Anda di halaman 1dari 25

Referat

BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA

Pembimbing :
Dr. Tri Endah,
Sp.U
Adelita Y. H
030.10.003
Pendahuluan

BPH

2
Anatomi Prostat
Fisiologi

PROSTAT DUKTUS SEKRETORIUS

Cairan Ejakulat, bersifat :


-Basa
-Isi : enzim, sperma, PSA (prostate specific Ag)
BPH
Kelenjar prostat organ tubuh pria yang
terletak di sebelah inferior bulibuli dan
membungkus uretra posterior

Prostat membesar

Uretra Pars prostatika sempit

Aliran urin dari buli-buli terhambat


ETIOLOGI

1. Teori DHT
(dihidrotestosteron)
NADPH NADP

Testosterone DHT
5 α-reductase

DHT-RA

Growth factor
hormone
2. Ketidakseimbangan antara estrogen-testosteron
3. Berkurangnya kematian sel prostat
4. Teori stem sel

Proliferasi sel-sel prostat


Estrogen
Reseptor androgen >>>
Testosteron
Sensitivitas sel prostat terhadap estrogen >>>

Apoptosis <<<
Stem sel >>

Proliferasi sel prostat


4. Interaksi Stroma-Epitel

NADPH NADP

Testosterone DHT
5 α-reductase

DHT-RA

Growth factor
hormone Proliferasi Sel Epitel

Proliferasi Sel stroma


Manifestasi Klinis
• Anamnesis
1. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah
Pertanyaan Jawaban dan skor
Gejala obstruksi : Tidak Hampir
Keluhan pada bulan terakhir <20% <50% 50% >50%
sekali selalu
hesitansi, pancaran miksi
melemah, intermitensi, a. Adakah anda merasa buli-buli
0 1 2 3 4 5
tidak kosong setelah berkemih
miksi tidak puas, menetes
b. Berapa kali anda berkemih
setelah miksi lagi dalam waktu 2 menit
0 1 2 3 4 5

c. Berapa kali terjadi arus urin


0 1 2 3 4 5
berhenti sewaktu berkemih
gejala iritatif : d. Berapa kali anda tidak dapat
0 1 2 3 4 5
frekuensi, nokturia, menahan untuk berkemih
urgensi dan disuri. e. Beraapa kali terjadi arus
lemah sewaktu memulai 0 1 2 3 4 5
kencing
f. Berapa keli terjadi bangun
tidur anda kesulitan memulai 0 1 2 3 4 5
untuk berkemih
Jumlah nilai :
g. Berapa kali anda bangun
0 = baik sekali 3 = kurang 0 1 2 3 4 5
untuk berkemih di malam hari
1 = baik 4 = buruk
2 = kurang baik 5 = buruk sekali
2. Gejala pada saluran kemih bagian atas
Keluhan dapat berupa gejala obstruksi antara lain,
nyeri pinggang, benjolan dipinggang (hidronefrosis)
dan demam (infeksi, urosepsis).

3. Gejala diluar saluran kemih


Hernia inguinalis/ hemroid
PEMERIKSAAN FISIK
Pada perabaan prostat harus diperhatikan20:
a. Konsistensi prostat (pada hiperplasia prostat konsistensinya kenyal)
b. Simetris/ asimetris
c. Adakah nodul pada prostate
d. Apakah batas atas dapat diraba
e. Sulcus medianus prostate
f. Adakah krepitasi
Pemeriksaan Penunjang
a. Darah lengkap
• Komponen yang diperiksa antara lain ureum, kreatinin, elektrolit,
BUN, dan gula darah
 
b. Urin
• Dilakukan kultur urin dan sensitivitas untuk melihat kemungkinan
infeksi.
 
c. Pemeriksaan Prostate Spesific Antigen (PSA)
• Pemeriksaan PSA ditujukan pada pasien yang memiliki resiko BPH.
Pemeriksaan ini dilakukan sebagai skreening untuk deteksi dini
kanker prostat.
Pemeriksaan Pencitraan
a. Foto polos abdomen (Buik Nier Overzich, BNO)
• Foto polos abdomen

Mencari Tanda Retensio Urine :


- batu opak di saluran kemih/kalkulosa prostat
- bayangan kandung kemih penuh terisi urin

b. Ultrasonografi abdominal
Ultrasonografi transabdominal digunakan untuk mendeteksi
adanya hidronefrosis ataupun kerusakan ginjal akibat obstruksi
BPH yang lama.
c. Intravenous Pyelography (IVP)
• Untuk lihat :
- hidroureter atau hidronefrosis,
- perkiraan besarnya kelenjar prostat yang ditunjukkan oleh
adanya indentasi prostat (pendesakan kandung kemih oleh
kelenjar prostat),

Pemeriksaan IVP sekarang tidak direkomendasikan


pada BPH!!!
d. Transectional Ultrasound (TRUS)
untuk mengetahui :
- volume kelenjar prostat,
- Kemungkinan pembesaran prostat maligna
- sebagai petunjuk untuk melakukan biopsy aspirasi prostat
- menentukan jumlah residu urin
- mencari kelainan lain yang mungkin ada di dalam kandung
kemih.
PEMERIKSAAN LAIN
a. Uroflowmetri : derajat obstruksi prostat
dapat diketahui :
- lama waktu miksi (voiding time)
- lama pancaran (flow time)
- waktu yang dibutuhkan untuk mencapai pancaran
maksimum (time to max flow)
- pancaran maksimum (max flow rate)
- rata-rata pancaran (average flow rate)
- volume urin yang keluar sewaktu miksi (voided volume).
Uroflowmetri
Diagnosis Banding
Pada pasien dengan keluhan obstruksi saluran
kemih di antaranya20:
1. Struktur uretra
2. Kontraktur leher vesika
3. Batu buli-buli kecil
4. Kanker prostat
5. Kelemahan detrusor, misalnya pada penderita asma kronik yang
menggunakan obat-obat parasimpatolitik.
Pada pasien dengan keluhan iritatif saluran kemih,
dapat disebabkan oleh :
1. Instabilitas detrusor
2. Karsinoma in situ vesika
3. Infeksi saluran kemih
4. Prostatitis
5. Batu ureter distal
6. Batu vesika kecil.
Komplikasi
Dilihat dari sudut pandang perjalanan penyakitnya, hiperplasia prostat
dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut:
a. Inkontinensia Paradoks
b. Batu Kandung Kemih
c. Hematuria
d. Sistitis
e. Pielonefritis
f. Retensi Urin Akut Atau Kronik
g. Refluks Vesiko-Ureter
h. Hidroureter
i. Hidronefrosis
j. Gagal Ginjal
Penatalaksanaan
Dilihat dari I-PSS
1. Skor < 7 : tidak mengganggu aktivitas sehari-hari
 edukasi gaya hidup sehat

2. Skor 8-19
Medikamentosa Penghambat reseptor adrenergik-α1
(α1 adrenergic blocker)
Cth : - (T1/2 pendek) Prazosin,
- (T1/2 panjang)Tetrazosin, doxazosin
- α-blocker seleckif -> Tamsulosin

Resistensi otot polos prostat <<<


3. Skor < 20-35 : Operasi.
Transuretral Resection of the Prostate (TURP)
 Transurethral Incision of the Prostate (TUIP)
 Prostatektomi terbuka
 Laser prostatektomi
KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa BPH merupakan suatu
kelainan degenerative pada pria yang bersifat fisiologis. Meskipun tidak tampak
mengancam kehidupan, penanganan yang tepat untuk mencegah terjadinya suatu
komplikasi perlu segera dilakukan. Gejala yang ditimbulkan sebagian besar adalah
terhambatnya saluran perkemihan yang akan menimbulkan komplikasi seperti gagal
ginjal, dan juga komplikasi lain yang akan berubah menjadi suatu keganasan seperti
kanker prostat. Untuk menentukan suatu diagnosis, saat ini masih digunakan suatu
sistem anamnesis dengan I-PSS seingga didapatkan derajat BPH pada pasien. Selain
itu juga perlu dilakukan pemeriksaan fisik seperti rectal touché, serta pemeriksaan
penunjang lain, seperti laboratorium, USG, uroflowmetri dan sebagainya, serta dapat
pula dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk skrining BPH dengan PSA (Prostate
Spesific Antigen).

Dalam penatalaksanaan BPH disesuaikan dengan hasil I-PSS, mulai dari terapi
konservatif, medikamentosa sampai dilakukan pembedahan dikamar operasi. Pada
umumnya terapi yang diberikan dapat memberikan prognosis yang baik terhadap
kualitas kehidupan pasien, meskipun tidak dapat memberiksan kesembuhan yang
sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
• Yuwana R. Permasalahan Bedah Urologi pada Manula. Semarang : UPG Ilmu Bedah FK Undip.
• Birowo P, Rahardjo D. Pembesaran Prostat Jinak. Jurnal Kedokteran & Farmasi Medika. 2002. No 7 tahun ke XXVIII.
• Roehborn, Calus G, McConnell, John D. Etiology, Pathophysiology, and Natural History of Benign prostatic
hyperplasia. In : Campbell’s Urology. 8th ed. W.B. Saunders ; 2002. p. 1297-1330.
• Kirby, Roger S, Christmas, Timothy J. Benign Prostatic Hiperplasia. 2nd ed. Mosby International.1997.
• Kirby, Roger, dkk. Shared care for Prostatic Diseases. Oxford : Isis Medical Media. 2007.
• Guess. Epidemiology and Natural History of Benign Prostatic Hiperplasia. Urological clinic of north America, volume
22, no 2. Mei. 2008.
• Leveillee. Prostate Hyperplasia, Benign. 2006. Available at : http://www.emedicine.com. Accessed on January 20th,
2015.
• Purnomo. Dasar – Dasar Urologi, Edisi Kedua. Jakarta: CV.Sagung Seto. 2011. p.123-6.
• Fadlol&Mochtar. Prediksi Volume Prostat pada Penderita Pembesaran Prostat Jinak. Indonesian J of Surgery 2005;
XXXIII-4; 139-14.
• Putz, R. dan R. Pabst, Atlas Anatomi Manusia Sobotta Jilid 2. Jakarta:EGC. 2005.p.198.
• Prostate Anatomy. Availableat: http://scgap.systemsbiology.net/figures/Prostate_Anatomy.php. Accessed on
January 20th, 2015.
• Junqueira LC, Carneiro J. Histologi Dasar. 10th ed. Jakarta:EGC.2007.p.429.
• Altuwaijri S. 2012. Role of Prostatic Spesific Antigen (PSA) in pathogenesis of prostate cancer. Journal of Cancer
Therapy. 3: 331-336
• Suharyanto, Toto, Madjid, Abdul. 2008.Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Perkemihan.Jakarta : Trans Info Media
• Kumar V, Abbas AK. Fausto N. Robbins and Cotrau’s Pathologic Basis of Disease.7 th ed.
Philadelphia:Elsevier Saunders; 2005.
• Anonim. The Development of Benign Prostate Hiperplasia. 1998. Available at:
• http://www_lef_org/magazine/graphics/pros1mar98_jpg.mht. accessed on January 22nd
2015.
• Purnomo, Basuki B. Hiperplasia prostat dalam: Dasar – dasar urologi., 2nd Ed. Jakarta: Sagung
Seto. 2011. p. 69 – 85
• Fadlol & Mochtar. Prediksi Volume Prostat pada Penderita Pembesaran Prostat Jinak.
Indonesian J of Surgery 2005; XXXIII-4; 139-145.
• Sjamjuhidayat & De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC. 2005. 782-6.
• McConnel JD. Epidemiology, etiology, pathophysiology and diagnosis of benign prostatic
hyperplasia. In :Wals PC, Retik AB, Vaughan ED, Wein AJ. Campbell’s urology. 7th ed.
Philadelphia: WB Saunders Company; 2004.p.1429-52.
• Anonim. Normal Prostate and Benign Prostate Hyperplasia. 2008. Available at:
http://www_med_nyu_edu/healthwise/media/medical/nci/cdr0000462221/jpg.mht. acessed
on January 22nd, 2015.
• Presti, J.C., 2004. Neoplasms of the Prostate Cancer. In: Tanagho, E.A., McAninch, J.W., Smith’s
General Urology, Sixteenth edition. USA: The McGraw-Hill Companies, 367-384.
• Deters, Levi A. 2011. Benign Prostatic Hypertrophy, Dartmouth Hitchcock Medical Centre.
Available at : http://emedicine.medscape.com/article/437359-overview. Accessed on
January 24th, 2015].

Anda mungkin juga menyukai