Anda di halaman 1dari 34

Preseptor :

dr. Heny Damajanti, Sp.Rad, Msc

Nama Kelompok :
 Novaldo Yudha Shena
 Rara Novtria
 Ria Sulistiawati
 Rhadila Anjani
 Rini Novita Sari
USG

USG adalah modalitas pemeriksaan radiologi yang menggunakan


gelombang ultrasound, yaitu gelombang suara di atas ambang
dengar manusia (>20.000 Hz). Frekuensi gelombang yang
digunakan pada USG transabdominal atau jantung adalah 2-5
MHz. pada pemeriksaan kulit, frekuensi dapat mencapai 100
MHz.
Indikasi USG Thorak

1. Membedakan efusi pleura atau penebalan pleura


2. Mendeteksi efusi pleura dan pemandu untuk punksi
terutama efusi yang minimal dan terlokalisir
3. Membedakan efusi pleura dan kelumpuhan diafragma,
dilihat dari gambaran radiologi meragukan
4. Menentukan pneumotoraks terutama dalam keadaan
gawat darurat dan peralatan radiologi tidak tersedia
atau masih menunggu lama hasil radiologi
5. Menilai invasi tumor ke pleura atau dinding dada dan
memandu biopsi jarum untuk tumor 6. Mengevaluasi
pasien dengan pleuritis yang sangat nyeri
Gambaran USG Thorak
Foto Polos Abdomen

Foto polos abdomen adalah suatu pemeriksaan abdomen


tanpa menggunakan kontras dengan sinar X yang
menggambaran struktur dan organ di dalam abdomen, yaitu :
lambung, hati, limpa, usus besar, usus kecil, dan diafragma
yang merupakan otot yang memisahkan dada dan daerah
abdomen
Indikasi Foto Polos Abdomen

Obstruksi usus
Perforasi saluran cerna
Pankreatitis
Batu ginjal atau batu empedu
Distribusi faeces
Teknik Pemeriksaan

Sebaiknya pemotretan dibuat dengan memakai kaset film yang dapat


mencakup seluruh abdomen beserta dindingnya. Perlu disiapkan ukuran
kaset dan film ukuran 35 x 43 cm. Foto polos abdomen dapat dilakukan
dalam 3 posisi, yaitu :
 Tiduran telentang (supine), sinar dari arah vertikal dengan proyeksi
antero-posterior (AP).
 Duduk atau setengah duduk atau berdiri kalau memungkinkan, dengan
sinar horizontal proyeksi AP.
 Tiduran miring ke kiri (Left Lateral Decubitus= LLD),dengan sinar
horizontal, proyeksi AP.
Prosedur Kerja

1. Posisi AP Supine
 posisi pasien :
Tidak ada persiapan khusus untuk pemeriksaan foto polos abdomen
Penderita diminta untuk melepaskan pakaian dan perhiasan untuk
menghidanri terjadinya artefak pada film dan memakai
perlindungan untuk daerah gonad, terutama untuk pria
Pasien tidur terlentang, lengan pasien diletakkkan di samping tubuh,
garis tengah badan terletak tepat pada garis tengah pemeriksaan,
kedua tungkai ekstensi

 Posisi obyek : bagian tengah kaset setinggi krista iliaka dengan


batas tepi bawah setinggi simfisis pubis, tidak ada rotasi pelvis dan
bahu. Pusat sinar pada bagian tengah film dengan jarak minimal
102 cm
Kriteria hasil foto polos abdomen yang baik antara lain :
1. Tampak diafragma sampai dengan tepi atas simphisis pubis
2. Alignment kolom vertebra di tengah, densitas tulang costae, pelvis dan
panggul baik.
3. Processus spinosus terletak di tengah daan crista iliaca terletak simetris
4. Pasien tidak bergerak saat difoto yang ditandai dengan tajamnya batas
gambar costae dan gas usus
5. Foto dapat menggambarkan batas bawah hepar, ginjal, batas lateral
muskulus psoas dan procesus transversus dari vertebra lumbal.
6. Marker yang jelas untuk mengindikasi posisi pasien saat pemeriksaan
Pada foto polos abdomen dalam posisi supine akan tampak gambaran sebagai
berikut :
a) Usus akan tampak melayang di dalam cairan ascites.
b) Abdomen berbentuk Bulging
c) Gambaran abu-abu atau ground-glass appearance karena kontras berkurang
dan warna abu-abu yang disebabkan hamburan sinar radiasi dari cairan di
dalam abdomen.
d) Bayangan liver, garis psoas, ginjal tampak kabur karena adanya cairan di
sekitar organ tersebut.
e) Peningkatan hemidiafragma kanan dan kiri
2.Posisi Left Lateral Decubitis (LLD)
Pasien tidur miring ke kiri, tekuk lengan
melingkari kepala. Film diletakan di depan atau
belakang perut pasien. Mengikuti area simphisis
pubis pada film. Titik tengah terletak pada garis
tengah film.
Arah sinar horizontal 90 dengan film dengan
proyeksi AP untuk melihat air fluid level dan
kemungkinan perforasi usus
3. Posisi Setengah Duduk/ berdiri
Pasien dapat dengan posisi duduk atau berdiri kalau
memungkinkan, dengan sinar horizontal proyeksi AP
90° dari film.
Posisi pasien dalam posisi anteroposterior dengan
bagian belakang tegak. Pastikan punggung tidak
rotasi. Letakan lengan dan tangan dalam posisi
anatomi. Pasien tidak boleh bergerak. Point sentral
terletak pada garis tengah tubuh dengan garis tengah
film
Pengambilan foto dengan posisi ini dipengaruhi oleh gravitasi,
sehingga yang paling utama nampak adalah:
1. Udara bebas
2. Fluid sinks
3. Kidneys drop
4. Transverse colon drops
5. Small bowel drops
6. Breasts drop
7. Lower abdomen bulges dan penambahan densitas pada X-ray
8. Diaphragm descends
BNO IVP

BNO merupakan satu istilah medis dari bahasa Belanda yang merupakan
kependekan dari Blass Nier Overzicht (Blass = Kandung Kemih, Nier = Ginjal,
Overzicht = Penelitian).
Dalam bahasa Inggris, BNO disebut juga KUB (Kidney Ureter Blass). Jadi,
pengertian BNO adalah suatu pemeriksaan didaerah abdomen / pelvis untuk
mengetahui kelainan-kelainan pada daerah tersebut khususnya pada sistem urinaria.

IVP atau Intra Venous Pyelography merupakan pemeriksaan radiografi pada sistem
urinaria (dari ginjal hingga blass) dengan menyuntikkan zat kontras melalui
pembuluh darah vena.
TUJUAN PEMERIKSAAN BNO IVP

 Untuk mendapatkan gambaran radiologi dari letak


anatomi dan fisiologi serta mendeteksi kelainan patologis
dari ginjal, ureter dan buli-buli.
 Pemeriksaan ini juga bertujuan menilai keadaan anatomi
dan fungsi ginjal. Selain itu BNO-IVP dapat mendeteksi
adanya batu semi-opak ataupun batu non opak yang tidak
dapat terlihat oleh foto polos abdomen
INDIKASI KONTRAINDIKASI

1. Nephrolithiasis (adanya batu pada ginjal)


2. Nephritis (peradangan pada ginjal)
1. Alergi terhadap bahan kontras
3. Uretrolithiasis (adanya batu pada ureter)
2.Pasien dalam keadaan lemah
4. Uretrisis (peradangan pada ureter)
jantung
5. Vesicolithiasis
3. Pasien dengan riwayat atau
(adanya batu pada vesica urinari)
dalam serangan jantung.
6. Cystitis (peradangan pada vesica urinari)
4. Multiple Myeloma
7. Tumor pada tract. Urinari
5. Neonatus
8. Kanker pada tract Urinari
6. Pasien yang sedang dalam
9. Hydronephrosis (pelebaran renal pelvis
keadaan kolik.
oleh adanya penyumbatan aliran urin di
8. Ureum dan creatinin
ginjal)
meningkat.
10. Megaureter (pelebaran saluran ureter krna
penyumbatan urin di ginjal)
Foto BNO dengan persiapan pasien yang
Foto BNO dengan persiapan pasien yang
kurang baik (tampak visualisasi udara /
baik (tidak tampak visualisasi udara /
feses di rongga abdomen)
faeces di rongga abdomen)
PROSEDUR PEMERIKSAAN IVP
1. Pasien diwawancarai untuk mengetahui sejarah klinis dan riwayat alergi.
2. Pasien diminta untuk mengisi informed consent (surat persetujuan tindakan medis setelah pasien
dijelaskan semua prosedur pemeriksaan).
3. Buat plain photo BNO terlebih dahulu.
4. Jika hasil foto BNO baik, lanjutkan dengan melakukan skin test dan IV test sebelum dimasukkan
bahan kontras melalui vena fossa cubiti
5. Sebelum melakukan penyuntikan, pasien ditensi terlebih dahulu.
6. Menyuntikkan bahan kontras secara perlahan-lahan dan menginstruksikan pasien untuk tarik
nafas dalam lalu keluarkan dari mulut guna menminialkan rasa mual yang mungkin dirasakan
pasien
7. Membuat foto 5 menit post injeksi
8. Membuat foto 15 menit post injeksi
9. Membuat foto 30 menit post injeksi
10. Pasien diminta untuk turun dari meja pemeriksaan untuk buang air kecil (pengosongan blass)
kemudian difoto lagi post mixi.
11. Foto IVP bisa saja dibuat sampai interval waktu berjam-jam jika kontras belum turun.
Teknik Pemeriksaan BNO IVP
1. Plain foto BNO AP (sebelum injeksi)  2. Foto 5 menit post injeksi

Menggunakan kaset 30 x 40 (disesuaikan dengan Menggunakan kaset 24 x 30 yang diletakkan


tubuh pasien) yang diletakkan memanjang. melintang.
PP : Pasien supine diatas meja pemeriksaan PP : Pasien supine diatas meja pemeriksaan
dengan garis tengah tubuh sejajar dengan garis dengan garis tengah tubuh sejajar dengan garis
tengah meja pemeriksaan, kedua tungkai kaki tengah meja pemeriksaan, kedua tungkai kaki
diatur lurus, dan kedua tangan lurus disamping diatur lurus, dan kedua tangan lurus disamping
tubuh. tubuh.
PO : 1. Aturlah pundak dan pinggul pasien agar PO : 1. Aturlah pundak dan pinggul pasien agar
tidak terjadi rotasi; 2. Atur long axis tubuh tidak terjadi rotasi; 2. Atur long axis tubuh sejajar
sejajar dengan long axis film; 3. Aturlah kaset dengan long axis film; 3. Aturlah kaset dengan
dengan batas atas pada diafragma, dan batas batas atas pada processus xypoideus dan batas
bawah pada sympisis pubis. bawah pada crista iliaca/SIAS
CP : Umbilikus CP : pertengahan film
CR : Vertikal tegak lurus film CR : Vertikal tegak lurus film
3. Foto 15 menit post injeksi 4. Foto 30 menit post injeksi

Menggunakan kaset 30 x 40 (disesuaikan dengan Menggunakan kaset 30 x 40 (disesuaikan dengan


tubuh pasien) yang diletakkan memanjang. tubuh pasien) yang diletakkan memanjang.
PP : Pasien supine diatas meja pemeriksaan PP : Pasien supine diatas meja pemeriksaan
dengan garis tengah tubuh sejajar dengan garis dengan garis tengah tubuh sejajar dengan garis
tengah meja pemeriksaan, kedua tungkai kaki tengah meja pemeriksaan, kedua tungkai kaki
diatur lurus, dan kedua tangan lurus disamping diatur lurus, dan kedua tangan lurus disamping
tubuh. tubuh.
PO : 1. Aturlah pundak dan pinggul pasien agar PO : 1. Aturlah pundak dan pinggul pasien agar
tidak terjadi rotasi; 2. Atur long axis tubuh sejajar tidak terjadi rotasi; 2. Atur long axis tubuh sejajar
dengan long axis film; 3. Aturlah kaset dengan dengan long axis film; 3. Aturlah kaset dengan
batas atas pada diafragma, dan batas bawah pada batas atas pada diafragma, dan batas bawah pada
sympisis pubis. sympisis pubis.
CP : Umbilikus CP : Umbilikus
CR : Vertikal tegak lurus film CR : Vertikal tegak lurus film
5. Foto post mixi

Menggunakan kaset 30 x 40 (disesuaikan dengan tubuh pasien) yang


diletakkan memanjang.
Semua foto dikonsultasikan ke dokter spesialis radiologi. Jika dokter
meminta foto post mixi, pasien diminta untuk buang air kecil untuk
mengosongkan blass dari media kontras.
PO : 1. Aturlah pundak dan pinggul pasien agar tidak terjadi rotasi; 2.
Atur long axis tubuh sejajar dengan long axis film; 3. Aturlah kaset
dengan batas atas pada diafragma, dan batas bawah pada sympisis
pubis.
CP : Umbilikus
CR : Vertikal tegak lurus film
TUJUAN FOTO 5, 15, 30, PM, YAITU :

 Foto 5 menit untuk melihat dan menilai neprogram / fungsi ginjal


 Foto 15 menit untuk melihat ureter
 Foto 30 menit untuk melihat vesica urinaria apakah sudah terisi bahan
kontras atau belum
 Foto PM untuk melihat pengosongan blass
Ginjal tidak
Nefrolithiasis Ureterolithiasi Karsinoma VU
berfungsi
PENGHITUNGAN
CTR

• Garis M: garis di tengah-tengah


kolumna vertebra torakalis.
• Garis A: jarakantara M dengan batas
kanan jantung yang terjauh.
• Garis B: jarakantara M dengan batas
kiri jantung yang terjauh.
• Garis C: garis transversal dari
dinding toraks kanan ke dinding
toraks sisi kiri.
RUMUS DAN
INTERPRETASI
CARA MEMBACA RO THORAX

1. Trakea
2. Hilus
3. Paru
4. Diafragma
5. Cor (jantung)
6. Aorta
7. Costa anterior
8. Skapula
9. Mammae
10. Fundus gaster
METODE BACA (ABCDEFGHI)
 A : Assessment  and Quality
Pada bagian ini akan dideskripsikan mengenai kualitas foto yang baik untuk
dibaca. Untuk melakukan itu dibuat singkatan yaitu PIER (Position,
Inspiration, Exposure, dan Rotation).


 Position : Posisi foto thorax apakah PA? AP? Lateral kanan? Lateral kiri?
Posterior oblik? Anterior oblik? Pada umumnya posisi foto thorax yang
dilakukan adalah PA dan Lateral. Seringkali menjadi masalah bagi para klinisi
untuk membedakan foto PA dan AP. Prinsip utama untuk membedakan
keduanya adalah terjadinya magnifikasi pada foto AP yang menyebabkan
gambaran jantung terlihat  lebih lebar dan juga skapula yang terlihat
menutupi.
Inspiration : Ketika akan dilakukan foto thorax pasien dianjurkan
menarik napas (inspirasi) untuk memperluas bidang pembacaan
terutama didaerah paru. Kondisi foto pada inspirasi optimal yang baik
terlihat jika costa posterior ke 10 dan costa anterior 6 tampak pada
pembacaan.
Exposure : Merupakan detail lapang pandang yang baik pada foto.
Apakah meliputi semua struktur normal seperti yang telah
dideskripsikan diatas.
Rotation :  Posisi normal tanpa rotasi dapat digambarkan dengan
posisi medial klavikula yang cenderung tegak lurus dengan vertebrae.
Bukan berarti posisinya harus benar-benar tegak lurus. Serta tidak lupa
untuk melihat apakah ada bagian dari foto yang tidak simetris.
B : Bone and Soft Tissue (Tulang dan Jaringan lunak)
Tulang : Posisi tulang simetris ? apakah ada fraktur ? lesi metastasik ?
Jaringan lunak : Terdapat benda asing ? edema ? subcutaneus air ?

C : Cardiac (Jantung)
Mengukur abnormalitas ukuran jantung dengan menggunakan rumus CTR (Cardio
Thoracic Ratio) dengan cara membagikan lebar jantung secara horizontal dengan lebar
antara dua sudut costofrenikus. Nilai normal lebar jantung yang dihasilkan adalah <0,5
atau <50% dan dikatakan mengalami pembesaran (cardiomegali) jika lebar mencapai
>50% (pada foto PA). Sedangkan jika ingin mengukur pada foto AP disebabkan
gambaran jantung lebih lebar karena magnifikasi patokan nilai normal ditinggikan
menjadi <60%.
Selain itu dapat juga diperiksa ketidaknormalan bentuk jantung secara anatomis ?
kalsifikasi ? prosthetic valve?  dan lain-lain.
D : Diafragma
Pada pembacaan daerah diafragma ditemukan normal jika tampak diafragma kanan
lebih tinggi dibandingkan sebelah kiri. Hal itu disebabkan oleh letak liver yang terdapat
disana. Jika posisinya rata kanan dan kiri dapat dikarenakan oleh penyakit yang
membawahi seperti Asma atau COPD.
Setelah melihat kerataan diafragma  dilanjutkan dengan memperhatikan gambaran gas
pada bagian fundus gaster.

E : Edge of Lungs (Permukaan Bawah Paru)


Kepangangan “E” diatas juga dapat sebagai “Efusi” dikarenakan fungsi kepanjangan
yang sama yaitu untuk mendeskripsikan abnormalitas permukaan paru yang ditandai
dengan adanya efusi atau tidak. Interpretasinya adalah dengan melihat sudut antara
costae dan diafragma yang disebut sinus costofrenicus. Bentuk normal dari sinus
costofrenicus adalah lancip dan jika diisi oleh air akan terlihat tumpul. Volume cairan
minimal yang dapat menyebabkan ketumpulan sinus costofrenicus berkisar antara 200-
300 cc.
F : Field of Lungs (Lapang Pandang Paru)
Pada lapang pandang paru yang patut diperhitungkan adalah adanya infiltrat (interstitial
atau alveolar)? massa ? konsolidasi ? air bronchogram (pada pneumoniae) ?
pneumothorax (gambaran paru yang terlalu hitam/radiolusen)? Marker vaskular (normal
jika didapatkan gambaran vaskuler/radioopaque sampai 2/3 dari medial vertebrae).
Selain menentukan kondisi jaringan lunak pada paru juga dilakukan evaluasi fissura
minor dan mayor pada permukaan paru.

G : Great vessels (Pembuluh darah besar)


Pembuluh darah besar yang menjadi perhatian disini adalah aorta, trunkus pulmonalis
serta percabangannya yang terlihat radioopaque (putih) pada foto. Pengukuran dengan
mencari nilai dari aortic knob atau pinggang jantung. Suatu abnormalitas pinggang
jantung jika bernilai >2cm setelah diukur dari vertebrae kearah lateral hingga mencapai
batasnya.
H : Hillus
Hillus merupakan titik bertemunya jaringan limfa, bronkus, dan pembuluh darah
sehingga tampak radioopaque pada penampang foto. Dengan mempertimbangkan hal
tersebut kita dapat mengetahui apakah pada foto terjadi limfadenopati ? kalsifikasi ?
terdapat masa ?
Dengan melihat gambaran hillus kita juga dapat menilai kondisi organ dan jaringan
disekitarnya seperti melihat ada tidaknya deviasi trakea ? aortic dissection ? thymus
(pada anak-anak) ?

I : Impression
Disini anda diharuskan merangkum apa yang sudah anda amati dengan menggunakan
metode diatas. Impresi juga memudahkan untuk melakukan re-check hasil pengamatan.
GAMBAR RONTGEN KEPALA

Anda mungkin juga menyukai