Lapkas Paru
Lapkas Paru
Riwayat Pekerjaan :
Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga
Pemeriksaan Fisik
Status generalis
05/01/2018
IVFD RL 20 tpm + drip mersibion 1 amp / 24 jam
Inj. Ranitidin 1 amp / 12 jam
Cefixime 2 x 200 mg, stop ganti Inf. Levofloxacin 1 x 750 mg
Nebu ventolin 1 resp / 6 jam
Nebu flexotide 1 resp / 12 jam
MP tab 2 x 4 mg
meptin inhaler 2 x 1
+ p.o Curcuma 3 x 1
RHZE (260/130/650/390)
Tatalaksana
08/01/2018
IVFD RL 20 tpm + drip mersibion 1 amp / 24 jam
Inj. Ranitidin 1 amp / 12 jam
Inf. Levofloxacin 1 x 750 mg, ganti Levofloxacin tab 1 x 750 mg
Nebu ventolin 1 resp / 6 jam
Nebu flexotide 1 resp / 12 jam
MP tab 2 x 4 mg, stop
meptin inhaler 2 x 1
+ p.o Curcuma 3 x 1
RHZE (260/130/650/390)
Tatalaksana
09/01/2018
BLPL
Levofloxacin tab 1 x 750 mg
Ranitidin tab 2 x 1
Curcuma tab 3 x 1
Ventolin MDI 2 x 1
RHZE (260/130/650/390)
Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanactionam : dubia ad bonam
PEMBAHASAN
Bronkiektasis
Bronkiektasis (BE) adalah penyakit saluran napas kronik ditandai dengan
dilatasi abnormal yang permanen disertai rusaknya dinding bronkus.
Biasanya pada daerah tersebut ditemukan perubahan yang bervariasi
termasuk di dalamnya inflamasi transmural, edema mukosa (BE silindris),
ulserasi (BE kistik) dengan neovaskularisasi dan timbul obstruksi berulang
karena infeksi sehingga terjadi perubahan arsitektur dinding bronkus
serta fungsinya.
Epidemiologi
Bronkiektasis adalah penyebab kematian yang sangat penting pada
negara-negara berkembang. Di Negara maju seperti AS,
bronkiektasis mengalami penurunan sesuai dengan kemajuan
pengobatan. Prevalensi bronkiektasis lebih tinggi pada penduduk
dengan golongan sosial ekonomi yang rendah.
Di Amerika Serikat, bronkiektasis bukan merupakan penyakit yang
umum. Tetapi jumlah penyakit bronkiektasis di Amerika Serikat
biasanya berkaitan dengan infeksi mycobacteria atau faktor
lingkungan yang lain yang dilaporkan meningkat.
Di Indonesia belum ada laporan tentang angka-angka yang pasti
mengenai penyakit ini. Penyakit ini cukup sering ditemukan di
klinik-klinik dan diderita oleh laki-laki maupun wanita mulai sejak
anak-anak bahkan dapat berupa kelainan kongenital.
Etiologi dan Faktor Predisposisi
Infeksi primer (bakteri, jamur, dan virus)
Obstruksi bronkus
Fibrosis kistik
Sindroma Young
Diskinesia siliar primer
Aspergilosis bronkopulmoner alergi
Keadaan imunodefisiensi
Defek anatomi kongenital
Penyakit reumatik
Merokok
Klasifikasi
Bronkiektasis kongenital (jarang)
Biasanya sebagai akibat dari defisiensi sistem imunitas paru:
immotile cillia syndrome, defisiensi IgA/C3/C4, defisiensi alfa-
antitiripsin
Sering merupakan penyakit penyerta dari cystic fibrosis
Merupakan salah satu komponen dari sindroma kartagener
(dekstrokardia, sinusitis dan bronkiektasis kongenital)
Bronkiektasis didapat (lebih sering)
Akibat proses radang paru yang parah pada masa kanak-kanak yang
tidak sempurna : akut: pneumonia / bronkopneumonia, kronik :
tuberkulosis
Karena aspirasi benda asing pada anak
Klasifikasi
Berdasarkan bentuk pelebarannya, bronkiektasis dapat dibedakan
menjadi:
Tipe silinder
Tipe kantong (saccular)
Tiper varikosa
Patogenesis
Kelainan dapat terjadi hanya pada satu bronkus saja, tetapi lebih
sering kelainan terdapat pada lebih dari satu bronkus
Volume paru yang masih berfungsi berkurang sesuai dengan
banyaknya percabangan bronkus yang hilang (gangguan restriksi
paru : VC < 80%). Akibatnya, napas menjadi pendek yang berujung
pada hipoksemia kronis pada penderita
Karena ada sarang infeksi kronis dapat: menjadi sumber infeksi
fokal (mikroabses di otak, ginjal, dll), menjadi radang akut
(pneumonia), terjadi perdarahan, timbul superinfeksi dengan
kuman lain (cth : kuman anaerob pada caries dentis)
Manifestasi Klinis
Batuk-batuk sudah bertahun-tahun, biasanya berawal dari masa kanak-
kanak
Dahak makin lama makin banyak, terutama pagi hari sewaktu bangun tidur
Jumlah dahak bisa sampai sekitar 1 gelas atau lebih setiap pagi
Dahak berkisar antara mukopurulen (remisi) sampai purulen (eksaserbasi
akut)
Dahak berbau nanah atau berbau busuk
Penderita sering mengeluh sesak (tanpa suara ngik-ngik) apabila bekerja
sedikit saja
Hemoptoe (dari sedikit sampai banyak pada separuh penderita)
Suhu tubuh agak meningkat sedikit (tanda infeksi kronis). Meninggi pada
eksaserbasi akut
Diagnosis
Clubbing finger Spirometri : kapasitas vital paru
Auskultasi : ronkhi basah sedang menurun >20%, APE menurun
sampai kasar para hiler dan/atau Darah rutin : leukositosis ringan
parakardial (tergantung letak atau berat pada eksaserbasi akut
bronkus yang terserang) Kultur darah : bakteriemi
Rontgen thorax : gambaran cincin- Analisis gas darah : hipoksemia
cincin kecil di daerah ringan
parahiler/parakardial dengan dasar
yang agak suram (infiltrat). Cincin Sputum
ini merupakan bayangan dari
bronkus yang menebal dan
mengalami dilatasi. Bila gambaran
cincin banyak akan membentuk
gambaran sarang tawon
Tatalaksana
Hanya reseksi radikal bagian paru yang melayani bronkus yang rusak
(lobektomi) yang dapat membebaskan penderita dari keluhannya.
Indikasi absolut: hemoptoe profus yang tidak teratasi dengan obat,
indikasi reseksi
Terapi konservatif, antara lain:
Membatukkan keluar dahak setuntas mungkin, dapat dibantu dengan
ekspektoran, mukolitik, inhalasi
Hindari polutan udara seperti asap rokok
Memperbaiki oksigenisasi darah dengan O2 dosis rendah via NK (2lpm)
Antioksidan
Antibiotik bila terjadi eksaserbasi akut atau superinfeksi
Komplikasi
Hemoptoe
Radang akut berupa infeksi saluran pernapasan bawah, abses paru,
atau empiema
Emboli pus
Sumber infeksi lokal
Cor pulmonale
KESIMPULAN
Pasien Ny. S, 41 tahun mengalami TB paru bakteriologis kasus baru,
bronkiektasis terinfeksi, dan DM tipe II berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, sehingga diperlukan
tatalaksana yang tepat.
TERIMA KASIH