Anda di halaman 1dari 9

Tugas Pengganti Ujian Penjaminan Kualitas

Tahun Akademik 2019/2020


Mata Kuliah Syariah

Nama : Runi Septianti Ode Murhum


NIM : 14220190120
Dosen : Dr. Nukman, MA

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
“Kedudukan dan Fungsi Ijtihad
sebagai sumber Hukum Syariah
dan Jenis-Jenisnya”
Kedudukan Ijtihad
Ijtihad memiliki kedudukan sebagai sumber hukum islam setelah alqur’an dan hadits, ijitihad
dilakukan jika suatu persoalan tidak di temukan hukumnya dalam alquran dan hadits.

Berbeda dengan Al Qur’an dan As Sunnah, Ijtihad terikat dengan ketentuan-ketentuan


sebagai berikut :
a. Pada dasarnya yang ditetapkan oleh ijtihad tidak dapat melahirkan keputusan yang mutlak
absolut. Sebab ijtihad merupakan aktivitas akal pikiran manusia yang relatif. Sebagai suatu
produk yang relatif maka keputusan daripada suatu ijtihad pun relatif. Berlaku untuk
masa/tempat tapi tidak berlaku pada masa/tempat yang lain.
b. Ijtihad tidak berlaku dalam urusan penambahan ibadah mahdhah. Sebab urusan ibadah
mahdhah hanya diatur oleh Allah dan Rasulullah.
c. Keputusan ijtihad tidak boleh bertentangan dengan Al Qur’an dan As-Sunnah.
d. Dalam proses berijtihad hndaknya dipertimbangkan faktor-faktor motifasi, akibat,
kemaslahatan umum, kemanfaatn bersama dan nilai-nilai yang menjadi ciri dan jiwa daripada
ajaran Islam.
1. Fungsi Al-Ruju’ (kembali) :
Fungsi Ijtihad mengembalikan ajaran-ajaran
islam kepada Al-Qur’an dan
Sunnah dari segala interpretasi
yang kurang relevan.
2. Fungsi Al-Ihya (kehidupan) :
menghidupkan kembali bagian-
Fungsi Al-Ihya Fungsi Al-Ruju
bagian dari nilai islam semangat
agar mampu menjawab tantangan
zaman.
Fungsi Al-Inabah 3. Fungsi Al-Inabah (pembenahan) :
memenuhi ajaran-ajaran islam
yang telah di ijtihadi oleh ulama
terdahulu dan dimungkinkan
adanya.
Macam-Macam Ijtihad

Ijma
Ijtihad Fardhi Qiyas Istihsan

Berdasarkan
Mashalihil Berdasarkan Istishab
pelaksanaannya
mursalah Materinya

Ijtihad Jama’i
Zara’i Istidlal
Urf
Macam-Macam Ijtihad

1. Mashalihul mursalah (utility) : menurut bahasa artinya kebaikan yang besar.


2. Istishab : yaitu meneruskan berlakunya suat hukum yang telah ada ditetapkan karena
adanya suatu dalil sampai ada dalil yang lain mengubah kedudukan dari hukum
tersebut.
3. Istidlal : yaitu menetapkan hukum suatu perbuatan yang tidak disebut secara tegas
dalam Al Quran dan Hadits dengan didasarkan bahwa hal tersebut telah menjadi adat
istiadat atau kebiasaan dalam masyarakat sebelumnya seperti beberapa hukum-
hukum Allah yang diwahyukan sebelum Nabi Muhammad saw.
4. Urf : (adat) : adalah urusan yang disepakat oleh segolongan manusia dalam
perkembangan hidupnya dan telah menjadi kebiasaan atau tradisi.
5. Zara’i : menurut lugat (bahasa) berarti wasilah, yaitu pekerjaan-pekerjaan ayang
menjadi jalan untuk mencapai mashlahah atau jalan untuk menghidupkan mudarat.
Macam-Macam Ijtihad
6. Mashalihul mursalah (utility) : menurut bahasa artinya kebaikan yang besar.
7. Istishab : yaitu meneruskan berlakunya suat hukum yang telah ada ditetapkan
karena adanya suatu dalil sampai ada dalil yang lain mengubah kedudukan dari
hukum tersebut.
8. Istidlal : yaitu menetapkan hukum suatu perbuatan yang tidak disebut secara
tegas dalam Al Quran dan Hadits dengan didasarkan bahwa hal tersebut telah
menjadi adat istiadat atau kebiasaan dalam masyarakat sebelumnya seperti
beberapa hukum-hukum Allah yang diwahyukan sebelum Nabi Muhammad
saw.
9. Urf : (adat) : adalah urusan yang disepakat oleh segolongan manusia dalam
perkembangan hidupnya dan telah menjadi kebiasaan atau tradisi.
10. Zara’i : menurut lugat (bahasa) berarti wasilah, yaitu pekerjaan-pekerjaan
ayang menjadi jalan untuk mencapai mashlahah atau jalan untuk
menghidupkan mudarat.
Macam-Macam Ijtihad Lainnya
1. Ijtihad Muthlaq Mustaqil, merupakan tingkat paling tinggi yang mana di mujtahid secara
sendiri/berdiri sendiri tanpa terikat kepada orang lain, baik dalam ushul maupun furu’. Dalam tingkat
ini si mujtahid langsung ber-istimbat dari Al- Quran dan Sunnah dengan menggariskan manhaj
(sistem) istimbat sendiri.

2. Ijtihad Mutlaq Muntasib, merupakan tingkat dibawah dari ijtihad Mutlak. Disini si mujtahid terikat
kepada imam dalam ushul. Artinya ia berijtihad dengan menggunakan ushul imam, walaupun dalam
furu’ yang diijtihadinya itu ia tidak terikat kepada hasil ijtihad imam. Ia hanya berijtihad dalam furu
saja.

3. Ijtihad dalam Mahzab, ijtihad ini menduduki urutan ketiga dalam mana si mujtahid mengikuti
imam (tidak beijtihad) baik dalam ushul maupun furu’ yang sudah di ijtihadi imamdalam dua hal ini
ia terkait kepada imam. Ia hanya berijtihad dalam masalah-masalah yang belum digarap oleh imam-
imam terdahulu dan dalam menggarap masalah-masalah tersebut ia menggunakan ushul imam yang
diikutinya.

4. Ijtihad Tarjih, merupakan tingkat itihad paling rendah yang mana mujtahid tidak berijtihad baik
dalam ushul, furu’, maupun dalam masalah-masalah yang belum diijtihadkan dan diriwayatkan
hukumnya oleh imam. Mujtahid hanya memilih saja diantara pendapat-pendapat sudah ada melalui
tarjih dengan cara-cara yang sudah.

Anda mungkin juga menyukai