderita dari keluhannya.
Indikasi absolut: hemoptoe profus yang tidak teratasi dengan obat,
indikasi reseksi
Terapi konservatif, antara lain:
 Membatukkan keluar dahak setuntas mungkin, dapat dibantu dengan
ekspektoran, mukolitik, inhalasi
 Hindari polutan udara seperti asap rokok
 Memperbaiki oksigenisasi darah dengan O2 dosis rendah via NK (2lpm)
 Antioksidan
 Antibiotik bila terjadi eksaserbasi akut atau superinfeksi
Komplikasi
 Hemoptoe
 Radang akut berupa infeksi saluran pernapasan bawah, abses paru,
atau empiema
 Emboli pus
 Sumber infeksi lokal
 Cor pulmonale
KESIMPULAN
 Pasien Ny. S, 41 tahun mengalami TB paru bakteriologis kasus baru,
bronkiektasis terinfeksi, dan DM tipe II berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, sehingga diperlukan
tatalaksana yang tepat.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai