Anda di halaman 1dari 22

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

REPUBLIK INDONESIA

K E B I J A K A N P E M B AYA R A N K E T E R S E D I A A N
L AYA N A N D A L A M K E R J A S A M A P E M D A D E N G A N
BADAN USAHA UNTUK PENYEDIAAN
INFRASTRUKTUR DI DAERAH

S U M A T E R A
K A L IM A N T A N

IR IA N J A Y A

J A V A

D I R E K T O R AT J E N D E R A L B I N A K E U A N G A N D A E R A H
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

LANDASAN HUKUM UTAMA TERKAIT KPBU/KPDBU

 Perpres Nomor 38 Tahun 2015 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan


Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur;
 Permen PPN/Kepala Bappenas Nomor 4 Tahun 2015 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam
Penyediaan Infrastruktur;
 Peraturan Kepala LKPP Nomor 19 Tahun 2015 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Pengadaan Badan Usaha Kerjasama Pemerintah dengan
Badan Usaha Dalam Dalam Penyediaan Infrastruktur;
 Permendagri Nomor 96 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pembayaran
Ketersediaan Layanan (Availability Payment) Dalam Rangka Kerjasama
Pemerintah Daerah Dengan Badan Usaha Untuk Penyediaan Infrastruktur
di Daerah;
 PMK Nomor 260/PMK.08/2016 tentang Pembayaran Ketersediaan Layanan 3

Dalam Rangka Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam


Penyediaan Infrastruktur.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

LANDASAN HUKUM PENDUKUNG TERKAIT KPBU/KPDBU

 PP Nomor 28 Tahun 2018 tentang Kerjasama Daerah;


 Perpres Nomor 78 Tahun 2010 tentang Penjaminan Infrastruktur;
 Permendagri 19 Tahun 2016 tentang Pemanfaatan Barang Milik Daerah;
 265/PMK.08/2015 j.o. 129/PMK.08/2016 tentang Fasilitas dalam Rangka
Penyiapan dan Pelaksanaan Transaksi KPBU dalam Penyediaan
Infrastruktur;
 260/PMK.011/2010 j.o. 8/PMK.08/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Penjaminan Infrastruktur;
 143/PMK.CH1/2013 j.o. 170/PMK.08/2015 tentang Panduan Pemberian
Dukungan Kelayakan atas Sebagian Biaya Konstruksi pada KPBU
dalam Penyediaan Infrastruktur;
 223/PMK.011/2012 tentang Pemberian Dukungan Kelayakan;
4
 Peraturan Kepala BKPM No. 17 Tahun 2015 tentang Pemantauan dan
Evaluasi Realisasi Investasi.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

Proses Bisnis Pengembangan KPDBU

Pengembangan KPDBU merupakan proses yang kompleks dan


panjang. Walaupun demikian, terdapat sejumlah Pemangku
Kepentingan yang siap membantu. Proses Pengembangan yang
kompleks ini disusun untuk mencapai S-M-A

(Sukses-Manfaat-Aman)
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

PERMENDAGRI NOMOR 96 TAHUN 2016


TENTANG
PEMBAYARAN KETERSEDIAAN LAYANAN DALAM RANGKA
KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN BADAN USAHA
DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DI DAERAH.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

AVAILABILITY PAYMENT (AP)

 Dibayarkan oleh Pemda kepada Badan Usaha berdasarkan


ketersediaan layanan yg dibangun oleh Badan Usaha.
 Berbeda dengan tarif, pembayaran dalam skema AP dilakukan
berdasarkan evaluasi kinerja Badan Usaha.
 Mencapai Value for Money (VFM)/Nilai Manfaat Uang yang tinggi
untuk layanan publik yang berkualitas.
 Inggris mendefinisikan VFM sebagai “kombinasi optimal dari
keseluruhan biaya life-cycle dan kualitas atau kesesuaian fungsi
barang/jasa dalam memenuhi kriteria pengguna.
 Sebagai metode dalam penyediaan layanan publik yang berkualitas
yang pada saat bersamaan dapat menekan beban finansial dari sektor
publik.

6
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

Manfaat AP Bagi Pemda


 f
Tidak ada pembayaran  AP dibayarkan untuk penyediaan jasa layanan.
selama Konstruksi  PJKP tidak perlu membayar biaya konstruksi.

Pembayaran bersifat jangka AP dibayarkan selama periode operasi (30 s.d 50


Tahun). Sehingga dapat mengatasi keterbatasan fiskal
panjang daerah
 Jumlah pembayaran setiap tahun disesuaikan
Pembayaran dilakukan
dengan perjanjian kontrak.
secara cicilan  Jumlah AP disesuaikan terhadap inflasi.
Struktur Pembayaran AP Jumlah AP meliputi:
Jumlah a) Design dan Konstruksi
(Rp) b) Operasi dan Pemeliharaan
c) Bunga pembayaran ke Bank
d) Profit untuk Badan Usaha

Jumlah AP

Waktu

Periode Operasi (15


Periode Konstruksi (3
Tahun
Tahun)

7
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

Perbedaan Skema Konvensional (APBD) dengan AP


Konvesional (APBD) AP

Penganggaran dan Dipecah dalam beberapa Hanya Satu


Kontraktual Kegiatan (Design, Konstruksi, (KPDBU/Kontrak AP)
Operasi, Pemeliharaan)
Jangka Waktu 1. Konstruksi : a. 1 Tahun Anggaran 1. Sesuai Perjanjian/kontrak
b. Tahun
Jamak/Multiyears
2. Pemeliharan oleh Badan
2. Pemeliharaan (setiap Tahun) Usaha

Beban Risiko Publik Bersama

Sumber Pendaanan
untuk Konstruksi Publik Badan Usaha

Pembayaran Jumlah Jumlah


Relatif datar
(Tahunan) (Rp)
Berat di Awal
(Rp) (Sesuai kontrak 30 s.d 50
thn)

Waktu
Waktu

Konstruksi Operasi Konstruksi Operasi


8
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

Jenis Infrastruktur

Transportasi Konservasi Energi

Jalan
Perkotaan

Sumber Daya Air dan Irigasi


Pendidika
Air Minum
n
Sistem Pengelolaan Air Limbah
Terpusat Sarana dan Prasarana Olahraga
serta Kesenian
Sistem Pengelolaan Air
Limbah Setempat
Kawasan

Sistem Pengelolaan Persampahan


Pariwisat

Telekomunikasi dan Informatika


Kesehatan
a
Ketenagalistrikkan

Minyak dan Gas Bumi dan Perumahan


Lembaga
Energi Terbarukan 9
Rakyat
Pemasyarakatan
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

Proses Bisnis Pengembangan KPDBU


Sederhana (1 dari 3)

Pengembangan

Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3

PERENCANAAN PERSIAPAN TRANSAKSI

Tahap 6
Tahap 5 Tahap 4
PENGAKHIRAN &
OPERASI KONSTRUKSI
SERAH TERIMA

1
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

Proses Bisnis Pengembangan KPDBU


Sederhana (2 dari 3)

Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3

PERENCANAAN PERSIAPAN TRANSAKSI

1. Identifikasi dan Seleksi 1. Kajian Awal Prastudi 1. Penjajakan Minat


KPDBU Kelayakan (Outline Pasar (Market
2. Penganggaran Busines Case atau Sounding)
3. Pembentukan Tim “OBC”) 2. Penetapan lokasi
KPDBU 2. Kajian Akhir Prastudi 3. Pra-kualifikasi
4. Studi Pendahuluan Kelayakan (Final 4. Proses Lelang dan
5. Konsultasi Publik Business Case atau Penetapan Pemenang
“FBC”) 5. Penandatanganan
3. Rencana Dukungan Perjanjian
Pemerintah 6. Pemenuhan
4. Rencana Jaminan Pembiayaan
Pemerintah (financial close)
5. Pengadaan Tanah
6. Market Sounding
7. Pertimbangan
Mendagri/Gubernur

1
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

Pasal 33 Permendagri Nomor 96 Tahun 2016


 Gubernur menyampaikan dokumen rencana KPDBU yang
memuat antara lain hasil studi awal atau Outline Business
Case (OBC) dan studi penyiapan atau Final Business Case
(FBC) serta proyeksi penghitungan pembayaran ketersediaan
layanan kepada Menteri Dalam Negeri untuk mendapatkan
pertimbangan.

 Pertimbangan sebagaimana dimaksud dilakukan untuk


meneliti dan menilai kesesuaian rencana kegiatan KPDBU
dengan RPJMD, RKPD, KUA dan PPAS, kelayakan kemampuan
keuangan daerah pada tahapan studi awal atau Outline
Business Case (OBC) dan studi penyiapan atau Final Business
Case (FBC). 12
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

TAHAP PENYIAPAN KPDBU

HASIL IDENTIFIKASI
KPDBU
PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN

KAJIAN AWAL PRASTUDI KAJIAN AKHIR PRASTUDI


KELAYAKAN KELAYAKAN
(OBC) (FBC)
a. Kajian Hukum dan Kelembagaan;
b. Kajian Teknis
c. Kajian Ekonomi dan Komersial; Penyempurnaan data dengan kondisi
d. Kajian Lingkungan dan Sosial; terkini dan pemutakhiran atas
e. Kajian bentuk KPDBU dalam kelayakan dan kesiapan KPDBU yang
Penyediaan Infrastruktur;
f. Kajian Risiko; sebelumnya telah tercakup dalam
g. Kajian kebutuhan Dukungan Pemerintah kajian awal Prastudi Kelayakan,
dan/atau Jaminan Pemerintah; dan termasuk penyelesaian hal-­‐hal yang
h. Kajian mengenai masalah yang perlu perlu ditindaklanjuti.
ditindaklanjuti (outstanding issues).

Pengajuan dukungan dan


Pengadaan Tanah dan Konsultasi publik dan/atau
KEGIATAN PENDUKUNG jaminan pemerintah
Pemukiman Kembali (bila diperlukan) Market Sounding

13
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

TUJUAN PERTIMBANGAN KEMENDAGRI

1. Kesesuaian KPDBU

Untuk meneliti dan menilai kesesuaian dokumen rencana kegiatan KPDBU dengan
RPJMD, RKPD, KUA dan PPAS.

2. Kelayakan Kemampuan Keuangan Daerah

Untuk meneliti dan menilai kelayakan kemampuan keuangan daerah pada tahapan studi
awal atau Outline Business Case (“OBC”) dan studi penyiapan atau Final Business Case
(“FBC”)

14
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

Dokumen-Dokumen Utama yang Dibutuhkan


untuk Pengajuan Pertimbangan AP

Neraca pada Perda Pelaksanaan


1 SK Tim KPBU/Simpul KPDBU 2 Pertanggungjawaban Keuangan
Daerah selama 3 (tiga) tahun terakhir

Kerangka acuan kegiatan KPDBU, yaitu


Dokumen-dokumen Perencanaan (a.l.
3 RPJPD, RPJMD, RKPD, KUA-PPAS) 4 Draf OBC/OBC Akhir dan Draf
FBC/FBC Akhir

Pernyataan tidak mempunyai


5 Rencana keuangan KPDBU 6 tunggakan atas pengembalian pinjaman
yang berasal dari Pemerintah

Perbandingan total pembayaran AP dan


Perhitungan rasio kemampuan total pinjaman tidak melebihi 75% (tujuh
7 keuangan daerah untuk memenuhi 8 puluh lima persen) dari jumlah
kewajiban Tahun I AP baru penerimaan umum APBD tahun
sebelumnya

15
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

Parameter Evaluasi Kelayakan Keuangan


Daerah untuk AP
RASIO KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH Total AP ditambah total pinjaman daerah
Memenuhi ketentuan rasio kemampuan tidak melebihi 75% (tujuh puluh lima
keuangan daerah untuk mengembalikan persen) dari jumlah penerimaan umum
pinjam yang ditetapkan pemerintah. Rasio APBD tahun sebelumnya.
dihitung dengan rumus berikut:
Pembatasan ini diperlukan dalam rangka
menjaga kemampuan keuangan daerah
  untuk melakukan pembayaran AP. Secara
akuntansi, pembayaran AP dapat dicatat
DSCR = Rasio Kemampuan Membayar Kembali
i Pinjaman daerah yang bersangkutan ii sebagai pengurangan liabilitas penyewaan
PAD = Pendapatan Asli Daerah asset (capital leasing liabilities). Karenanya,
DAU = Dana Alokasi Umum perlu ada batasan besaran AP agar APBD
DBH = Dana Bagi Hasil
DBHDR = Dana Bagi Hasil Dana Reboisasi tidak terlalu terbebani. Hal ini juga untuk
AW = Alokasi Wajib menjaga kepercayaan Badan Usaha
BW = Belanja Wajib terhadap Pemerintah Daerah sebagai PJPK
KWP = Kewajiban pinjaman yang ada
(pokok+wajib) di tahun I akan kemampuan keuangan mereka dalam
X = Rasio kemampuan membayar kembali memenuhi perjanjian yang ada.
pinjaman yang ditetapkan oleh Pemerintah
(2,5x atau bergantung terhadap
batasan yang ditetapkan oleh peta fiskal
Pemerintah)

Tidak mempunyai tunggakan atas pengem-


iii balian pinjaman yang bersumber dari
Pemerintah
16
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

STRUKTUR APBD
1. Pendapatan Daerah

2. Belanja Daerah
a. Belanja Tidak Langsung
1) Belanja Pegawai Penganggaran
2) Belanja Bunga untuk Availability
3) Belanja Subsidi Payment (AP)
4) Belanja Hibah melalui belanja,
5) Belanja Bantuan Sosial sesuai karakterisitik
6) Belanja Bagi Hasil untuk jasa layanan
7) Bantuan Keuangan
8) Belanja Tak Terduga
b. Belanja Langsung:
1) Belanja Pegawai
2) BELANJA BARANG DAN JASA
3) BELANJA MODAL
17
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

Penyusunan Anggaran AP
Diusulkan
(berdasarkan kewenangan)

Pemerintah
Pemerintah Prov
Kab/Kota
SKPD SKPD

APBD Provinsi APBD Kab/Kota

Akun belanja

Kelompok Belanja Langsung, diuraikan pada jenis, objek belanja


barang dan Jasa berkenaan
(pembayaran atas ketersediaan jasa layanan rumah sakit/jalan...) 18
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

Pelaksanaan Anggaran

 Pelaksanaan pembayaran AP wajib dialokasikan


oleh PJPK berdasarkan perjanjian KPDBU dalam
Perda tentang APBD dan Perkada tentang
Penjabaran APBD.
 Pelaksanaan pembayaran AP yang dialokasikan
oleh PJPK wajib disetujui oleh DPRD selama masa
perjanjian KPDBU.

19
KEMENTERIAN DALAM NEGERI

REPUBLIK INDONESIA

KESALAHAN TERHADAP KPDBU

KPDBU bukan pengalihan kewajiban pemerintah dalam penyediaan


1 layanan kepada masyarakat

Investasi swasta bukan sumbangan gratis kepada pemerintah


dalam penyediaan pelayanan publik
2
KPDBU bukan merupakan privatisasi barang publik
3
KPDBU bukan merupakan sumber pendapatan pemerintah yang
akan membebani masyarakat dalam pemberian pelayanan umum

4
KPDBU bukan merupakan pinjaman (utang)
pemerintah kepada swasta
5
20
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT PERENCANAAN ANGGARAN DAERAH
DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DAERAH
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
Jl. Veteran No.7 Jakarta Pusat
Telp/Fax 021 - 3501161

Saran dan Masukan:


Subdit1.djkd@gmail.com

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai