PENDAHULUAN
Sampai hari ini, penyakit TBC masih menempatkan Indonesia dalam tiga besar
negara dengan jumlah penderita terbanyak. Pada umumnya kegagalan pengobatan
TBC terjadi disebabkan terapi yang terputus karena pasien merasa sudah sembuh.
Kendala lain yang sering timbul adalah lamanya waktu pengobatan. Obat untuk TBC
harus dimakan sedikitnya enam bulan. Sementara biasanya setelah makan obat
selama dua bulan, pasien malas meneruskan pengobatan karena merasa sembuh dan
tidak merasakan gejala lagi. Padahal kalau pengobatan berhenti di tengah jalan, maka
bukan saja penyakitnya tidak sembuh dengan tuntas, tetapi juga menyebabkan bakteri
TBC menjadi kebal terhadap obat yang digunakan. Ketiadaan biaya malah membuat
seseorang tidak berobat, karena tidak mengetahui program pemerintah yang
menggratiskan obat TBC di seluruh Puskesmas di Indonesia. Penyakit ini sering
dianggap enteng oleh penderita karena masih bisa bekerja seperti biasa, namun tanpa
disadari keparahan penyakit yang semakin meningkat sebanding dengan perjalanan
waktu dan menurunnya daya tahan tubuh.
PEMBAHASAN
Kingdom : Bacteria
Filum : Actinobacteria
Ordo : Actinomycetales
Ordo : Corynebacterineae
Famili : Mycobacteriaceae
Genus : Mycobacterium
Spesies : M . tuberculosis
: M . leprae
: M . bovis
: M . avium
: M . marinum
Dan masih banyak lagi yang lainnya
Telah lama di ketahui bahawa ada spesies mikobakteria yang dapat
menimbulkan penyakit seperti Mycobacterium Tuberculosis baik diparu-paru
maupun dilura paru-paru ., mikobakteria yang semacam ini dinamak
mikobakteria apitik . Untuk membedakan lebih jelas antara mikobakteria
atipik yang saprofit dan yan pathogen , maka pada tahun 1959 Runyon
mengusulkan satu cara klasifikasi yang sampai saat ini masih kita pakai .
dalam klasifikasinya Runyon menggolongkan mikobakteria tadi menjadi 4
kelompok yang didasarkan pada kemampuan membuat warna koloni dan
kecepatan pertumbuhan
Kuman ini disebut jga basil dari Koch . kuman ini amat penting karena
menyebabkan penyakit tuberculosis . tuberculosis juga disebabkan oleh
mycobacterium bovis pada lembu . Mycobacterium tuberculosis biasanya
terdapat pada manusia yang sakit tuberculosis , penularan terjadi melalui
jalan pernapasan
2.7 Patogenesis
Infeksi biasanya terjadi melalui debu atau titik cairan (Droplet ) yang
mengandung kuman tuberculosis dan masuk ke jalan nafas. Penyakit timbul
setelah kuman menetap dan berkembang biak dalam paru-paru atau kelenjar
getah bening regional. Perkembangan penyakit tergantung pada :
1. Tipe eksudatif
Terdiri dari inflamasi yang akut dengan edema , sel-sel leukosit
Polimorfonuklear dan menyusul kemudia sel-sel monosit yang
mengelilingi basil tuberculosis . kalainan ini terlihat terutama pada
jaringan parudan mirip pneumonia bakteri . penyembuhan dapat
terjadi secara sempurna sehingga seluruh eksudat diabsorbsi atau
dapat berkembang menjadi nekrosis yang luas atau berubah
menjadi tipe 2 ( tipe produktif ) . dalam masa eksudatif ini
tuberkolin adakah positif .
2. Tipe Produktif
Apabila sudah matang prosesnya lesi ini berbentuk granuloma yng
kronik, terdiri dari 3 zona :
- Zona sentral dengan sel raksasa yang berinti banyak dan
mengandung kuman tuberculosis.
- Zona tengah yang terdiri dari sel-sel epiteloid yang tersususn
radial .
- Zona luar yang terdiri dari fibroblast , limfosit dan monosit .
Lambat laun zona luar akan berubah menjadi fibrotic dan zna
sentral akan mengalami perkijuan . kelainan seperti ini disebut
tubrkel. Tuberkel yang berkiju dapat pecah kedalam bronkus dan
menjadi kaverna. Kesembuhan dapat terjdi melalui proses fibrosis
atau perkapuran .
2.8 Epidemiologi
2) Rifampisin / Rifampin
Bersifat bakterisidal (membunuh bakteri) dan bekerja dengan mencegah
transkripsi RNA dalam proses sintesis protein dinding sel bakteri.
3) Pirazinamid
Bersifat bakterisidal dan bekerja dengan menghambat pembentukan asam lemak
yang diperlukan dalam pertumbuhan bakteri.
4) Streptomisin
Termasuk dalam golongan aminoglikosida dan dapat membunuh sel mikroba
dengan cara menghambat sintesis protein.
5) Ethambutol
Bersifat bakteriostatik. Bekerja dengan mengganggu pembentukan dinding sel
bakteri dengan meningkatkan permeabilitas dinding.
6)Fluoroquinolone
Fluoroquinolone adalah obat yang menghambat replikasi bakteri M.
Dosis yang diberikan berbeda untuk tiap penderita, bergantung tingkat
keparahan infeksi. Karena bakteri tuberkulosa sangat lambat pertumbuhannya,
maka penanganan TBC cukup lama, antara 6 hingga 12 bulan yaitu untuk
membunuh seluruh bakteri secara tuntas. Pengobatan harus dilakukan secara
terus-menerus tanpa terputus, walaupun pasien telah merasa lebih baik / sehat.
Pengobatan yang terhenti ditengah jalan dapat menyebabkan bakteri
menjadi resisten. Jika hal ini terjadi, maka TBC akan lebih sukar untuk
disembuhkan dan perlu waktu yang lebih lama untuk ditangani. Untuk
membantu memastikan penderita TBC meminum obat secara teratur dan
benar, keterlibatan anggota keluarga atau petugas kesehatan diperlukan yaitu
mengawasi dan jika perlu menyiapkan obat yang hendak dikonsumsi. Oleh
karena itu, perlunya dukungan terutama dari keluarga penderita untuk
menuntaskan pengobatan agar benar-benar tercapai kesembuhan.
BAB III
1. Secara Mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik untuk diagnostic adalah yang
termudah, tercepat dan termudah . untuk mendapat hasil yang sebaik-
baiknya, maka harus dibuat sediaan yang sebaik-baiknya dan diwarnai
dengan cara Ziehl- Neelsen dan Tan Thiam Hok ( kinyoun –Gabbet ) .
pada pewarnaan tahan asam akan terlihat kuman berwarna merah dan
latar belakang berwarna bir. Hasil positif ditentukan oleh jumlah kuman
5000-10.000/ml bahan . dapat mengerti bahwa hasil negative belum
tentu tidak ada kuman .
Pewarnaan :
A. Ziehl-Neelseen
- Sediaan yang sudah kering dan difiksasi , diletakkan pada
jembatan pengecatan , digenangi dengan cat Ziehl-Neelseen 1 (
Carbol Fuchsin ) , panaskan dengan api spiritus dibawah
sediaan sampai menguap tetapi jangan sampai mendidh ,
selama 5 menit .
- Cuci dengan air mengalir
- Larutkan warna merah pada sediaan sampai bersih dengan 3 %
asam alcohol
- Cuci dengan air mengalir
- Genangi dengan lerutan methylen biru selama 20-30 detik
- Cuci dengan air mengalir
- Keringkan , dengan penambahan oil imersi amati di bawah
mikroskop dengan pembesaran 1 objektif 100x
B. Tan Thian Hok ( Kinyoun Gabbet)
- Sediaan yang sudah kering , difiksasi dan ddinginkan ,
kemudian diletkkan di jembatan pewarnaan , genangi dengan
cat Kinyoun selam 3 menit
- Cuci egan air mengalir
- Genangi dengan cat Gabbet selama 1 menit .
- Keringkan , dengan penambahan oil imersi amati di bawah
mikroskop dengan pembesaran 1 objektif 100x
C. Auramin –Phenol Fluorochrome
- Sediaan yang sudah kering dan difiksasi , kemudia diletakkan
pada jembatan pewarnaan kemudian dicat dengan auramine
phenol selama 10 menit
- Cuci dengan air mengalir
- Genangi dengan asam alcohol selama 5 menit
- Cuci dengan air mengalir
- Genangi dengan larutan kalium permanganate 1% selama 30
detik
- Cuci dengan air mengalir
- Keringkan , dengan penambahan oil imersi amati di bawah
mikroskop dengan pembesaran 1 objektif 100x
Pembacaan dan penilaian :
Cara kerja :
Hasil :
Cara :
Hasil :
Cara 1 :
Cara 2 :
Cara 3 :
Hasil :
Cara :
Hasil :
Cara :
Hasil :
Cara :
Hasil :
4. Tes Resistensi
Tes resistensi atau kepekaan kuman tuberculosis terhadap obat-obatan
anti tuberculosis penting dilakukan untuk pengobatan yang tepat . obat-
obatan yang di coba termasuk streptomisisin ,INH ,PAS, etembutol,
Pirazinamide, Rifampisin dan kanamisin yang biasa dipergunakan
diklinik . tes resistensi dapat secara langsung apabila jumlah kuman
didalah sputum cukup banyak yaitu ≥ Bronkhorst III , tetapi umumnya
dilakukan secara tidak langsung yaitu, kuman diisolasi dahulu sebelum
dilakukan tes
5. Tes serologi
Tes serologi yang dikenal hingga kini yang dapat membantu diagnose
tuberculosis adalah tes Takahashi. Tes ini merupakan reaksi aglutinasi
fosfatida kaolin pada seri pengenceran serum sehingga dapat di tentukan
titernya . titer lebih dari 128 di anggap positif , yang berarti proses
tuberculosis masih aktif .
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Penting sekali bagi kita untuk lebih jauh dalam memahami tentang
Mycobacterium tuberculosis ,karena jenis nakteri ini merupakan salah satu bakteri
pathogen yang banyak di tengah masyarakat , hingga perlu ilmu pengetahuan yang
lebih untuk menghindari meupun mencegah terpaparnya tubuh kita dari bakteri
tersebut .
BAB I
PENDAHULUAN
Tahun 2006 jumlah penderita kusta yang terdaftar sebanyak 1.561 orang yang
terdiri dari 605 orang penderita tipe PB dan 1.355 penderita tipe MB dan prevalensi
penderita kusta sebesar 2,1 per 10.000 penduduk. Tahun 2007 jumlah penderita kusta
yang terdaftar sebanyak 1.634 orang dengan prevalensi 2,1 per 10.000 penduduk
dengan urutan 5 kabupaten/kota penderita kusta terbanyak adalah Jeneponto,
Makassar, Bulukumba, Wajo, dan Gowa.(Sudarianto et al.,2008) Pengobatan yang
adekuat merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam upaya mencegah
penularan kusta lebih lanjut dan mencegah kecacatan. Sejak monoterapi dapson
dilaporkan banyak menimbulkan resistensi, maka penggunaan multidrug therapy
(MDT) yang direkomendasikan oleh kelompok studi WHO tahun 1982 sangat luas
digunakan bahkan lebih dari 10 miliar penderita diseluruh dunia telah menyelesaikan
pengobatannya dengan rejimen MDT tersebut.
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Kusta atau Lepra atau disebut juga penyakit Morbus Hansen, penyakit
Hansen adalah sebuah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium leprae. Sel leprae ini merupakan modifikasi dar monosit yang telah
dikenal pada tahun 1840 an oleh Danielsen. Penyakit ini adalah tipe penyakit
granulomatosa pada saraf tpi dan mukosa dari saluran pernafasan atas, lesi pada kulit
adalah tanda yang bisa diamati dari luar.
2.2 Klasifikasi
a. Indeterminate (I)
Terdapat kelainan kulit berupa makula berbentuk bulat yang berjumlah 1 atau
2. Batas lokasi dipantat, kaki, lengan, punggung pipi. Permukaan halus dan licin.
b. Tuberkuloid (T)
c. Borderline (B)
d. Lepromatosa (L)
Kelainan kulit berupa bercak-bercak menebal yang difus, bentuk tidak jelas.
Berbentuk bintil-bintil (nodule), macula-makula tipis yang difus di badan, merata
diseluruh badan, besar dan kecil bersambung simetrik.
Gejala pada lepra tipe BT sama dengan tipe TT, tetapi lesi lebih kecil, tidak
disertai adanya kerontokan rambut, dan perubahan saraf hanya terjadi pembengkakan.
2.3 Morfologi
2.4 Patofisiologi
Oleh karena itu penyakit leprae dapat disebut sebagai penyakit imunologik.
Gejala klinisnya lebih sebanding dengan tingkat reaksi selulernya dari pada intensitas
infeksinya.
2.5 Epidemiologi
2.6 Gejala
Leprae tuberkuloid ditandai dengan ruam kulit berupa satu atau beberapa
daerah putih yang datar. Daerah tersebut kebal terhadap sentuhan karena mikobakteri
telah merusak saraf-sarafnya. Pada leprae lepramatosa muncul benjolan kecil atau
ruam menonjol yang lebih besar dengan berbagai ukuran dan bentuk. Terjadi
kerontokan rambut tubuh, termasuk alos dan bulu mata. Leprae perbatasan
merupakan suatu keadaan yang tidak stabil, yang memiliki gambaran keduan bentuk
leprae. Jika keadaannya membaik, maka akan menyerupai leprae tuberkuloid, jika
keadaannya memburuk, maka akan menyerupai leprae lepromatosa. Selama
perjalanan penyakitnya, baik diobati maupun tidak diobati, bisa terjadi kekebalan
tertentu, yang kadang timbul sebagai demam dan peradangan kulit, saraf tepi dan
kelenjar getah bening, sendi, buah sakar, ginjal, hati, dan mata. Pengobatan yang
diberikan terganting pada jenis dan beratnya reaksi, bisa diberikan kortikosteroid atau
talidomid.
2.5 Diagnosa
Penyakit kusta dapat menunjukkan gejala yang mirip dengan banyak penyakit
lain. Oleh karena itu dibutuhkan kemampuan untuk mendiagnosis penyakit kusta
secara tepat dan membedakannya dengan penyakit lain agar tidak membuat kesalahan
yang dapat merugikan penderita.(WHO 1998, Rea and Modlin,2008)
Diagnosis penyakit kusta didasarkan pada penemuan tanda
kardinal (cardinal sign), yaitu : (Amiruddin et al.,2003, Regan et al.,2005
Rea and Modlin,2008,)
a. Bercak kulit yang mati rasa.
Bercak hipopigmentasi atau eritematosa, mendatar (makula) atau meninggi
(plak). Mati rasa pada bercak bersifat total atau sebagian saja terhadap rasa
raba, rasa suhu, dan rasa nyeri.
b. Penebalan saraf tepi.
Dapat disertai rasa nyeri dan dapat juga disertai atau tanpa gangguan fungsi
saraf yang terkena, yaitu :
1) Gangguan fungsi sensoris : mati rasa
2) Gangguan fungsi motoris : paresis atau paralisis
3) Gangguan fungsi otonom : kulit kering, retak, edema, pertumbuhan
rambut yang terganggu.
c. Ditemukan Basil Tahan Asam.
Bahan pemeriksaan adalah hapusan sayatan kulit cuping telinga dan
lesi kulit pada bagian yang aktif. Kadang-kadang bahan diperoleh dari biopsi
kulit atau saraf. Untuk menegakkan diagnosis penyakit kusta, paling sedikit
ditemukan satu tanda kardinal. Bila tidak atau belum dapat ditemukan, maka
kita hanya dapat mengatakan tersangka kusta dan penderita perlu diamati dan
diperiksa ulang setelah 3 – 6 bulan sampai diagnosis kusta dapat ditegakkan
atau disingkirkan.(Bryceson and E.Pfaltzgraff,1990, Moschella,2004,
Worobec,2009)
2.6 Pengobatan
Terapi di atas lumayan mahal, maka dari itu cukup sulit untuk masuk
kenegara endemik. Pada 1985, kusta masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di
122 negara. Pada Pertemuan Kesehatan Dunia ( WHA ) ke-44 di jenewa 1991,
menelurkan sebuah resolusi untuk menghapus kusta sebagai masalah kesehatan
masyarakat pada tahun 2000,Dan berusaha untuk ditekan menjadi satu kasus per
100.000. WHO diberikan mandat untuk mengembangkan strategi penghapusan kusta.
4.1 Kesimpulan
Kusta atau Lepra atau disebut juga penyakit Morbus Hansen, penyakit
Hansen adalah sebuah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium leprae. Sel leprae ini merupakan modifikasi dar monosit yang telah
dikenal pada tahun 1840 an oleh Danielsen. Penyakit ini adalah tipe penyakit
granulomatosa pada saraf tpi dan mukosa dari saluran pernafasan atas, lesi pada kulit
adalah tanda yang bisa diamati dari luar.
4.2 Saran