Anda di halaman 1dari 40

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN JANUARI 2018


UNIVERSITAS PATTIMURA

LASERASI PALPEBRA

Disusun oleh:
Yuyun Anissa
NIM. 2016-84-013

Pembimbing
dr. Carmila L. Tamtelahitu, Sp.M

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA RSUD Dr. M. HAULUSSY
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2018
IDENTITAS
Nama (inisial) : Tn. YHA
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 30 tahun
Alamat : Air Salobar
Agama : KP
Pekerjaan : POLRI
Tempat pemeriksaan : Poliklinik Mata RSUD Dr. M. Haulussy Ambon
Waktu pemeriksaan : Jumat, 11 Januari 2018

ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Luka robek pada kelopak mata kiri
Anamnesis Terpimpin:
Pasien datang dengan keluhan luka robek pada kelopak mata kiri yang dialami ± 16 jam
sebelum masuk rumah sakit, pasien tiba di UGD RSUD Dr. M. Haulussy Ambon pada pukul
13:45 WIT tanggal 8/1/2018, luka robek pada kelopak mata kiri diakibatkan benturan batu yang
di lemparkan saat terjadi tawuran. Setelah kejadian pasien tidak dapat membuka mata karena
perdarahan aktif yang terjadi dan rasa nyeri yang dialami, namun setelah darah dibersihkan
pasien masih dapat melihat walaupun kesulitan membuka kelopak mata (+), edema pada
kelopak mata kiri (+), terasa nyeri (+), keluarnya darah dari kelopak mata kiri (+) dari mata (-),
mata merah (+), ekimosis (-), air mata yang keluar berlebihan(+), silau (-), kotoran mata
berlebihan(-).
 Riwayat Penyakit Terdahulu: Hipertensi (-), DM (-)
 Riwayat Penyakit Keluarga: -
 Riwayat Pengobatan: -
 Riwayat Sosial Ekonomi: Keseharian pasien bekerja
di kepolisian untuk mengatur ketertiban dan
keamanan yang mana sering menghabiskan waktu di
luar rumah yang beresiko terhadapat acaman trauma.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Kesadaran: compos mentis
Tekanan darah: 120/80 mmHg
Nadi: 72x /menit
OD Segmen anterior bola OS
Pernapasan: 18x /menit mata
Suhu: ± 37o C
Edema (-) Palpebra Edema (+), laserasi palpebra full thickness
Status Oftalmologi (+) pada kantus medial sepanjang ±5 cm

Visus secara vertikal

OD : 6/6 Pterigium (-), anemis (-) Konjungtiva Pterigium (-),


(+),ekimosis (-),
anemis (-), hiperemis

OS : 6/15 Pterigium (-) Kornea Pterigium (-)


Segmen Anterior ODS
Hifema (-), ulkus (-) Bilik mata depan Hifema (-), ulkus (-)

radier, sinekia (-) Iris radier, sinekia (-)

Bulat, 3 mm Pupil Bulat, 3mm

Jernih Lensa Jernih

Foto mata Pasien


•PEMERIKSAAN PENUNJANG: Darah Rutin

Tanggal 08/10/18 Nilai normal


Hematologi
Jumlah eritrosit 4,73 3,5-5,5
Hemoglobin 15,0 g/dl 14,0 – 18,0 g/dL
Hematokrit 42,9% 40-52 %
MCV 91 80-100µm3
MCH 31,7 27-32pg
MCHC 35,0 32-36 g/dl
RDW 11,7 11-16%
Leukosit 14,1 ribu/ul 5,0-10,0 ribu/uL
Trombosit 325.000/ul 150-400 ribu/uL
MPV 7,8 µm3 6-11 µm3
PCT 0,253% 0,150-0,500%
PDW 12,3% 11-18%
Basofil 0,8% 0-1%
Eosinofil 1,8% 1-3%
Netrofil 71,5% 50-70 %
Limfosit 17,7% 20-40 %
Monosit 8,2% 2-8 %
Golongan Darah O  

•DIAGNOSIS KERJA: OS Trauma tumpul non perforans + Laserasi palpebral


full thickness
•DIAGNOSA BANDING: -
PERENCANAAN
Terapi
 Human tetanus immunoglobulin sebanyak 250 U im + tetanus toxoid 0,5 ml (im/sc)

 Debridement dan irigasi

 Antibiotic intravena, termasuk penicillin G, cefazolin, dan ampicilin sulbactam akan membantu

mengatasi infeksi ini.


 OS rencana rekonstruksi palpebra

Monitoring:
Keluhan
Visus
Segmen anterior mata
 
Edukasi
Penjelasan mengenai kondisi mata pasien saat ini
Tindakan yang harus dilakukan terhadap pasien
Komplikasi yang mungkin terjadi
Prognosis
 
PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad fungsionam : dubia at bonam
Quo ad sanasonam : dubia at bonam
LEMBAR FOLLOW UP
Tanggal PERJALANAN PENYAKI PLANNING
(SOAP)
11/1/2018 S: nyeri (+) edema palpebral (+), Aff infus
perdarahan (-), mata merah (+), Ciprofloxaxin 2x500mg
luka jahitan (+),kotoran mata Asam mefenamat 2x500 mg
berlebihan(-). Cendomycetin 3x1 tts (OS)
Floxa 4 dd 1 gtt (OS)
O : Visus
 
OD : 6/6  
 
OS : 6/15
 
Segmen Anterior ODS :
OD : DBN
OS : palpebral : edema (+),
perdarahan (-)
kotoran mata (+)
konjungtiva hiperemis (+)
 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN
 
Sejumlah mekanisme trauma tumpul dan tajam wajah
dapat menyebabkan laserasi kelopak mata. Trauma
masih sering terjadi akibat kecelakaan lalu-lintas,
gigitan binatang, perkelahian dan luka bakar. Banyak
mekanisme tumpul dan penetrasi trauma wajah dapat
mengakibatkan hal tersebut, bahkan benda tumpul
yang tampaknya tidak berbahaya di tempat kerja
dapat menyebabkan luka kelopak mata.1,2
ANATOMI DAN FISIOLOGI
PALPEBRA

Palpebra atau kelopak mata adalah alat penutup mata yang berguna untuk :

 melindungi permukaan anterior bola mata dari trauma, sinar matahari


dan benda asing.
 mencegah pengeringan bola mata karena adanya kelenjar-kelenjar
pallpebra
Bagian-Bagian Palpebra
 Kelenjar seperti : kelenjar sebasea, kelenjar Moll atau kelenjar
keringat, kelenjar Zeis pada pangkal rambut, dan kelenjar
Meibom pada tarsus.
 Otot seperti : M. Orbikularis okuli yang berfungsi menutup bola
mata yang dipersarafi N. Fascial (N. VII). M. Levator palpebra
yang berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau membuka
mata, dipersarafi oleh N. Occulomotorius (N. III)
 Pembuluh darah yang memperdarahi adalah arteri palpebra.
 Persarafan sensorik palpebra superior adalah N. Trigeminus (N.
V), sedangkan palpebra inferior oleh cabang N. Optikus (N. II)
dan N. Trigeminus (N. V).
PENGERTIAN
 laserasi palpebra merupakan rudapaksa pada
kelopak mata akibat suatu benda yang
mengakibatkan luka robek/laserasi.
1. Trauma benda tumpul
 evaluasi biomikroskopi

 fundus

 CT scan

Tanda:
Echimosis dan Edema
Patofisiologi
2. Trauma Benda Tajam
penanganan berdasarkan kedalaman dan lokasi
cedera.
3. Gigitan Anjing dan Manusia
4. Luka Bakar Palpebra
Laserasi Palpebra
a. Laserasi tanpa melibatkan margo palpebra
hanya terdapat pada kulit dan otot orbicularis biasanya
hanya memerlukan jahitan pada kulitnya saja.
peru dilakukan debridement , kemudian segera
dilakukan jahit.
hati-hati pada laserasi di otot levator untuk
menghindari ptosis post operasi
Laserasi Palpebra
b. Laserasi melibatkan margo palpebra
memerlukan jahitan untuk menghindari tepi luka
yang tidak baik. Banyak teknik – teknik sudah
diperkenalkan tapi pada prinsip pentingnya adalah
aproksimasi tarsal harus dibuat dalam garis lurus.
Laserasi Palpebra
c. Trauma pada jaringan lunak kantus

Penanganan avulsi dari tendon medial kantus tergantung pada jenis


avulsinya. Jika pada bagian atas atau bagian bawah terjadi avulsi
tetapi pada bagian posterior masih intake avulsi dapat di jahit.
Jika terdapat avulsi pada posterior tetapi tidak ada fracture pada
nasoorbital tendon yang mengalami avulsi harus di lakukan
wirering melalui lubang kecil di dalam kelenjar lakrimal lateral
posterior.
Jika avulsi tendon disertai dengan fraktur nasoorbital, wirering
transnasal atau platting diperlukan setelah reduksi dari fraktur.
3. Gigitan Anjing dan Manusia

 Laserasi palpebra pada sebagian kulit luar dan kulit


secara menyeluruh, avulsi kantus, laserasi
kanalikulus paling sering terjadi.

 Irigasi dan penutupan luka secara dini harus segera


dilakukan dan kemungkinan terjadinya tetanus dan
rabies harus dipikirkan serta memerlukan observasi,
direkomendasikan untuk pemberian antibiotik.
4. Luka Bakar Palpebra
Terapi akut : pemberian lubrikasi berupa artifisial tear
drops dan salep lubrikasi sebelum tidur.
Pada fase pertengahan proses wound healing:
1st: sembuh
2nd and 3rd: membentuk sikatrik, kerusakan kulit
area wajah →lagoftalmus sekunder, palpebra bawah
ectropion, retraksi palpebra atas.
Penatalaksanaan
 EVALUASI PREOPERATIVE DAN
PENDEKATAN DIAGNOSTIK
Stabilisasi Sistemik

• Evaluasi luka periorbital dimulai setelah


pasien trauma telah stabil dan cedera yang
mengancam hidup ditangani
Penatalaksanaan
 EVALUASI PREOPERATIVE DAN
PENDEKATAN DIAGNOSTIK
Riwayat Penyakit

•Anamnesa kronologi kejadian,waktu kejadian dan mekanisme cedera.

•Perhatian dan pencitraan yang tepat untuk kasus khusus:


kekerasan, trauma proyektil cepat, gigitan hewan dan manusia
Penatalaksanaan
 EVALUASI PREOPERATIVE DAN
PENDEKATAN DIAGNOSTIK
Pmx. oftalmologi

Penilaian ketajaman visual adalah wajib dan


dilakukan sebelum setiap upaya rekonstruksi.
Penatalaksanaan
 EVALUASI PREOPERATIVE DAN
PENDEKATAN DIAGNOSTIK
Evaluasi Lab dan Darah Lengkap
Radiografi Faal Hemostasis
Pemeriksaan Bahan
kimia

Foto rontgen kepala


USG Mata
CT scan
Penatalaksanaan
 EVALUASI PREOPERATIVE DAN
PENDEKATAN DIAGNOSTIK
Profilaksi Infeksi

•Pada Kasus Gigitan baik oleh karena hewan atau manusia, pasien
harus dievaluasi riwayat imunisasi.
•Pada kasus gigitan anjing: evaluasi apakah ada infeksi rabies
•Pada kasus gigitan / cakaran kucing: penisilin VK 500mg selama 5-7
hari.
•Pada kasus gigitan manusia juga diberikan penisilin.
Penatalaksanaan
 EVALUASI PREOPERATIVE DAN
PENDEKATAN DIAGNOSTIK
Timing of Repair

Dipengaruhi beberapa faktor:


-derajat kedalaman laserasi
-penyakit lain yang menyertai
-penanganan yg cepat dan tepat
-infeksi sekunder
PEMILIHAN ANASTESI
 Disesuaikan terhadap umur dan luas luka.
 Mayoritas cedera dewasa dapat menggunakan

anestesi lokal menggunakan lidokain 1 – 2 %


dengan epinefrin 1:100000.
Teknik rekonstruksi palpebra
 Partial-Thickness Eyelid Injuries
laserasi kelopak mata dangkal yang tidak
melibatkan margin palpebra dan yang sejajar dengan
garis kulit dapat distabilkan dengan skin tape
menggunakan benang ukuran 6-0 atau 7-0 yang
absorbable atau nonabsorbable.
Teknik rekonstruksi palpebra
 Eyelid Margin Lacerations
Perbaikan dimulai dengan penempatan benang 6-0
pada bidang kelenjar meibom di margin palpebra,
kira-kira 2mm dari tepi luka dan dengan kedalaman
2mm, menggunakan benang absorbable.
A. Tepi dari palpebra, jahit dengan jahitan matras
vertikal, benang melewati orificium kelenjar meibom.
B. Jahitan plat tarsal dengan 2 atau 3 jahitan terputus.
C. Jahitan pada tepi palpebra dengan matras vertical.
D. Pentupan kulit
Teknik rekonstruksi palpebra
 Eyelid Injuries with Tissue Loss
Dalam evaluasi pasien sangat penting untuk
menentukan berapa besar kelopak mata yang tidak ada
melainkan berapa banyak lapisan kelopak mata yang
hilang.

modified Hughes procedure


Full-Thickness Eyelid Lacerations
 Pada penanganan cedera ini memerlukan
pemeriksaan lapis demi lapis pada luka untuk
menilai integritas dari septum orbita, otot levator
dan aponeurosis levator, konjungtiva, otot rektus,
dan bola mata.

Tenzel flap Cutler-Beard flap.


Teknik rekonstruksi palpebra
 Cedera pada Sistem Lakrimalis
silicone tube halus (stent) diletakkan di saluran
lakrimalis untuk menjaga bukaan pada sistem
drainase air mata. Stent ini kemudian akan dilepas.
 Jika operasi ini tidak sepenuhnya berhasil gejala
dapat diselesaikan dengan menggunakan sebuah
tabung Jones Lester.

 Gambar 1.10 Penggunaan Lester Jones Tube


Komplikasi
 Akibat kegagalan dalam memperbaiki laserasi
khususnya jika melibatkan margin palpebra, dapat
berupa:
 Epifora kronis
 Konjungtivitis kronis, konjungtivitis bakterial
 Exposure keratitis
 Abrasi kornea berulang
Komplikasi
 Akibat teknik pembedahan yang buruk, terutama dalam
hal akurasi penutupan luka, dapat berupa:
 Jaringan parut
 Fibrosis
 Deformitas palpebra sikatrikal

 Keadaan luka yang memburuk akibat adanya infeksi atau


karena penutupan luka yang tertunda.
 Laserasi dekat canthus medial dapat merusak sistem
nasolacrimal.
Prognosa
 Prognosis sangat tergantung pada luasnya laserasi
atau kerusakan palpebra serta lokasi dan ketebalan
jaringan yang rusak.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai