Anda di halaman 1dari 61

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

HEMATOLOGI

dr. Darwati Muhadi, Sp.PK(K)


Departemen Ilmu Patologi Klinik Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin
Makassar
Komposisi darah

• Volume darah : 7-8% BB


• Komposisi darah :
• 45% sel darah
• Eritrosit  Hemoglobin  mengangkut O2 dan
CO2
• Leukosit  sistem imun
• Trombosit  hemostasis
• 55% cairan (plasma/serum) 
• 90% air
• 10% protein (albumin, globulin, fibrinogen),
karbohidrat, lipid, enzim, hormon, garam, vitamin
Tahapan pemeriksaan

Preanalitik  persiapan penderita, pengambilan bahan,


penanganan sampel, pengiriman sampel
Analitik  proses pemeriksaan
Pasca analitik  pencatatan hasil, pelaporan hasil
Benar (interpretasi hasil)

Hasil Valid
PERSIAPAN PENDERITA
• Puasa atau tidak  basal metabolic rate
- puasa (paling ideal) gula darah, kolesterol,
trigliserid.
- tidak puasa  hematologi rutin, koagulasi
• Diet seperti biasa @ diet tertentu
• Variasi diurnal  diambil pagi / siang / sore hari
 gula  pagi tinggi, siang rendah
PERSIAPAN PENDERITA cont..
• Aktivitas fisik seperti biasa (tidak berlebihan)  mempengaruhi otot, oksigen,

elektrolit, faktor pembekuan


• Stres  peningkatan factor VIII, vWF dan fibrinolisis, kortisol, growth hormon,

glukosa, enzim otot rangka


• Obat-obatan

 interaksi obat dengan parameter yg diperiksa

 dihentikan?

 Tetap diminum?  sedang minum obat antikoagulan oral atau terapi heparin 

terapi tetap diteruskan


• Konsumsi alkohol ? rokok ? kopi ?
Pengambilan Bahan
Bahan pemeriksaan
• darah kapiler  pem sedikit  glukosa, Ht,
Hb
• darah vena >>>
• darah arteri  AGD
Sampel darah….cont
1. Darah vena :
pada fossa cubiti  v.mediana cubiti
 paling ideal krn dasar keras shg tdk
mudah bergerak
2. Darah arteri :
lazim utk pemeriksaan analisis gas
darah (AGD)  biasanya diambil dari
a.radialis, dan a. femoralis

7/26/20 7
- A.femoralis  relatif mudah krn
diameter arteri besar ttp berbahaya krn
jika terjadi perdarahan, sering tidak
segera diketahui krn a.femoralis
terletak di daerah tertutup (selimut,
pakaian), shg hrs sll dilakukan
penekanan yg ckp lama
- A. Radialis  perlu dilakukan tes Allen

7/26/20 8
3. Darah kapiler :
- dilakukan punksi kulit
- mrpkn campuran darah arteri dan
vena dgn komponen arteri lbh banyak
- Tempat pengambilan : ujung jari 2-4
- dilakukan pada anak. gemuk, luka
bakar dan thrombotic tendencies

7/26/20 9
7/26/20 10
Darah lengkap (whole blood) :
• Komponen padat : sel2 darah (eri, leko
dan trombo)
• Komponen cair : plasma
Darah jika dibiarkan akan membeku 
terbentuk bekuan (gumpalan oleh fibrin)
dan serum (kuning). Permukaan bekuan :
tdk rata
Darah + antikoagulan  stlh dibiarkan akan
terbentuk endapan (td sel2 drh) + plasma
(kuning). Permukaan endapan : rata.
7/26/20 13
Jika sampel darah diberi antikoagulan,
jenis antikoagulan hrs disebutkan
Contoh : Darah EDTA, darah
heparin, darah sitrat, dll

7/26/20 14
Sampling darah
• Persiapan : penjelasan kepada pasien,
persiapan alat dan perlengkapan
• Posisi pasien dan lokasi pengambilan darah
• Cegah hemolisis :
- perhatikan ukuran jarum semprit
- lepas jarum dari semprit , saat
masukkan sampel darah ke dalam tabung
- Hindari terbentuknya gelembung udara
krn mempermudah terjadi hemolisis

7/26/20 15
Penyebab hemolisis :

1. Uk jarum tidak sesuai dgn vol darah


yang diambil
2. Menghisap darah terlalu cepat, darah
bercampur dgn gel udara
3. Semprit basah
4. Botol penampung basah
5. Drh dipindahkan dgn cara
disemprotkan
7/26/20 16
Jenis-jenis pemeriksaan hematologi
• Darah rutin
• Hemoglobin (Hb), hitung eritrosit, hitung trombosit, hitung
leukosit, hitung jenis leukosit dan Laju Endap Darah (LED)
• Darah perifer lengkap (DPL) atau complete blood count (CBC)
• Hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht), Jumlah trombosit,
Jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit (differential
count), Jumlah eritrosit, Nilai eritrosit rata-rata (NER),
RDW, MPV
• Laju Endap Darah (LED)
• Pemeriksaan khusus
• Hitung retikulosit
• Tes Hemostasis
• Gol.darah (ABO dan Rhesus)
• Coomb Test
• Evaluasi sumsum tulang (BMP)
• Gambaran darah tepi
• Tes resistensi osmotik
• Analisa hemoglobin
I. Hemoglobin (Hb)

• Kadar hemoglobin dapat ditentukan dengan cara


• Kolorimeterik visual cara Sahli
• Fotoelektrik cara sianmethemoglobin atau
hemoglobinsianida
• Cara sianmethemoglobin adalah cara yang
dianjurkan untuk penetapan kadar hemoglobin di
laboratorium oleh WHO
• Alasan :
• larutan standar sianmethemoglobin sifatnya stabil,
mudah diperoleh
• Pada cara ini hampir semua hemoglobin terukur
kecuali sulfhemoglobin
• Pada cara ini ketelitian yang dapat dicapai ± 2%.
• Cara Sahli kurang baik
• Tidak semua macam hemoglobin diubah menjadi
hematin asam misalnya karboksihemoglobin,
methemoglobin dan sulfhemoglobin .
• Selain itu alat untuk pemeriksaan hemoglobin cara
Sahli tidak dapat distandarkan  ketelitian yang
dapat dicapai hanya ±10%.

• Nilai rujukan kadar hemoglobin tergantung dari umur dan


jenis kelamin.

• Kadar hemoglobin yang kurang dari nilai rujukan


merupakan salah satu tanda dari anemia.
• Jika Hb < 5 g/dl gagal jantung dan kematian
• Hb < 7 g/dl  indikasi transfusi
• Pada bayi baru lahir, kadar hemoglobin lebih tinggi
dari pada orang dewasa yaitu berkisar antara 13,6 -
19, 6 g/dl.
• Kemudian kadar hemoglobin menurun dan pada umur
3 tahun dicapai kadar paling rendah yaitu 9,5 - 12,5
g/dl.
• Setelah itu secara bertahap kadar hemoglobin naik
dan pada pubertas kadarnya mendekati kadar pada
dewasa yaitu berkisar antara 11,5 - 14,8 g/dl.
• Pada pria dewasa kadar hemoglobin berkisar antara
13 - 16 g/dl sedangkan pada wanita dewasa antara
12 - 14 g/dl.
• Pada wanita hamil terjadi hemodilusi sehingga
untuk batas terendah nilai rujukan ditentukan 10 g/dl.
• Bila kadar hemoglobin lebih tinggi dari nilai rujukan,
maka keadaan ini disebut polisitemia.
• Hb > 20 g/dl  hemokosentrasi  penutupan pembuluh
darah kapiler
• Polisitemia ada 3 macam yaitu
• Polisitemia vera, suatu penyakit yang tidak diketahui
penyebabnya  keganasan hematologi
• Polisitemia sekunder, suatu keadaan yang terjadi
sebagai akibat berkurangnya saturasi oksigen
misalnya pada kelainan jantung bawaan, penyakit
paru dan lain-lain, atau karena peningkatan kadar
eritropoietin misal pada tumor hati dan ginjal yang
menghasilkan eritropoietin berlebihan
• Polisitemia relatif, suatu keadaan yang terjadi sebagai
akibat kehilangan plasma misal pada luka bakar.
II. Hematokrit (Ht)
• Nilai hematokrit : volume semua eritrosit dalam 100 ml
darah  % dari volume darah.
• Hematokrit menunjukkan kadar eritrosit, bukan masa
eritrosit total
• Cara menentukan
• Manual : mikrohematokrit dan makrohematokrit
• Otomatik : dihitung dari MCV dan jumlah eritrosit
• Cara mikro hematokrit
• Cara makro hematokrit
• Nilai normal pria : 40-48%, wanita 37-43%
• Peningkatan hematokrit ditemukan pada polisitemia,
penurunan hematokrit ditemukan pada anemia
• Ht < 20 % gagal jantung dan kematian
• Ht > 60%pembekuan darah spontan
• Pada keadaan hidremia seperti hamil  hematokrit
menurun (fisiologis), pada keadaan hemokonsentrasi
seperti syok hipovolemik setelah perdarahan, dehidrasi
 hematokrit meningkat
III. Jumlah eritrosit
• Tujuan : untuk menentukan jumlah total eritrosit per ul darah untuk
melihat adanya anemia atau polisitemia
• Bersama-sama dengan Hb, Ht, dapat digunakan utk menilai proses
eritropoiesis
• Cara hitung : manual dan otomatik
• Nilai normal : 4.5 juta – 10 juta / ul
• Interpretasi
• Penurunan jumlah eritrosit 
• Anemia : penurunan Hb, Ht dan jumlah eritrosit
• Keganasan : limfoma, multipel mieloma, leukemia, SLE,
• Peningkatan jumlah eritrosit (eritrositosis)
• Primer : polisitemia vera
• Sekunder : penyakit paru, tempat tinggi, perokok, Hb pathy,
penyakit ginjal
• Relatif : dehidrasi
Eritrosit pada sediaan hapus darah
tepi
IV. Nilai eritrosit rata-rata/Indeks eritrosit

• Diperkenalkan oleh Wintrobe


• Tujuan : memperkirakan ukuran eritrosit, isi eritrosit
dan kandungan Hb eritrosit  klasifikasi anemia
secara morfologis
• Klasifikasi anemia : normositik normokrom, mikrositik
hipokrom, makrositik
• Harus di konfirmasi dengan sediaan hapus darah tepi
(lihat nilai RDW)  melihat morfologi eritrosit !
• Terdiri dari MCV, MCH, MCHC
• Dihitung dari jumlah eritrosit, kadar Hb dan
Hematokrit
Mean Corpuscular Volume (MCV)
• Merupakan volume rata-rata eritrosit yang dihitung dari
hematokrit dan jumlah eritrosit
• MCV menunjukkan ukuran rata-rata eritrosit : normositik,
makrositik, mikrositik klasifikasi morfologi anemia

Ht (%) X 10 fl (mikrometer kubik/ um3)


MCV =
Jumlah eritrosit (106/μl)

• 1 fl = 10-15L = 1 mikrometer kubik (um3)


• Nilai normal : 84-96 fl (nilai lebih tinggi pada neonatus,
bayi an orang tua)
Contoh soal MCV

• Jika diketahui Ht 45% (0,45 L), Jumlah eritrosit


5x1012/L, maka
45 X 10 fl (mikrometer kubik/ um3)
MCV =
5
= 90 fl
= normositik
Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH)

• Menunjukkan rata-rata berat Hb di dalam 1 eritrosit


(pg Hb /RBC)
• Terutama digunakan untuk menilai derajat beratnya
anemia
• Cara hitung
Hb (g/dl) X 10 fl (mikrometer kubik/ um3)
MCH (pg/) =
Eritrosit (106/ul)

• Nilai normal : 28-34 pg/sel


Mean Corpuscular Hemoglobin
Concentration (MCHC)

• Mengukur rata-rata kadar Hb di dalam semua eritrosit


• Digunakan untuk memantau terapi anemia
• Nilai normal 32-36 g/dl
• Cara hitung
Hb (g/dl) X 100
MCHC = g/dl
Ht (%)
V. Red Cell Distribution Width (RDW)
• Dihitung secara otomatik
• Cara hitung :

SD ukuran eritrosit
RDW = X 100
MCV
• Menunjukan variabilitas ukuran eritrosit abnormal
konfirmasi morfologi pada sediaan hapus darah tepi
• Anisositosis  RDW meningkat
• Nilai normal  11.5-14.5 (CV %)
• RDW digunakan terutama untuk membedakan talasemia
heterozigot tanpa komplikasi (MCV rendah, RDW normal)
dengan anemia defisiensi besi (MCV rendah, RDW
meningkat)
• RDW meningkat pada
• Anemia defisiensi besi
• Anemia perniciosa/def. folat
• Anemia hemolitik
• RDW normal
• Anemia of Chronic Disease
• Blood loss
• Anemia aplastik
• Sferositosis herediter
• Hemoglobinopati (HbS, HbE)
VI. Jumlah trombosit

• Merupakan salah satu pemeriksaan penyaring


hemostasis : jumlah trombosit /uL darah
• Digunakan untuk menilai kelainan perdarahan yang
terjadi pada keadaan trombositopenia, uremia,
penyakit hati atau keganasan
• Nilai normal 150.000-400.000 /ul
• Nilai < 20.000/ul perdarahan spontan,
pemanjangan masa perdarahan (BT), ptechiae,
ecchymosis
• Peningkatan jumlah : trombositosis
• Penurunan jumlah : trombositopenia
• Trombositosis dapat ditemukan pada
• Primer : trombositosis esensial  keganasan
hematologi
• Reaktif : jumlah trombosit < 1.000.000/ul
• Anemia defisiensi besi
• Anemia hemolitik
• Acute blood loss
• Trombositopenia terjadi akibat :
• Gangguan produksi
• Peningkatan pemecahan
• Peningkatan pemakaian
• Sekuestrasi di limpa
VII. Mean Platelet Volume (MPV)

• Menunjukkan keanekaragaman ukuran platelet  dd


trombositopenia
• Indeks produksi tombosit
• Nilai normal : 7.4- 10.4 fl
• MPV meningkat pada hipertiroid dan penyakit
mieloproliferatif
VIII. Jumlah leukosit
• Leukosit  granulosit dan agranulosit
• Agranulosit  limfosit dan monosit  MN
• Granulosit :
• granul + (N. segmen, basofil, eosinofil)
• Inti sel berlobus > 1  PMN
• Dua cara untuk menghitung leukosit dalam darah tepi.
• Cara manual dengan memakai pipet leukosit, kamar
hitung dan mikroskop
• Cara semi automatik dengan memakai alat elektronik.
• Jumlah leukosit normal : tergantung umur, aktifitas
• Pada bayi baru lahir jumlah leukosit tinggi, sekitar
10.000 - 30.000/µl.
• Jumlah leukosit tertinggi pada bayi umur 12 jam yaitu
antara 13.000 - 38.000 /µl.
• Setelah itu jumlah leukosit turun secara bertahap dan
• Pada umur 21 tahun jumlah leukosit berkisar antara
4500 - 11.000/µl.
• Pada keadaan basal jumlah leukosit pada orang
dewasa berkisar antara 5000 - 10.000/µL.
• Jumlah leukosit dapat meningkat setelah melakukan
aktifitas fisik yang sedang, tetapi jarang lebih dari
11.000/µl.
• Bila jumlah leukosit lebih tinggi dari nilai rujukan :
leukositosis, lebih rendah : leukopenia.
• Leukositosis dapat terjadi secara fisiologik maupun
patologik.
• Leukositosis fisiologik : kerja fisik yang berat, gangguan
emosi (stress, takut, menangis), kejang, takhikardi
paroksismal, partus dan haid, mual, muntah, kesakitan,
cuaca ekstrim  klinis tidak ada kelainan
• Leukositosis patologik selalu diikuti oleh peningkatan
absolut dari salah satu atau lebih jenis leukosit seperti
leukositosis dengan netrofilia
• Leukemoid reaction  peningkatan leukosit yang cukup
tinggi (dapat mencapai 50.000/ul) dapat terjadi pada
sepsis, batuk rejan, campak) ~ leukemia.
• Dibedakan dari leukemia karena sifatnya sementara
sedangkan pada leukemia leukositosis bersifat menetap
dan meningkat secara progresif
Penyebab leukositosis patologik
• Kebutuhan meningkat  Infeksi & inflamasi akut 
peningkatan leukosit tergantung pada derajat beratnya
penyakit, daya tahan pasien, umur pasien, respon
sumsum tulang terhadap penyakit
• Produksi meningkat secara primer : leukemia,
polisitemia vera, trauma/operasi, zat toksik, keganasan
(karsinoma bronkus), hemolisis/perdarahan akut,
nekrosis jaringan, obat (epinefrin/adrenalin,ether)
• Pemusnahan menurun  pasca splenektomi.
• Pengaruh obat  steroid 
• ACTH pada orang sehat  leukositosis
• ACTH pada infeksi berat  infeksi menyebar cepat
tanpa menimbulkan leukositosis  leukosit dapat
normal
Leukopenia
• Leukopenia adalah keadaan dimana jumlah leukosit
kurang dari 5000/ul darah.
• Karena pada hitung jenis leukosit, netrofil adalah sel
yang paling tinggi persentasinya hampir selalu
leukopenia disebabkan oleh netropenia.
• Dapat ditemukan pada
• Produksi berkurang  depresi SST  Infeksi virus,
obat, leukemia, anemia aplastik, anemia perniciosa,
• Pemusnahan meningkat  hipersplenisme
• Penghancuran meningkat  Immune associated
neutropenia
IX. Hitung jenis leukosit (differential count)
• Leukosit di darah tepi : Basofil, Eosinofil, N. Batang, N.segmen,
limfosit, monosit
• Hitung jenis leukosit
• Persentase relatif  hanya menunjukkan jumlah relatif dari
masing-masing jenis sel.
• Jumlah absolut  nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit total
(sel/µl).
• Hitung jenis leukosit berbeda tergantung umur. Pada anak limfosit
lebih banyak dari netrofil segmen, sedang pada orang dewasa
kebalikannya.
• Kegunaan : pola spesifik akan memberikan nilai diagnostik tertentu
• Cara hitung :
• Manual dengan membaca pada sediaan hapus darah tepi. Bila
pada hitung jenis leukosit, didapatkan eritrosit berinti lebih dari
10 per 100 leukosit, maka jumlah leukosit/µl perlu dikoreksi.
• Otomatik
• Nilai rujukan
• Relatif (%)
• Basofil/Eosinofil/N.Batang/N. segmen/Limfosit/Monosit =
0-1/1-3/2-6/50-70/20-40/2-8
• Absolut (/uL )

• Istilah :
• Peningkatan  akhiran “filia”
• Penurunan  akhiran “penia
• Shift to the right  peningkatan leukosit matang 
hemolisis, penyakit hati, alergi, anemia perniciosa.
• Shift to the left  peningkatan leukosit muda (batang ke
atas)  infeksi bakteri akut
Basofilia
• Basofil  fagosit komplek imun, granul mengandung
histamin, serotonin, heparin
• Basofilia  suatu keadaan dimana jumlah basofil lebih
dari 100/µl darah.
• Basofilia : polisitemia vera, leukemia granulositik kronik,
alergi seperti eritroderma, urtikaria pigmentosa dan
kolitis ulserativa
• Pada reaksi alergi basofil akan melepaskan histamin dari
granul nya.
Basofil dan eosinofil
Basofil
Eosinofilia
• Eosinofil  fagositosis, granul mengandung anti
histamin
• Eosinofilia  suatu keadaan dimana jumlah eosinofil
lebih dari 300/µl darah.
• Eosinofilia : alergi dan infestasi parasit seperti cacing.
• Histamin yang dilepaskan pada reaksi antigen-antibodi
merupakan substansi khemotaksis yang menarik
eosinofil.
• Penyebab lain eosinofilia penyakit kulit kronik, infeksi
dan infestasi parasit, kelainan hemopoiesis seperti
polisitemia vera dan leukemia granulositik kronik.
Eosinofil
Netrofilia
• Suatu keadaan dimana jumlah netrofil lebih dari 7000/µl
dalam darah tepi.
• Penyebab : infeksi bakteri akut, keracunan bahan kimia
dan logam berat, gangguan metabolik seperti uremia,
nekrosis jaringan, kehilangan darah dan kelainan
mieloproliferatif.
• Faktor yang mempengaruhi respons netrofil terhadap
infeksi, seperti penyebab infeksi, virulensi kuman,
respons penderita, luas peradangan dan pengobatan.
• Infeksi oleh bakteri seperti Streptococcus hemolyticus
dan Diplococcus pneumoniae menyebabkan netrofilia
yang berat, sedangkan infeksi oleh Salmonella typhosa
dan Mycobacterium tuberculosis tidak menimbulkan
netrofilia.
Netrofil segmen
• Rangsangan yang menimbulkan netrofilia dapat
mengakibatkan dilepasnya granulosit muda keperedaran
darah dan keadaan ini disebut pergeseran ke kiri atau
shift to the left.
• Pada infeksi ringan atau respons penderita yang baik,
hanya dijumpai netrofilia ringan dengan sedikit sekali
pergeseran ke kiri.
• Sedang pada infeksi berat dijumpai netrofilia berat dan
banyak ditemukan sel muda.
• Infeksi tanpa netrofilia atau dengan netrofilia ringan
disertai banyak sel muda menunjukkan infeksi yang tidak
teratasi atau respons penderita yang kurang.
• Pada infeksi berat dan keadaan toksik dapat dijumpai
tanda degenerasi, yang sering dijumpai pada netrofil
adalah granula yang lebih kasar dan gelap yang disebut
granulasi toksik. Disamping itu dapat dijumpai inti
piknotik dan vakuolisasi baik pada inti maupun
sitoplasma
Limfositosis

• Suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah


limfosit lebih dari 8000/µl pada bayi dan anak-anak
serta lebih dari 4000/µl darah pada dewasa.
• Limfositosis disebabkan oleh :
• Infeksi virus (morbili, mononukleosis infeksiosa)
• Infeksi kronik (tuberkulosis, sifilis, pertusis)
• Kelainan limfoproliferatif (leukemia limfositik kronik
dan makroglobulinemia primer)
Monositosis

• Monositosis  suatu keadaan dimana jumlah monosit


lebih dari 750/µl pada anak dan lebih dari 800/µl darah
pada orang dewasa.
• Monositosis :
• penyakit mieloproliferatif (leukemia monositik akut dan leukemia
mielomonositik akut)
• Penyakit kollagen (SLE, reumatoid artritis)
• Penyakit infeksi oleh bakteri, virus, protozoa maupun jamur.
• Perbandingan antara monosit : limfosit mempunyai arti
prognostik pada tuberkulosis. Pada keadaan normal dan
tuberkulosis inaktif, perbandingan antara jumlah monosit
dengan limfosit ≤1:3, tetapi pada tuberkulosis aktif dan
menyebar, perbandingan tersebut >1:3.
Neutropenia
• Suatu keadaan dimana jumlah netrofil kurang dari
3000/µl darah.
• Penyebab netropenia
• Gangguan pembentukan netrofil di SST  penyakit
hematologi seperti leukemia, infeksi virus, obat,
radiasi, metastase tumor
• Meningkatnya neutrofil yang disimpan pinggir
pembuluh darah (margin pool)
• Akibat pemendekan umur netrofil  banyak terpakai,
sekuestrasi di limpa, autoimun
• Tidak diketahui penyebabnya (idiopatik)  pada
infeksi seperti tifoid, infeksi virus, protozoa dan
rickettsia dan pada hronic idiopathic neutropenia.
Limfopenia

• Pada orang dewasa limfopenia terjadi bila jumlah


limfosit kurang dari 1000/µl dan pada anak-anak
kurang dari 3000/µl darah.
• Penyebab limfopenia
• Produksi limfosit menurun (penyakit Hodgkin,
sarkoidosis)
• Penghancuran yang meningkat (radiasi,
kortikosteroid dan obat-obat sitotoksis)
• Kehilangan yang meningkat (thoracic duct
drainage dan protein losing enteropathy)
Eosinopenia dan lain-lain
• Eosinopenia terjadi bila jumlah eosinofil kurang dari 50/µl
darah.
• Dijumpai pada :
• Keadaan stress (syok, luka bakar, perdarahan dan
infeksi berat)
• Hiperfungsi koreks adrenal
• Pengobatan dengan kortikosteroid.
• Penurunan jumlah basofil, eosinofil dan monosit 
biasanya terjadi akibat peningkatan sel lain--> kurang
bermakna secara klinis
X. Laju Endap Darah (LED)/
Eryhtrocyte Sedimentation Rate (ESR)
• Mengukur kecepatan pengendapan sel darah merah di
dalam plasma dalam waktu 1 jam (satuan : mm)
• Prinsip: jika darah vena di masukkan dalam tabung dan
dibiarkan pada posisi tegak, maka eritrosit cenderung
akan mengendap di dasar tabung. Tinggi plasma di atas
endapan eritrosit dilaporkan sebagai LED dalam mm
• Proses pengendapan darah terjadi dalam 3 tahap yaitu
tahap pembentukan rouleaux (10 menit), tahap
pengendapan (40 menit) dan tahap pemadatan (10
menit).
• Nilai normal
• Pada cara Wintrobe nilai rujukan untuk wanita 0 - 20
mm/jam dan untuk pria 0 - 10 mm/jam
• Pada cara Westergreen nilai rujukan untuk wanita 0 -
15 mm/jam dan untuk pria 0 - 10 mm/jam.
Faktor-faktor yang dapat mempercepat atau
memperlambat LED

• Faktor plasma
• Peningkatan fibrinogen, α2-, β-, γ-Globulin (protein
fase akut)  LED cepat. Protein ini menurunkan
muatan negatif eritrosit (zeta potential) 
mempercepat pembentukan rouleaux
• Albumin memperlambat sedimentasi  Peningkatan
albumin  LED lambat
• Kolesterol tinggi --> LED cepat
• Faktor eritrosit
• Peningkatan ratio plasma dan eritrosit seperti pada
anemia  mempermudah sedimentasi  LED cepat
• Luas permukaan eritrosit yang kecil seperti pada
mikrosit LED lambat
• Perubahan bentuk eritrosit menjadi irregular  LED
lambat
• Faktor teknik
• Getaran
• Cahaya
• Kemiringan tabung Tahap analitik di laboratorium
Makna klinis pemeriksaan LED
• LED : mencerminkan perubahan protein plasma yang
terjadi pada infeksi akut maupun kronik, proses
degenerasi dan penyakit limfoproliferatif.
• LED cepat : merupakan respons yang tidak spesifik
terhadap kerusakan jaringan dan merupakan petunjuk
adanya penyakit.
• Bila dilakukan secara berulang, LED dapat dipakai untuk
menilai perjalanan penyakit seperti tuberkulosis,
demam rematik, artritis dan nefritis.
• Laju endap darah yang cepat menunjukkan suatu lesi
yang aktif
• Peningkatan laju endap darah dibandingkan
sebelumnya menunjukkan proses yang meluas
• Laju endap darah yang menurun dibandingkan
sebelumnya menunjukkan suatu perbaikan.
Daftar pustaka

• Dharma R, Imannuel S, Wirawan R. Penilaian Hasil


Pemeriksaan Hematologi Rutin. Cermin Dunia
Kedokteran.1983 (30):27-31
• Fischbach F, Dunning MB. A manual of Laboratory
and Diagnostic Test. 8th Ed. Lippincot
Williams&Wilkins. Philadelphia;2009: 57-144
• Morris MW. Davey FR. Basic examination of Blood.
In : Clinical Diagnosis and Management by
Laboratory Methodes. Hendry JB.Ed.20th Ed. WB
Saunders. Philadelphia. 2001: 479-517
• Ganda subrata. Penuntun Praktikum Laboratorium
Klinik. FKUI. Jakarta. 1997.
• Kresno SB : Diagnosis dan Prosedur Laboratorium.
FKUI. Jakarta. 1998.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai