Anda di halaman 1dari 103

HEALTHCARE ASSOCIATED

INFECTION (HAI’S)
Dr. Torajasa Achamar, Sp.PK, M.Biomed
INSTALASI LABORATORIUM & POKJA PPI
RS.HASRIE AINUN HABIBIE
PENDAHULUAN
• Konsep Dasar Penyakit
– Berdasarkan sumber infeksi, maka infeksi dapat
berasal dari masyarakat/komunitas (Community
Acquired Infection) atau dari rumah sakit (Healthcare-
Associated Infections/HAIs).
• Penyakit infeksi yang didapat di rumah sakit
beberapa waktu yang lalu disebut sebagai Infeksi
Nosokomial (Hospital Acquired Infection). Saat ini
penyebutan diubah menjadi Infeksi Terkait
Layanan Kesehatan atau “HAIs” (Healthcare-
Associated Infections)

PMK NO.27 TAHUN 2017


PMK NO.27 TAHUN 2017
 Infeksi Daerah operasi (IDO)
 Catheter-associated urinary tract

infections (CAUTI) /ISK
 IAD (Infeksi Aliran Darah ) : termasuk

didalamnya : phlebitis dan Decubitus


 Ventilator-associated pneumonia

(VAP)
Catheter Associated UTI’s (CAUTI)/ISK
Catheter Associated Urinary Tract Infection (CA -
UTI)/INFEKSI SALURAN KEMIH

Pengertian :

Infeksi Saluran Kemih yang terjadi setelah pemasangan


urine kateter ≥ 2 x 24 jam (48 jam)
Hand hygiene
• Segera lakukan kebersihan tangan sebelum dan
sesudah pemasangan kateter serta setelah
memanipulasi kateter

• Pakailah sarung tangan jika memanipulasi kateter


atau pengosongan urine bag
Catheter Maintenance
• Fiksasi Kateter untuk mencegah gerakan dan trauma pada
meatus.
• Selalu meletakan urine bag lebih rendah dari kandung
kemih.
• Tidak meletakan urine bag dilantai
• Periksa slang sesering mungkin jangan sampai terlipat
( kingking).
• Menjaga sistem drainase tertutup.
• Gunakan penampung pembuangan urine untuk satu pasien
satu alat
• Gunakan teknik aseptik untuk mendapatkan spesimen.
Pemeliharaan
 Pertahankan indwelling kateter sistem
drainage tertutup
Cara Pengambilan Spesimen.
• Pengambilan spesimen steril dari kateter
• Clamp tubing di bawah port kateter
• Swab port dengan alkohol
• Ambil spesimen dengan menusukan jarum suntik
kebagian port kateter.
• Dengan menggunakan teknik steril masukkan spesimen
ke dalam tempat yang steril dan kirim ke lab
• Buka clamp, biarkan urine mengalir
Pemeliharan
 Letakkan urine bag > rendah dari kandung kemih dan
buang tiap 8 jam (per shift)/ bila penuh
Catheter Care
• Lakukan perawatan perineal sehari-hari dan setiap selesai buang
air besar.
• Gunakan kateter terkecil yang mencapai drainase
• Tidak ada penggunaan krim atau serbuk di daerah perineum
• Irigasi kandung kemih & pemakaian antibiotika tidak dapat
mencegah infeksi saluran kemih
Catheter Removal
• Kateter segera lepas jika tidak diperlukan.
Lepas atau ganti semua kateter dalam waktu
24 jam masuk ke rumah sakit.

• Lepas atau ganti kateter jika pasien timbul


gejala
Teknik penghitungan
• Angka Infeksi :
Numerator
Denominator x 1000 = 0
/00

• Angka Infeksi :
Jumlah kasus ISK
Jmlh hari pemakaian kateter x 1000 = /00
0
Menghitung dan menganalisa data infeksi
Contoh :

 Rate ISK
Jumlah ISK
------------------------------------ X 1000 ‰
Jumlah hari pemakaiankateter urine
Contoh:
Pada bulan Mei 2013 jumlah pasien terpasang
kateter urine 16 orang dengan total hari
pemakaian kateter urine 75 hari. Jumlah pasien
ISK dua orang, maka rate ISK adalah 2/75 X 1000
‰ = 26.6 ‰
IAD (Infeksi Aliran Darah)/BSI BloodStream
Infection)
• Infeksi Aliran Darah (Blood Stream Infection/BSI)
dapat terjadi pada pasien yang menggunakan alat
sentral intra vaskuler (CVC Line) setelah 48 jam
dan ditemukan tanda atau gejala infeksi yang
dibuktikan dengan hasil kultur positif bakteri
patogen yang tidak berhubungan dengan infeksi
pada organ tubuh yang lain dan bukan infeksi
sekunder, dan disebut sebagai Central Line
Associated Blood Stream Infection (CLABSI).
Populasi yang berisiko
• Semua pasien yang menggunakan alat intravaskuler
dalam waktu > 2 X 24 jam
• Faktor risiko adalah :
– Lamanya terpasang kateter
– Lamanya hari perawatan
– Kondisi penurunan daya tahan tubuh
(immunocompromised)
– Malnutrisi
– Luka bakar
– Luka operasi tertentu
Mikroorganisme penyebab IADP

Kelbsiella
pnemoniae
Pseudomonas Candida spp.
3%
aeruginosa 8%
4% Coagulase-
nagative
Enterobacter
staphylococci
5%
37%
E.Coli
2%
Staphylococcus
Gram negative
Enterococcus aureous
rods
13% 13%
14%
35

Himpunan Perawat Pencegah dan Pengendali Infeksi Indonesia (HIPPII)- Pusat


Kesalahan-kesalahan pada
pemasangan kateter intravena
Kesalahan-kesalahan pada
pemasangan kateter intravena
• Pasien memiliki setidaknya satu dari tanda-tanda atau
gejala berikut: demam (> 38oC), menggigil, atau hipotensi,
BRADIKARDI, APNEU
Hasil laboratorium positif tidak berhubungan dengan infeksi
di tempat lain dan komensal umum (yaitu, diphtheroid
[Corynebacterium spp. C. diphtheriae tidak], Bacillus spp.
[bukan B. anthracis], Propionibacterium spp.,
staphylococcus koagulase-negatif [termasuk S.
epidermidis], viridans kelompok streptokokus, Aerococcus
spp., dan Micrococcus spp.) yang dikultur dari dua atau
lebih kultur darah diambil pada kesempatan terpisah
• Dengan tidak ada penyebab lain
BUNDLE IAD
• Hand Hygiene
• APD
• Bersihkan area kulit disekitar insersi dengan
menggunakan cairan antiseptik (alkohol 70%
atau larutan klorheksidin glukonat alkohol 2-
4%) dan biarkan antiseptik mengering sebelum
dilakukan penusukan/insersi kateter.
• Pemilihan lokasi insersi kateter.Pemasangan
kateter vena sentral sebaiknya
mempertimbangkan faktor risiko yang akan
terjadi dan pemilihan lokasi insersi.
a. Pertimbangkan risiko dan manfaat pemasangan kateter
vena sentral untuk mengurangi komplikasi infeksi
terhadap risiko komplikasi mekanik (misalnya,
pneumotoraks, tusukan arteri subclavia, hemotoraks,
trombosis, emboli udara, dan lain-lain).
b. Hindari menggunakan vena femoralis untuk akses vena
sentral pada pasien dewasa dan sebaiknya
menggunakan vena subclavia untuk mempermudah
penempatan kateter vena sentral.
c) hindari penggunaan vena subclavia pada pasien
hemodialisis dan penyakit ginjal kronis.
d) Gunakan panduan ultra sound saat
memasang kateter vena sentral.
e) Gunakan CVC dengan jumlah minimum port
atau lumen penting untuk pengelolaan pasien.
f) Segera lepaskan kateter jika sudah tidak ada
indikasi lagi.
Operator dan asisten
Topi ( non steril ): menutupi seluruh rambut
Maker ( non steril) : menutupi seluruh mulut dan hidung
Gaun ( steril)
Sarung tangan ( steril )

Menutupi seluruh kepala dan badan pasien


dari atas sampai bawah dengan steril
drape
• Berdasarkan data klinik chlorhexidine antiseptik kulit lebih
efektif dibanding dengan antiseptik kulit yang lain seperti
povidone-iodine.
• CDC guidelines
– untuk mencegah intravascular catheter-related infections
chlorhexidine lebih disukai untuk cutaneous antisepsis,
– tincture of iodine, an iodophor, or 70% alcohol merupakan alternatif
• Prepare the skin at the insertion site with chlorhexidine 2% in
70% isopropyl alcohol.
• Aplikasikan antiseptik paling sedikit 30 detik
• Biarkan antiseptik mengering sebelum di insersi lebih kurang
2 menit
2. Surveilans Aktif IADP
 Pengumpulan data setiap hari
 Perhitungan IADP setiap bulan
 Laporan setiap
bulan,triwulan,semester, tahunan
 Insiden rate IADP
Jumlah IADP
----------------------------------------------X 1000 =
Jlh hr pemakaian kateter vena sentral
 Ganti perban bila
basah, kotor.
 Hindari sentuhan yang
mengkontaminasi lokasi
kateter saat mengganti
perban.
9. Port Injeksi Intravena

 Bersihkan port injeksi dengan alkohol


70 % atau povidone -iodine sebelum
mengakses sistem .

 Campurkan seluruh cairan parentral di


bagian farmasi dalam Laminar – air
flow hood menggunakan tehnik aseptik
Menggunakan vial multi dosis
 Dinginkan dalam kulkas vial multi dosis yang dibuka,
bila direkomendasikan oleh pabrik .
 Bersihkan karet penutup vial multi dosis dengan
alkohol sebelum menusukkan alat ke vial
 Gunakan alat steril setiap kali akan mengambil cairan
dari vial multi dosis , dan hindari kontaminasi alat
sebelum menembus karet vial.
 Buang vial multi dosis bila sudah kosong, bila dicurigai
atau terlihat adanya kontaminasi, atau bila telah
mencapai tanggal kadaluarsa.
VAP (Ventilator
Associated Pneumonia)
• Beberapa tanda infeksi berdasarkan penilaian
klinis pada pasien VAP yaitu :
– demam, takikardi, batuk,
– perubahan warna sputum.
– Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
peningkatan jumlah leukosit dalam darah
– rontgent didapatkan gambaran infiltrat baru atau
persisten.
Adapun diagnosis VAP ditentukan berdasarkan
tiga komponen:
• tanda infeksi sistemik yaitu demam, takikardi
dan leukositosis yang disertai dengan
• gambaran infiltrat baru ataupun perburukan
di foto toraks dan
• penemuan bakteri penyebab infeksi paru.
CPIS
BUNDLE VAP
1.Membersikan tangan setiap akan melakukan
kegiatan terhadap pasien yaitu dengan
menggunakan lima momen kebersihan
tangan.
2.Posisikan tempat tidur antara 30-45 derajat
bila tidak ada kontra indikasi misalnya trauma
kepala ataupun cedera tulang belakang.
3. Menjaga kebersihan mulut atau oral hygiene
setiap 2-4 jam dengan menggunakan bahan
dasar anti septik clorhexidine 0,02% dan
dilakukan gosok gigi setiap 12 jam untuk
mencegah timbulnya flaque pada gigi karena
flaque merupakan media tumbuh kembang
bakteri patogen yang pada akhirnya akan
masuk ke dalam paru pasien.
4. Manajemen sekresi oroparingeal dan trakeal
yaitu:
• Suction bila dibutuhkan
• Petugas menggunakan APD
• Suction kateter sekali pakai
5. Peptic ulcer disease Prophylaxis diberikan
pada pasien-pasien dengan risiko tinggi.
6. Berikan Deep Vein Trombosis (DVT)
Prophylaxis
Infeksi Daerah Operasi (IDO)/
Surgical Site Infection (SSI)
”Surgical Site Infection (SSI)”

Infeksi akibat tindakan Pembedahan,


dapat mengenai berbagai lapisan jaringan
tubuh,superfisial atau dalam

Diklasifikasikan menjadi:
• Infeksi insisional superfisial
• Infeksi insisional dalam
• Infeksi organ/ rongga
Consensus group, 1992 :Association of Professionalsin
Infection Control and Epidemiology (APIC) Society foof America (SHEA) Surgical
Infection Society (SIS
Healthcare Epidemiology
Kriteria SSI

Figure. Cross-section of abdominal wall depicting CDC


classifications of surgical site infection.22

Guideline for Prevention of Surgical Site Infection, CDC


Kriteria Infeksi Insisional
Superfisial
Infeksi pada luka insisi (kulit dan subcutan), terjadi dalam 30
hari pasca bedah.
kriteria dibawah ini :
 Keluar cairan purulen dari luka insisi
 Kultur positif dari cairan yang keluar atau jaringan yang
diambil
secara aseptik
 Ditemukan paling tidak satu tanda infeksi : nyeri, bengkak
lokal, kemerahan, kecuali bila hasil kultur negatif
 Dokter yang menangani menyatakan infeksi.
Kriteria Infeksi Insisional Dalam
Infeksi pada luka insisi, terjadi dalam 30 hari pasca
bedah atau sampai 90 hari bila ada implant.
Terdapat paling tidak satu keadaan dibawah ini :
 Keluar cairan purulen dari luka insisi, tapi bukan
berasal dari rongga / organ
 Secara spontan mengalami dehisens atau dengan
sengaja dibuka oleh ahli bedah dan paling sedikit
satu dari tanda berikut : demam (>38 ˚C), nyeri
lokal,kultur ( + )
 Dokter menyatakan luka infeksi
Guideline for Prevention of Surgical Site Infection, CDC
Kriteria Infeksi Organ/Rongga
Infeksi yang terjadi dalam 30 hari pasca bedah
apabila tidak ada implant
Infeksi terjadi dalam 90 hari pasca bedah
apabila terdapat implant
Paling sedikit menunjukkan satu gejala berikut :
 Drainase purulen dari drain yang dipasang
melalui luka insisi kedalam organ / rongga
 Ditemukan organisme melalui aseptik kultur
dari organ / rongga.
 Dokter menyatakan infeksi pada organ tsb
Guideline for Prevention of Surgical Site Infection, CDC
KATEGORI RISK SSI

1.Klasifikasi operasi / jenis operasi

2. Kondisi Pasien Berdasarkan American


Society of
nesthesiologis ( ASA Score)

3. T. Time / T Point
1. Klasifikasi operasi / jenis operasi :
 Operasi Bersih
 Operasi Bersih Tercemar
 Operasi Tercemar
 Operasi Kotor atau dengan Infeksi
3.T .TIME ( T POINT )
Jenis operasi T Point ( Hours )
Coronary artery bypass graft 5
Bile duct, liver or pancreatic surgery 4
Craniotomy 4
Head and neck surgery 4
Colonic surgery 3
Joint prosthesis surgery 3
Vascular surgery 3
Abdominal or vaginal hysterectomy 2
Ventricular shunt 2 2
Herniorrhaphy 2
Appendectomy 1 1
Limb amputation 1
SC 1
Kondisi Pasien Berdasarkan American Society
of Anesthesiologists (ASA Score)

ASA 1 : Pasien sehat

ASA 2 : Pasien dg gangguan sistemik ringan –


sedang
ASA 3 : Pasien dg gangguan sistemik berat

ASA 4 : Pasien dg gangguan sistemik berat yg


mengancam kehidupan

ASA 5 : Pasien tdk diharapkan hidup walaupun


dioperasi atau tidak.
83
Stratifikasi Berdasarkan Indeks Risiko Menurut
National Nosocomial Infection Surveilance ( NNIS )

Berdasarkan :
 Klasifikasi jenis operasi (kategori operasi)
 Bersih
0
 Bersih tercemar
 Tercemar 1
 Kotor}
 Klasifikasi kondisi pasien
 ASA : 1
0
 ASA : 2
 ASA : 3
 ASA : 4 1
 ASA : 5
 Durasi operasi
 Sesuai dgn waktu yg ditentukan nilai } 0
 Lebih dari waktu yg ditentukan nilai } 1
84
Kontrol Kadar Glukosa
• Kadar glukosa sebelum operasi harus dibawah
200 mg/dL
• Konsul ke DPJP Interna sebelum operasi jika
kadar glukosa tinggi
Metode pencukuran rambut dan
resiko infeksi

Method Infection Rate

Razor 1.3%

Clipper 0.4%

Ko, Lazenby, 1991


Clinical Study
• Studies done by Seropian & Reynolds

• Time of shaving vs Infection rate

• The longer the time between the shave & the operation,
the greater the infection rate

Seropian & Reynolds: “Wound infection after preoperative depilatory


vs razor preparation,” American Journal of Surgery 121 (March 1971) 251-254
operating theatre

• Tidak banyak petugas dalam ruang operasi


dan batasi/minimalkan keluar masuk petugas
6/3/14
Berikan Antibiotik 1 jam sebelum insisi

6/3/14
Surveilans
Populasi berisiko SSI → semua pasien yang
dilakukan tindakan pembedahan

Numerator → jumlah kasus terjadi SSI

Denominator → jumlah pasien yang dilakukan


operasi (Stratifikasi berdasarkan Indeks Risiko)
Angka infeksi : Jumlah kasus infeksi x 100 = 0/0
Jumlah kasus operasi

(berdasarkan Indeks Risiko)

94
• IDO bedah =1/40*100%= 2.5 %
• IDO Obgyn =3/50*100%= 6%
• Pasien A=4 hari
• B:7
• C:7
• D:5
• E:7
• Total =30 hari
• IDO=1/30*100%=3.33%
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai