Anda di halaman 1dari 30

RABIES

Dr. Eka Sukma Elimiah


Defenisi

“ A zoonotic viral disease which infects


domestic and wild animals. It is transmitted
animals and human through close contacts
with saliva from infected animals (ie.
Bites,licks on broken skin and mucous
membranes)” ( WHO)
Gambar : virus rabies dibawah microskop
elektron
Transmisi Virus Rabies

Saliva ( terbanyak )
Membran mukosa ( mis: mata, hidung,
mulut )
Transmisi udara ( petugas laboratorium )
Transplantasi kornea
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala nampak setelah 30 hingga
50 hari setelah terekspose oleh virus rabies.
Tanda dan gejalanya pada manusia bersifat
umum dan tidak khas. Meliputi :
- Demam
- Malaise
- Sakit Kepala
Seiring bertambah beratnya penyakit, maka
tanda dan gejalanya dapat berupa :
- Insomnia
- Anxietas
- Confusion
- Paralisis ringan atau parsial
- Halusinasi
- Agitasi
- Hipersalivasi
- Kesulitan menelan
- Hidrofobia ( dikarenakan kesulitan untuk
menelan )
Apa yang dilakukan oleh virus ?
Setelah seseorang terinfeksi oleh gigitan
binatang,virus akan secara langsung atau tidak
langsung masuk ke dalam sistem saraf perifer. Dia
akan berjalan jauh menuju ke sistem saraf sentral.
Selama fase ini, virus tidak dapat dengan mudah
dideteksi oleh tubuh, dan vaksinasi masih dapat
dipertimbangkan. Sekali virus mencapai otak, dia
akan dengan cepat menyebabkan ensefalitis dan
gejala akan tampak. Hal ini juga dapat
menginflamasi spinal cord menyebabkan mielitis.
Bagaimana virus rabies berinteraksi dengan sel-sel
saraf : Terdapat empat langkah penting yang dilalui
virus :
• Attachment ( Penggabungan ) : virus rabies
bergabung dengan sel saraf yang sehat.
• Penetrasi : virus masuk ke dalam sel
• Replikasi : di dalam tubuh sel, virus
bermulptiplikasi
• Budding ( bertunas ) : virus rabies baru
meninggalkan sel tuan rumah.
Bergabung dengan sel-sel saraf
lainnya. Kemudian virus menyebar
dari otak hingga ke seluruh saraf di
dalam tubuh.
Diagnosis

Diagnosis rabies pada binatang :


•Direct Fluorescent antibody Test ( dFa )
•Tes ini membutuhkan jaringan otak dari
binatang yang dicurigai. Tes hanya mungkin
dilakukan setelah binatang tersebut mati
Diagnosis rabies pada manusia :
Tes membutuhkan sampel :
1. Saliva : dapat diuji dengan isolasi virus atau
reverse transcription diikuti oleh polymerase
chain reaction (RT-PCR)
2. Serum dan cairan spinal : diuji untuk antibodi
virus rabies
3. Biopsi spesimen kulit : dilakukan untuk
antigen rabies di nervus kutaneus di dasar
folikel rambut.
Uji Laboratorium Untuk Rabies
Uji standar untuk rabies adalah dFA.
Direct fluorescent antibody test (dFa):
-Jaringan ideal untuk uji ini adalah otak
- bagian terpenting dari dFA adalah
fluorecently-labelled anti-rabies antibody.
- Positif bila tampak sebagai fluorescent
-apple-green
Positive dFA :

Fluorescent-apple-green
Negative dFA :

Tidak terlihat fluorescent


Histopatologi Umum :
Bukti histopatologi dari ensefalomielitis ( inflamasi )
pada jaringan otak dan menings :
1. Infiltrasi mononuklear
2. Perivascular cuffing of lymphocytes or
polymorphonuclear cells
3. Fokus limfositik
4. Babes nodul yang mengandung sel-sel glial
5. Negri bodies
Perivascular cuffing or inflmation around a blood
vessels. Perivascular inflamatory cell infiltrates in
hematoxylin & eosin stained brain tissue.

Pembesaran 100 x Pembesaran 200 x


Babes nodul Pembuluh darah tanpa sel-
sel inflamasi (pembesaran
200 x) A. Sel darah merah
B.Sel epitel squamos
Badan Negri
• Tahun 1903 Dr. Adelchi Negri melaporkan
identifikasi agen penyebab rabies.
• Bentuk : bulat atau oval
• ukuran bervariasi dari 0,25 – 27 um
• Tampat tersering ditemukannya adalah sel-sel
piramidal dan sel-sel purkinye serebellum.
• Tempat-tempat lain ditemukannya virus rabies :
sel- sel medulla. Ganglia, persarafan dari glandula
saliva,, lidah, dan organ-organ lainnya.
• Pewarnaan : Mann, Giemsa atau Seller
• Dengan pewarnaan tersebut Badan Negri terlihat
berwarna magenta dan kecil (0,2-0,5um), biru
gelap pada granul-granul basofilik.
• Ditemukannya badan Negri bukan diagnosis pasti
rabies
H&E stained tissue
Seller’s stain
Immunohistochemistry (IHC)
• Lebih sensitive dan spesifik untuk mendeteksi
rabies dalam jaringan formalin dibandingkan
pewarnaan histologik.
• Prosedur ini menggunakan spesifik antibodi untuk
mendeteksi virus rabies.
• Tehnik ini menggunakan sistem enzim untuk
meningkatkan sensitivitas.
• Monokolal antibodi dapat digunakan untuk
mendeteksi jenis virus rabies
Virus rabies yang
menginfeksi sel-sel saraf
degan intrasitoplasmik
inklusi.Wrna merah : area
antigen virus dengan
menggunakan IHC atau
Avidin-biotin kompleks
(ABC).

Ultrastruktur
• Dilakukan di bawah mikroskop elektron
• Virus Rabies yang merupakan keluarga
Rhabdovirus dibawah miskroskop elektron tampak
sebagai partikel berbentuk peluru
A. Bentuknya seperti peluru
B. Rumah yang menyerupai
RNP
C. Glikoprotein di luar
membran

A. Badan Negri
B. Abundant RNP
C. Tunas virus rabies
Ribonukleoprotein
Metode Amplfikasi
• Tujuannya : mendeteksi DNA virus rabies
• Diisolasi dari kultur sel : Mouse Neuroblastoma
Cells (MNA) dan Baby Hamster Kidney (BHK)
Vaksin dan Imunisasi
• Profilaksis preeksposure terdiri dari 3 dosis
vaksin rabies yang diberikan pada hari 0, 7, dan
21 atau 28
• Profilaksis post eksposure terdiri dari 1 dosis
Imunoglobulin dan dosis tambahan vaksin
rabies diberikan pada hari 3, 7, 14, dan 28
setelah vaksinasi pertama.
• Suntikan diberikan segera setelah tergigit
• suntikan relatif nyeri dan diberikan di lengan.

Anda mungkin juga menyukai