Anda di halaman 1dari 128

SIROSIS HATI

DEFENISI
Sirosis hati adalah penyakit hati kronik
yang mengakibatkan kerusakan sel hati
dan sel tersebut digantikan oleh jaringan
parut sehingga terjadi penurunan jumlah
jaringan hati normal. Peningkatan
jaringan parut tersebut menimbulkan
distorsi struktur hati yang normal,
sehingga terjadi gangguan aliran darah
melalui hati dan gangguan fungsi hati.
Pemeriksaan laboratorium

• Albumin ( serum )
• Amonia plasma
• Bilirubin (total , direk, indirek)
serum
•Gamma – glutamil transpeptidase
(ggtp) serum
• Tes enzim hepar (ALT dan AST)
Pemeriksaan Diagnostik

o Biopsi hati
o Endoskopi varises
o Angiografi hepar
o Scan nuklir hepar
o CT scan hepar
Pemeriksaan laboratorium

Amonia plasma
Nilai- nilai rujukan :
Dewasa : 15 – 45 µg/dL, 11 – 35µmol/dL ( Unit S1)
Anak : Bayi baru lahir : 64 – 107 µg/dL ; Anak : 21 –
50 µg/dL

Masalah Klinis :
Peningkatan kadar amonia plasma merupakan indikasi
terjadinya kerusakan hati.
Pemeriksaan laboratorium
 Albumin ( serum )
Nilai – nilai Rujukan :
Dewasa : 3,5 – 5,0 g/dL
52 % sampai 68% dan protein total
Anak
• Bayi baru lahir : 2,9 – 5,4 g/dL
• Bayi : 4,4 – 5,4 g/dL, anak : 4,0 – 5,8 g/dL.

Masalah Klinis :
Penurunan kadar merupakan indikasi terjadinya
sirosis hati.
Pemeriksaan laboratorium
Bilirubin (total , direk, indirek) serum
Nilai – nilai Rujukan :
Dewasa :
Total : 0,1 – 1,2 mg/dL, 1,7-20,5 µmol/dL ( unit S1)
Direk (terkonjugasi ) : 0,0-0,3 mg/dL, 1,7-5,1 mmol/L ( unit
S1)
Indirek ( tak terkonjugasi ) : 0,1-1,0 mg/dL, 1,7-17,1
µmol/L (unit S1)
Anak : Total bayi baru lahir : 1-12 mg/dL, 17,1-205 µmol/L
( unit S1)
Anak : 0,2 – 0,8 mg/dL
Masalah Klinis :
Peningkatan kadar Bilirubin Direk
dapat menyebabakan terjadinya
penyakit sirosis hati.
Pemeriksaan laboratorium

 Gamma – glutamil traspeptidase (ggtp) serum


Nilai - nilai Rujukan :
Dewasa : 0 – 45 IU/L ( rata-rata keseluruhan )
•Pria : 10 – 80 IU/L
•Wanita : 5-25 IU/L, 5-40 U/L (37oC)( unit S1)
Anak
•Bayi baru lahir : 5 x lebih tinggi dari dewasa
•Prematur : 10 x lebih tinggi dari dewasa
•Anak : hampir sama dengan dewasa.
Lansia : Sedikit lebih tinggi dari orang
dewasa
Masalah Klinis :
Apabila terjadi peningkatan
kadar GGT merupakan indikasi
terjadinya penyakit sirosis hati,
karena enzim ini merupakan
enzim mikrosomal hati.
Pemeriksaan Diagnostik

Scan nuklir hepar


Hasil normal :
Normal, tidak ada patologis

Pengobatan nuklir adalah lahan klinik yang disertai


dengan penggunaan –penggunaan isotop radioaktif
diagnostik terapeutik. Terkonsentasi di organ –
organ tubuh tertentu dan di distribusikan dengan
lebih mudah dalam jaringan yang sakit atau rusak.
Pemeriksaan Diagnostik
Angiografi hepar
Hasil normal :
Struktur dan pembuluh – pembuluh
darah normal.
Pemeriksaan angiografi hepar untuk
mengidentifikasi tempat perdarahan
arteri yang nyata.
Pemeriksaan Diagnostik

Biopsi hepar
Hasil normal :
Normal, tidak ada patologis
Biopsi hepar:
mengidentifikasikan adanya sirosis dengan
melihat jaringan hati yang rusak, infiltrasi
lemak dan fibrosis sel hati.Pemeriksaan ini
juga untuk mendiagnosa adanya tumor
ganas dan infeksi pada hati.
KOLESISTITIS
Definisi
Kolesistitis (radang kandung empedu)
merupakan rekasi inflamasi dinding
kandung empedu yang disertai keluhan
nyeri perut kanan atas, nyeri tekan, dan
demam
Pemeriksaan Laboratorium
1. Alanine aminotranferase (ALT)
2. Aspartat aminotransferase (AST)
3. Amilase : Serum dan Urine
4. Bilirubin
5. Alkaline Phosphate Serum
6. Lipase (Serum)
7. Urinalisis
8. Sel darah putih (SDP)
Pemeriksaan Diagnostik
1. Radiografi

2. Ultrasonography

3. CT Scan dan MRI


Pemeriksaan Laboratorium
1. Alanine aminotranferase (ALT)
Nilai – nilai rujukan :
Dewasa
• 5-35 U/mL
• 8-50 U/mL pada suhu 30°C
• 4-35 U/L pada suhu 37°C (unit SI)
Anak
Bayi : 2x orang dewasa;
Anak : Sama dengan dewasa
Lansia : > dewasa
Alanine aminotranferase
(ALT)
Masalah klinis :
• Peningkatan kadar serum

• Serum >300 unit


Pemeriksaan Laboratorium
2. Aspartat Aminotransferase (AST)
Nilai – nilai rujukan
Dewasa
– 4-36 IU/L
– 16-60 U/mL pada 30°C
– 8-33 U/L pada 37°C (unit SI)
– wanita nilainya agak sedikit lebih rendah dari pria.
– Olahraga mempengaruhi peningkatan kadar
serum
Anak : bayi baru lahir : 4x normal
Lansia : > dewasa
Aspartat Aminotransferase
(AST)

Masalah klinis :
• Peningkatan nilai serum
• Serum meningkat hingga 10 kali lipat
Pemeriksaan Laboratorium
3. Amilase : Serum dan Urine
Nilai – nilai rujukan
Serum : Dewasa : 60-160 U/dL, 25-125 U/L (unit SI)
Hamil : Sedikit meningkat
Anak : Biasanya tidak dilakukan
Lansia : Mungkin sedikit lebih tinggi
Isoenzim Serum : Tipe S (saliva) : 45-70%
Tipe P (pankreas) : 30-33%
Nilai-nilai ini dapat berbeda sesuai
metode yang digunakan
Urine : Dewasa : 4-37 U/L 2 jam
Amilase : Serum dan Urine

Masalah klinis :
Peningkatan amilase dapat menyebabkan
penyakit kolesistitis
Pemeriksaan Laboratorium
4. Bilirubin
Nilai – Nilai Rujukan :
Dewasa
– Total : 0,1 – 1,2 mg/dL, 1,7 – 20,5 µmol/L (SI)
– Direk : 0,0 – 0,3 mg/dL, 1,7 – 5,1 mmol/L (SI)
– Indirek : 0,01 – 1,0 mg/dL, 1,7 – 17,1 µmol/L (SI)
Anak
– Bayi baru lahir : 1 – 12 mg/dL; 17,1 – 205 µmol/L
(unit SI)
– Anak : 0,2 – 0,8 mg/dL
Bilirubin

Masalah klinis :
Peningkatan kadar bilirubin direk
menunjukkan adanya ikterik obstruktif
yang disebabkan oleh batu atau
neoplasma
Pemeriksaan Laboratorium

5. Alkaline Fosfat Serum


Nilai – nilai rujukan :
Dewasa : 20 – 90 U/L pada 30°C (SI), 25 – 97 U/L
pada 37°C (SI), 2-4 U/L (Bodansky), 4 – 13 U/dL,
0,8 – 2,3 U/dL
Anak
– Bayi dan anak – anak (0 – 12 tahun) : 40 – 300 U/L
– Anak lebih besar (13 – 18 tahun) : 30 – 165 U/L, 15-30
U/dL
Lansia : > dewasa
Alkaline Fosfat Serum

Masalah klinis :
Peningkatan kadar Alkaline Fosfat Serum
menunjukkan adanya penyakit obstruksi
saluran empedu (ikterik)
Pemeriksaan Laboratorium
6. Lipase (Serum)
Nilai – nilai rujukan
Dewasa : 20-180 IU/L; 14-280 mU/L; 14-
280 U/L (unit SI)
Anak : 20-136 IU/L pada 37°C
Bayi : 9-105 IU/L pada 37°C
Lipase (Serum)

Masalah klinis :
Peningkatan kadar lipase dapat
menyebabkan penyakit obstruksi saluran
empedu
Pemeriksaan Laboratorium
7. Urinalisis
Nilai – nilai rujukan :
Urinalisis (Rutin)

Masalah klinis :
Jika urin berbusa maka mengindikasikan
penyakit cairan empedu
Pemeriksaan Laboratorium
9. Sel darah putih
Nilai – nilai rujukan :
Dewasa : SDP total : 4.500-10.000 µL
Bayi baru lahir : 9.000-30.000 µL
Anak 2 tahun : 6.000-17.000 µL
Sel Darah Putih (SDP)

Masalah klinis :
Peningkatan nilai sel darah putih
mengakibatkan kolesistitis
Pemeriksaan Diagnostik
1. Radiografi:
Hasil normal
Abdomen : Struktur abdomen normal
Masalah klinis :
Dapat terlihat batu empedu
Batas gas pada dinding kandung empedu
akibat pembentukan bakteri
Pemeriksaan Diagnostik
2. Ultrasonography:
Hasil normal :
Pola gambaran organ atau analisa spektrum doppler
normal
Masalah klinis :
Dengan tingkat sensitif 90-95% dan tingkat
spesifik 78-80%
Dapat ditemukan batu empedu
Penebalan dinding kandung empedu
Sonography Murphy’s sign
Pemeriksaan Diagnostik
3. CT Scan dan MRI
Hasil normal :
Normal; tidak ada patologis
Masalah klinis :
Sensitivitas dan spesifiknya hingga 95%
Penebalan dinding
Intramural gas
Respon peradangan perikholesistik dan kalkulus
diluar lumen dari kandung empedu
GAGAL JANTUNG KORONER
DEFINISI
Gagal jantung merupakan akibat dari
berkurangnya kontraktilitas dan daya pompa
otot jantung, sehingga diperlukan inotropik
untuk meningkatkannya dan diuretic serta
vasodilator untuk mengurangi beban. Gagal
jantung juga dianggap sebagai remodelling
progresif akibat beban/penyakit pada
miokard, sehingga pencegahan
progresivitasnya dengan penghambat ACE
atau ARB.
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
• HDL (High Density Lipoprotein)
• LDL (Low Density Lipoprotein)
• Albumin
• Natrium (Na)
• Kalium (K)
• Klorida (Cl)
• Kalsium (Ca)
• Pemeriksaan Kadar Gula Darah
• Analisa Sperma
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
1. HDL (High Density Lipoprotein)
Nilai normal : 
Pria : >55 mg/dl
Wanita : >65 mg/dl
Nilai yang berisiko terhadap Penyakit Jantung
Koroner (PJK) yaitu :
Risiko tinggi : <35 mg/dl
Risiko sedang : 35 - 45 mg/dl
Risiko rendah : >6o mg/dl
MASALAH KLINIS HDL

Peningkatan lipoprotein dapat


dipengaruhi oleh obat aspirin,
kontrasepsi, sulfonamide.
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM

2. LDL (Low Density Lipoprotein)


Nilai normal : <150 mg/dl
Risiko tinggi : >16o mg/dl
Risiko sedang: 130 -159 mg/dl
Risiko rendah : <130 mg/dl
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
3. Albumin
Nilai normal :
Dewasa : 3,8 - 5,1 gr/dl
Anak : 4,0 - 5,8 gr/dl
Bayi : 5,4 gr/dl
Bayi baru lahir : 2,9 - 5,4 gr/dl
MASALAH KLINIS
• Penurunan albumin mengakibatkan keluarnya cairan
vascular (cairan pembuluh darah) menuju jaringan
sehingga terjadi oedema (bengkak). Penurunan albumin
disebabkan oleh :
– Berkurangnya sintesis karena malnutrisi, radang
menahun, sindrom malabsorpsi, penyakit hati
menahun, kelainan genetik.
– Peningkatan ekskresi (pengeluaran), karena luka
bakar luas, penyakit usus, nefrotik sindrom (penyakit
ginjal).
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
4.Natrium (Na)

Nilai normal dlm serum :


Dewasa : 135-145 mEq/L
Anak : 135-145 mEq/L
Bayi :134-150 mEq/L
Nilai normal dlm urin :40 – 220 mEq/L/24 jam
MASALAH KLINIS
- Penurunan Na terjadi pada diare, muntah, cedera
jaringan, bilas lambung, diet rendah garam, gagal
ginjal, luka bakar, penggunaan obat diuretik (obat
untuk darah  tinggi yang fungsinya mengeluarkan air
dalam tubuh).
- Peningkatan Na terjadi pada pasien diare, gangguan
jantung krohis, dehidrasi, asupan Na dari makanan
tinggi,gagal hepatik (kegagalan fungsi hati), dan
penggunaan obat antibiotika, obat batuk, obat
golongan laksansia (obat pencahar).
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
5. Kalium (K)

Nilai normal :
Dewasa : 3,5 - 5,0 mEq/L
Anak :3,6 - 5,8 mEq/L
Bayi :3,6 - 5,8 mEq/L
MASALAH KLINIS
• Peningkatan kalium (hiperkalemia) terjadi jika
terdapat gangguan ginjal, penggunaan obat
terutama golongan sefalosporin, histamine,
epinefrin, dan Iain-Iain.
• Penurunan kalium (hipokalemia) terjadi jika
masukan kalium dari makanan rendah,
pengeluaran lewat urin meningkat, diare,
muntah, dehidrasi, luka pembedahan.
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
6.Klorida (Cl)
Nilai normal
Dewasa : 95-105 mEq/L
Anak : 98-110 mEq/L
Bayi : 95 -110 mEq/L
Bayi baru lahir : 94-112 mEq/L
MASALAH KLINIS
- Penurunan klorida dapat terjadi pada penderita
muntah, bilas lambung, diare, diet rendah garam,
infeksi akut, luka bakar, terlalu banyak keringat,
gagal jantung kronis, penggunaan obatThiazid,
diuretik, dan Iain-lain.
- Peningkatan klorida terjadi pada penderita
dehidrasi,cedera kepala, peningkatan natrium,
gangguan ginjal,penggunaan obat kortison,
asetazolamid, dan Iain-Iain.
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
7. Kalsium (Ca)
Nilai normal :
Dewasa
– Serum : 9-11 mg/dl
– urin & diet rendah Ca :<150 mg/24 jam
– urin & diet tinggi Ca : 200 – 300 mg/jam
Anak : 9 -11,5 mg/dl
Bayi :10 -12 mg/dl
Bayi baru lahir : 7,4 -14 mg/dl.
MASALAH KLINIS

- Penurunan kalsium : malabsorpsi saluran


cerna, kekurangan asupan kalsium dan
vitamin D, gagal ginjal kronis, infeksi yang
luas, luka bakar, radang pankreas, diare,
pecandu alkohol,kehamilan.
- Peningkatan kalsium : keganasan (kanker)
tulang, paru, payudara, kandung kemih, dan
ginjal.
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM

8. Pemeriksaan Kadar Gula Darah


Nilai normal gula darah puasa :
Dewasa : 70 -110 mg/dl
Anak : 60-100 mg/dl
Bayi baru lahir : 30-80 mg/dl
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM

9. Analisa Sperma
Nilai normal pada pria dewasa :
Jumlah : 50-150 juta/ml
Volume : 1,5-5,0 ml
Bentuk : 75 % matang
Mobilitas : 60 % bergerak aktif
MASALAH KLINIS

Penyimpangan dari nilai biasanya


terjadi pada pasien vasektomi,
kemandulan, pengobatan kanker,
dan pengobatan yang mengandung
estrogen (hormon wanita).
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Scan Nuklir
Masalah Klinis : Organ Jantung
Indikasi
• Untuk mengidentifikasi hipertrofi jantung
(kardiomegali)
• Untuk menghitung curah jantung
• Untuk mendeteksi infark miokard, penyakit
jantung iskemik, aneurisma, GJK dan pirau
(jantung)
EMFISEMA
A. Pemeriksaan Laboratorium :

1. Gas Darah Arteri (GDA)


a) Nilai-nilai rujukan
– Dewasa : pH 7,35-7,45;PCO2 : 35-45 mmHg;
PO2 :75-100mmHg;
HCO3 :24 28mEq/L;BE:+2(±2mEq/L)
– Anak : pH:7,36-7,44. (Penilaian lainnya sama
seperti dewasa
Masalah klinis :
• Penurunan pH
• Emfisema :pH (<7,35);PaCO2(>45mmHg)
2. INHIBITOR ALFA-1 TRIPSIN
a) Nilai-nilai rujukan
• Dewasa : 78-200mg/dL;0,78-2,0 g/L
• Anak
– bayi baru lahir :145-270mg/dL
– bayi :sama dengan dewasa.
Masalah klinis :

Kekurangan kadar α1-antitrypsin pada penderita usia


dibawah 50 tahun sekitar 20% dari normal.
Pemeriksaan Diagnostik :
FOTO TORAKS
• Hasil normal :
Dada : struktur tulang normal dan jaringan jantung
normal
• Masalah klinis:
Hasil pemeriksaan kelainan paru berupa hiperinflasi
atau hiperlusen, diafragma mendatar, corakan
bronkovaskuler meningkat, jantung pendulum, dan
ruang retrosternal melebar.
PEMERIKSAAN FUNGSI PARU
• Hasil normal :
Tergantung pada usia klien ,jenis kelamin dan
tinggi badan >80% dari nilai perkiraan
• Pemeriksaan fungsi paru :
Penurunan kapasitas vital (VC) dan volume
ekspirasi kuat (FEV), peningkatan volume
residual (RV), kapasitas paru total (TLC)
normal atau sedikit meningkat.
Klasifikasi Gejala Klinis Spirometri

Penyakit -Dengan a/ tanpa batuk -VEP1 ≥ 80% prediksi


PPOK Ringan -Dengan a/ tanpa sputum (nilai normal spirometri)
-Sesak napas derajat sesak 1 -VEP1/KVP < 70%
s/derajat sesak 2

PPOK Sedang -Dengan a/ tanpa batuk -VEP1/KVP < 70%


-Dengan a/ tanpasputum -50% ≤ VEP1 < 80%
-Sesak napas derajat 3 prediksi

PPOK Berat -Sesak napas derajat sesak 4 -VEP1/KVP < 70%


dan 5 -30% ≤ VEP1 < 50%
-Eksaserbasi lebih sering prediksi
terjadi

PPOK Sangat Berat -Sesak napas derajat sesak 4 -VEP1/KVP <70%


dan 5 dengan gagal napas -VEP1 < 30% prediksi,
kronik atau
-Eksaserbasi lebih sering -VEP1 < 50% dengan
terjadi gagal napas kronik
-Disertai komplikasi kor
pulmonale atau gagal jantung
kanan
SKAN NUKLIR PARU
Indikasi : untuk mendeteksi emboli paru ,
tumor, penyakit paru dengan perubahan
perfusi (mis :amfisema, bronkhitis,
pneumonia )
RADIONUKLEID:Tc-99m-MAA ,Tc-99mHAM,
ventilasi133 Xe
• Hematokrit meningkat dan mungkin
melampaui 55 % (polisitemia) .
INFARK JANTUNG AKUT
Pemeriksaan laboratorium
Enzim-Enzim jantung :
• Kreatinin Fosfokinase (CPK) dan Isoenzim CPK (CPK-MP)
• Aspartat aminotransferase
• Laktat Dehidrogenase (LDH);Isoenzim LDH
• Darah Lengkap
• Protein
• Kolesterol
• Trigliserida
• LDL
• HDL
• Glukosa Darah
• Gas darah arteri
Pemeriksaan Diagnostik
• EKG 12 lead,
• Imaging talium miokard,
• Ekokardiografi,
• Angiografi jantung (Kateterisasi jatung)
• Sinar x jantung dan dada,
• Pemeriksaan latihan/sters,
• Positron emission tomography (PET)
Nilai Rujukan

Kreatinin Fosfokinase dan Isoenzim CPK:


• Dewasa
– Pria : 5-35µg/mL, 30-180 IU/L
– Wanita : 5-25µg/ mL, 25-150 IU/L
• Anak
– Bayi baru lahir: 65-580 IU/L (30ºC)
– Laki-laki : 0-70 IU/L (30ºC)
– Perempuan :0-50 IU/L (30ºC)
Nilai Rujukan
Aspartat Aminotransferase:
Dewasa
• 5-40 U/mL (frankel)
• 4-36 IU/L,16-60 U/mL (30ºC) (karmen)
• 8-33 U/L (37ºC) (Unit SI),
• wanita < dari pada pria
• Olahraga mengurangi peningkatan kadar serum
Bayi baru lahir :4x >> nilai normal.
Lansia : > orang dewasa.
Nilai Rujukan

Dehidrogenase Laktat (LDH atau LD):


Dewasa
• LDH total: 100-190 IU/L,70-250 IU/L,70-200 IU/L (Perbedaan diantara institusi)
Isoenzim LDH
• LDH1: 14%-26%
• LDH2: 27%-37%
• LDH3: 20%-26%
• LDH4: 8%-16%
• LDH5;6%-16%
• Perbedaan 2%-4% biasanya normal
Anak
• Bayi baru lahir: 300-1500 IU/L
• Anak: 50-150 IU/L
Protein :
• Spesimen Random; negatif: 0-5 mg/dl: 6-2000 mg/dl Spesimen 24 jam: 25-150
mg/24 jam
Nilai Rujukan
Kolesterol :
Dewasa
• Normal: < 200 mg/dl
• resiko sedang: 200-240 mg/dL
• Resiko tinggi:> 240 mg/dL
• Kehamilan
• Kadar resiko tinggi tetapi kembali kenilai sebelum hamil 1
bulan setelah melahirkan.
Anak
• Bayi: 90-130 mg/dL
• Anak 2-9 tahun
• Normal: 130-170 mg/dL
• Resiko sedang: 171-184 mg/dL
• Resiko tinggi: . 185 mg/dL.
Nilai Rujukan
Trigliserida:
Dewasa
• 12-29 tahun : 10-140 mg/dL
• 30-39 tahun : 20-150 mg/dL
• 40-49 tahun : 30-160 mg/dL
• > 50 tahun : 40-190 mg/dL, 0,44-2,09 mmol/L
(Unit S1)
Anak
1. Bayi: 5-40 mg/dL
2. Anak : 5-11 tahun: 10-135 mg/dL
Nilai Rujukan

Gula Darah:
Gula darah puasa:
Dewasa
• Serum atau plasma : 70-110 mg/dL
• Darah : 60-100 mg/dL
Anak
• Bayi baru lahir : 30-80 mg/dL
• Anak : 60-100 mg/dL
Lansia
Serum : 70-120 mg/dL.
Nilai Rujukan
Gula Darah Postprandial:
Dewasa
Serum atau plasma :140 mg/dL/2 jam
Darah :120 mg/dL2 jam
Anak : 120 mg/dL/2 jam
Lansia
Serum :< 60mg/dL2 jam
Darah :< 140 mg/dL/2 jam
Nilai Rujukan
Gas darah Arteri
Dewasa
pH : 7,35-7
PCO2 : 35-45 mm Hg;
PO2 :100 mm Hg
HCO3 : 24-28 mEq/L
BE : +2 sampai -2 (± 2mEq/L)
Anak : pH 7,36-7,44,penilaian lainnya sama
seperti dewasa.
Masalah klinis
Kreatinin fosfokinase dan Isoenzim CPK:
Peningkatan kadar menyebabkan :
• Infark Miokard akut (IMA) dan dengan
peningkatan Isoenzim CPK
Aspartat aminotransferase:
Peningkatan kadar menyebabkan:
• Infark miokard akut, gagal jantung
Kongestif (GKJ)
Masalah Klinis
Dehidrogenase laktat (LDH atau LD) Isoenzim LDH
Serum:
Peningkatan Kadar menyebabkan Infark Miokard akut.
Protein:
Peningkatan kadar menyebabkan
• Proteinuria berat
• Glomerulonefritis akut atau kronis
Masalah Klinis
Kolesterol
Peningkatan kadar menyebabkan
• Hiperkolesterolmia
• infark miokard akut
Trigliserida
Peningkatan kadar menyebabkan
• Hiperproteinemia
• Infark miokard akut
Masalah klinis
Gula darah:
Peningkatan kadar menyebabkan
• Infark miokard akut
• gagal jantung kongestif
Gas darah Arteri:
Penurunan kadar menyebabkan:
• Asidosis metabolik: (pH ,7,37;HCo3<24mEq/L)
• Infark miokard akut
OSTEOPOROSIS
• Osteoporosis OSTEOPOROSIS
adalah kerapuhan tulang dan
peningkatan resiko fraktur
• ditandai dengan massa tulang yang rendah dan
kerusakan jaringan tulang
• WHO mengklasifikasikan massa tulang dengan
dasar skor T
• Skor T adalah bilangan deviasi standar dari
densitas mineral tulang (Bone Mineral
Density:BMD) rata-rata untuk populasi normal
muda
• Massa tulang normal memiliki skor T > dari -1,
osteopenia -1 hingga -2, dan osteoporosis < -2,5.
Patofisiologi 
• Osteoforosis terjadi karena adanya interaksi yang
menahun antara factor genetic dan factor
lingkungan.
• Factor genetik : usia, jenis kelamin, ras, bentuk
tubuh, tidak pernah melahirkan.
• Factor lingkungan : merokok, alkohol, kopi,
defisiensi vitamin dan gizi, gaya hidup, mobilitas,
anoreksia nervosa dan pemakaian obat-obatan.
Kedua factor diatas akan
menyebabkan
•melemahnya daya serap sel
terhadap kalsium dari darah ke tulang
•peningkatan pengeluaran kalsium
bersama urin
•tidak tercapainya masa tulang yang
maksimal
Klasifikasi 
Osteoporosis primer:
•Tipe 1 adalah tipe yang terjadi pada wanita
pascamenopause
•Tipe 2 adalah tipe yang terjadi pada orang usia lanjut
baik pria maupun wanita
• Osteoporosis sekunder
Osteoporosis sekunder terutama disebabkan oleh
penyakit-penyakit tulang erosif misalnya mieloma
multiple, hipertirodisme,
hiperparatiroidisme dan akibat obat-obatan yang
toksik untuk tulang (misalnya ; glukokortikoid).
Jenis ini ditemukan pada kurang lebih 2-3 juta klien.
• Osteoporosis Idiopatik
Osteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya dan
ditemukan pada :
- Usia kanak-kanak (juvenile)
- Usia remaja (adolesen)
- Wanita pra-menopause
- Pria usia pertengahan
D. Masalah klinis
• Nyeri tulang akut. Nyeri terutama terasa
pada tulang belakang, nyeri dapat dengan
atau tanpa fraktur yang nyata dan nyeri
timbul mendadak.
• Nyeri berkurang pada saat beristirahat di
tempat tidur
• Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan
akan bertambah bila melakukan aktivitas
• Deformitas tulang. Dapat terjadi fraktur traumatic
pada vertebra dan menyebabkan kifosis angular yang
menyebabkan medulla spinalis tertekan sehingga dapat
terjadi paraparesis.
• Gambaran klinis sebelum patah tulang, klien (terutama
wanita tua) biasanya datang dengan nyeri tulang
belakang, bungkuk dan sudah menopause sedangkan
gambaran
klinis setelah terjadi patah tulang, klien biasanya datang
dengan keluhan punggung terasa sangat nyeri (nyeri
punggung akut), sakit pada pangkal paha, atau bengkak
pada pergelangan tangan setelah jatuh.
• Kecenderungan penurunan tinggi badan
• Postur tubuh kelihatan memendek
E. Pemeriksaan diagnostik
Ditandai dengan adanya:
1. ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada
dan tulang belakang
2. traktil fremitus seimbang kanan dan kiri
3. sering terjadi keringat dingin dan pusing,
4. adanya pulsus perifer memberi makna terjadi
gangguan pembuluh darah atau edema yang
berkaitan dengan efek obat
5. Produksi urine dalam batas normal dan tidak
ada keluhan pada sistem perkemihan
6. sering menunjukkan kifosis atau gibbus
(dowager’s hump) dan penurunan tinggi badan.
7. Ada perubahan gaya berjalan, deformitas
tulang, leg-length inequality dan nyeri spinal.
Lokasi fraktur yang terjadi adalah antara vertebra
torakalis 8 dan lumbalis 3
F. Pemeriksaan laboratorium
Seorang pasien dirujuk oleh dokter
dalam perawatan untuk pengobatan
oeteoporosis dan keropos tulang progresif.
Dari hasil laboratorium sebagai berikut:
1. kehilangan tinggi badannya 3,8 cm (7,5
inci)
2. pada periksaan dual energi X-Ray
absorptiometri (DXA) scan menunjukkan
kepadatan mineral tulang T
skor 3-1 pada spina lumbalis dan -2,8
pada leher femur.
Ulkus peptikum adalah
putusnya kontuinitas mukosa
gastrointestital atau lesi pada
lambung dan duodenum yang
meluas sampai di bawah epitel.
–Ulkus peptikum ditandai dengan
peningkatan asam hidroklorida dan
pepsin. Erosi yang berkaitan dengan
peningkatan konsentrasi dan kerja asam
paptin, atau berkenaan dengan
penurunan pertahanan normal dari
mukosa. Mukosa yang rusak tidak dapat
mensekresi mukus yang cukup bertindak
sebagai barier terhadap asam klorida.
Normal Ulkus peptikum
pH lambung 1-2, pH Peningkatan pH
asam klorida Asam klorida hingga
mendekati 2 4,1
Mukosa dapat Mukosa yang rusak
mensekresi mukus tidak dapat
yang cukup bertindak mensekresi mukus
sebagai barier yang cukup bertindak
terhadap asam klorida sebagai barier
terhadap asam klorida

Gastrointestinal dan Terjadi peningkatan


esophagus dalam perdarahan hingga
keadaan normal 20% pada
1. Nyerilambung sering terjadi pada daerah epigastrik
yang tersa seperti terbakar, terasa keram.
2. Nyeri sering terjadi 1-3jam setelah makan.
3. Sering menunjukkan gelaja dispersia seperti rasa
terbakar pada epigastrum atau dada bagian
bawah, bersendawa, dan kembung. Mual, muntah,
tidak nafsu makan, dan berkurangnya berat badan
juga sering terjadi.
4. Terjadi karena infeksi H. Pylori dan NSAID dapat
menimbulkan perdarahan, perforasi, dan menetrasi
organ sekitar pankreas, empedu, dan hati.
Pemeriksaan fisik dapat menyebabkan adanya nyeri, nyeri
tekan epigastrik atau distensi abdominal. Bising usus mungkin
tidak ada. Pemeriksaan dengan barium terhadap saluran GI
dapat menunjukkan adanya ulkus, namun endoskopi adalah
prosedur diagnostik pilihan. Endoskopi telah diketahui dengan
mendeteksi beberapa lesi yang tidak terlihat melalui
pemeriksaan sinar X karena ukuran atau lokasinya. Feses
dapat diambil setiap hari sampai laporan Laboratoriun adalah
darah samar. Pemeriksaan sekretori lambung merupakan nilai
yang menentukan dalam mendiagnosis aklorhidria (tidak
terdapat as. Hidroklorida dalam getah bening)dan sindrom
Zollinger-Ellison. Nyeri yang hilang dengan makanan atau
antasida dan tidak adanya nyeri yang timbul juga
mengidentifikasikan adanya ulkus. Adanya H. Pylori juga dapat
mengidentifikasikan terjadi adanya ulkus peptikum.
Berdasarkan pemeriksaan radiologi, dapat
dideteksi adanya tukak dan terjadi iritasi yang
ditandai dengan Peningkatan pH Asam
klorida hingga 4,1, Mukosa yang rusak tidak
dapat mensekresi mukus yang cukup
bertindak sebagai barier terhadap asam
klorida, serta Terjadi peningkatan perdarahan
hingga 20% pada gastrointestinal dan terasa
sensasi luka bakar pada esophagus yang
menyebabkan lambung terasa perih
PNEUMONIA
DEFINISI
Pneumonia adalah peradangan
yang mengenai parenkim paru,
Distal dari Bronkeolus
respiratorius, dan alveoli serta
menimbulkan konsolidasi
jaringan paru dan gangguan
pernapasan setempat.
Pemeriksaan laboratorium

•Kultur Sputum dan kultur


darah
•Gas darah Arteri
1. KULTUR SPUTUM DAN DARAH
Masalah klinis

kultur darah : bakteremia, septikemia,


syok pascaoperasi, demam yang tidak
diketahui asalnya
Kultur sputum : TBC pulmonal,
pneumonia Bakteri bronkitis kronis,
bronkiektasis
Kultur Sputum

Kondisi sputum Analisis


Warna homogen Pneumonia
seperti karat pneumokokus

Sputum kental
dengan strip darah Pneumonia
segar Klebsiela
2. GAS DARAH ARTERI

Nilai Rujuk :

Dewasa : pH : 7,35-7,45 ; PCO2 : 35-45


mmHg; PO2 : 75-100 mm Hg ;
HCO3 : 24-28 mEq/L; BE +2
sampai -2(±mEq/L)
Anak : pH : 7,36-7,44 penilaaian lainnya
sama dengan dewasa
Penurunan pH (<7,35) dan Peningkatan PaCO2
(> 45 mm Hg) menunjukkan Asidosis respiratorik
penyakit paru pneumonia
Penandaan beratnya
penyakit
• Confusion
• Pernapasan >30 kali/menit
• TD diastolik < 60 mmhg
• Fibrilasi atrium
• O2 arterial < 8 Kpa
• Ureum >mmol/L
• Hitung leukosit < 4 atau 20
• Albumin < 35 g/L
• Penyakit mendasari > 60 tahun
Pemeriksaan diagnostik

• Foto toraks
• Pemeriksaan fungsi paru
• Scan Nuklir Paru
1. FOTO TORAKS

•Hasil normal :
struktur tulang normal dan
jaringan jantung normal
•Hasil abnormal :
Pnemoniasis, pnemotoraks
2. Pemeriksaan Fungsi Paru

• Hasil Normal :
tergantung dari usia Klien, jenis kelamin,
dan tinggi badan > 80% dari nilai
perkiraan.
3, Scan Paru

Hasil Normal tidak ada Patologis


Detektor kamera Skintilasi (Gamma)
digunakan untuk memberikan gambaran :
- Distribusi warna abu-abu yang sama adalah
normal
- Daerah-daerah yg lebih gelap sebagai titik
panas (Hiperfungsi)
- Warna lebih terang sebagai titik dingin
disfungsi
• Scan Paru
Untuk medeteksi emboli Paru,
tumor, penyakit paru dengan
perubahan perfusi ( Emfisema,
Bronkitis , Pneumonia)
GAGAL GINJAL
Sri sulistiana
No.43
Pemeriksaan laboratorium
• Kreatinin serum
• Analisa urin
• Osmolalitas serum dan urin
• Gas darah arteri
Pemeriksaan Diagnostik
• Sinar X ginjal, ureter,kandung kemih
• Skan nuklir ginjal
• Angiografi ginjal
Pemeriksaan laboratorium
• Kreatinin serum
Nilai – nilai rujukan :
Dewasa : Serum:0,5- 1,5 mg/dL, pada wanita
kadarnya sedikit lebih rendah akibat massa otot
yang kurang. Urine : 1-2 g/ 24 jam
Anak : Bayi baru lahir 0,8 – 1,4 mg/dL, bayi: 0,7
– 1,7 mg/dL ; 2-6 tahun: 0,3 – 0,6 mg/dL, anak
yang lebih besar : 0,4 – 1,2 mg/dL
Lansia : mempunyai kadar yang lebih rendah
karena berkurangnya kekuatan otot – otot dan
menurunnya produksi kreatinin.
Pemeriksaan laboratorium

Peningkatan kadar kreatinin serum


dapat menyebabkan Kegagalan
ginjal akut dan kronis
(nefritis, glomerulonefritis kronis ).
Pemeriksaan laboratorium
Osmolalitas serum dan urin
Nilai – nilai rujukan :
Dewasa : Serum:280 – 300 mosm/kg
H2O, urine : 50 – 1200 mosm/ kg H2O
Anak : Serum:270 - 290 mosm/kg
H2O, urine sama seperti dewasa.
Bayi baru lahir : 100 – 600 mosm /kg
H2O
Pemeriksaan laboratorium

Penurunan kadar dapat


menyebabkan terjadinya penyakit
ginjal akut.
Pemeriksaan laboratorium
Analisa Urin

Adanya silinder Lilin di dalam urin,


mengindikasikan pasien menderita
atropi tubulus ginjal berat dan gagal
ginjal
Pemeriksaan laboratorium
• Gas darah arteri
Nilai – nilai rujukan :
Dewasa : pH :7,35 – 7,45 ; PCO2 : 35 –
45 mm Hg ; PO2 : 75 – 100 mm Hg ; HCO3
: 24 – 28 mEq/L
Anak : pH : 7,36 – 7,44. penilaian
lainnya sama seperti dewasa
Pemeriksaan laboratorium
Penurunan kadar pH /asidosis
metabolik ( pH < 7,35 ; HCO3 < 24
mEq/L ) dapat menyebabkan gagal
ginjal.
Pemeriksaan Diagnostik
• Sinar x ginjal, ureter dan kandung kemih
Hasil normal :
Ginjal, Ureter dan Kandung kemih (GUK) :
Struktur dan ukuran ginjal normal
Masalah klinis :
GUK : Ukuran dan struktur GUK abnormal,
batu ginjal, massa ginjal dan kandung kemih
Pemeriksaan Diagnostik
• Skan nuklir ginjal

Diindikasikan untuk : stenosis arteri ginjal, lesi desakan area (mis. Tumor ) dan gagal
ginjal.

Hasil normal :
Normal, tidak ada patologis
Pemeriksaan Diagnostik
• Angiografi ginjal
Hasil normal :
struktur dan pembuluh – pembuluh darah
normal
Pemeriksaan Diagnostik
• Angiografi ginjal
di indikasikan untuk :
1. Untuk mendeteksi stenosis arteri ginjal,
trombus atau emboli ginjal, lesi desakan
area (mis. Tumor , kista, aneurisma )
2. Untuk menentukan faktor penyebab
hipertensi ; penyebab gagal ginjal
3. Untuk mengevaluasi sirkulasi ginjal

Anda mungkin juga menyukai