Anda di halaman 1dari 56

CROUP

Medical Education Laboratory


LEARNING OBJECTIVE

DEFINISI

KLASIFIKASI

ETIOLOGI & FAKTOR RISIKO

DIAGNOSIS

TATALAKSANA
DEFINISI
DEFINISI
• Suatu sindrom klinis dengan karakteristik :
– Batuk menggonggong
– Stridor
– Suara serak
– Dengan atau tanpa adanya tanda distress pernafasan

Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB. Buku Ajar RespirologiAnak. Ed 1. Jakarta: IDAI; 2013
World Health Organization (WHO). Pocket Book of Hospital Care for Children: Guidelines for the Management of Common
Childhood Illness. 2nd Ed. 2013
KLASIFIKASI
KLASIFIKASI
(berdasarkan tingkat keparahan)

Ringan : skor<4
Sedang : skor 4-6
Berat : skor>6

Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB. Buku Ajar RespirologiAnak. Ed 1. Jakarta: IDAI; 2013
World Health Organization (WHO). Pocket Book of Hospital Care for Children: Guidelines for the Management of Common
Childhood Illness. 2nd Ed. 2013
ETIOLOGI & FAKTOR
RISIKO
ETIOLOGI:
Virus : human parainfluenza virus tipe 1 (HPIV-1), virus
influenza, adenovirus, RSV
Bakteri, mycoplasma pneumoniae, jarang.

FAKTOR RISIKO: laki-laki

Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB. Buku Ajar RespirologiAnak. Ed 1. Jakarta: IDAI; 2013
World Health Organization (WHO). Pocket Book of Hospital Care for Children: Guidelines for the Management of Common
Childhood Illness. 2nd Ed. 2013
ETIOLOGI
Laringotrakeitis akut :
Parainfluenzae virus tipe 1, influenzae virus A dan B,
respiratory syncytial virus, adenovirus

Laringotrakeobronkitis :
Bisa diikuti koinfeksi Staphylococcus aureus, Streptococcus
pyogenes, Streptococcus pneumoniae, Haemophilus
influenzae, Moraxella catarrhalis
Infeksi di nasofaring

PATOFISIOLOGI Meluas ke epitel respiratori


laring dan trakea

Inflamasi luas, eritem, edema


terjadi di dinding trakea

Penyempitan di bagian
Impaired vocal cord
subglotic trachea

Suara serak Obstruksi

Inspiratory stridor
Progress penyakit : lumen trakea semakin
terobstruksi oleh eksudat fibrin dan
pseudomembrane

Inflamasi meluas ke bronki dan alveoli

Laringotracheobronchi &
laryngotracheobronchopneumonitis

Secondary bacterial infection


DIAGNOSIS
MANIFESTASI KLINIS
• Demam, rhinorrhea, faringitis
12-48 jam kemudian :
• Suara serak
• Batuk menggonggong
• Stridor inspirasi
PF : takipnea, faring
hiperemis/normal, coryza
Umumnya membaik setelah 3-7 hari, pada
kasus berat bisa sampai 7-14 hari

Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB. Buku Ajar RespirologiAnak. Ed 1. Jakarta: IDAI; 2013
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Leukosit >10.000/mm3
• Xray : penyempitan di subglotis (steeple sign)
LATERAL NECK
DIAGNOSIS BANDING
Laringotrakeitis akut Laringotrakeobronki Spasmodic croup Epiglotitis
tis/Pneumonitis

Prodormal Gejala ISPA Gejala ISPA Tidak ada/ minimal Tidak ada/ ISPA
coryza ringan
Usia 3bl-3th 3bl-8th 3bl-3th 1th-8th
Onset Gradual (12-48 jam) Bervariasi (12 jam-7 Tiba-tiba, malam Cepat (4-12
hari) hari jam)
Demam Bervariasi Tidak tinggi Tidak ada Tinggi
Suara serak, batuk Ya Ya Ya Tidak
menggonggong

Stridor inspiratori Ya, minimal-berat Ya, biasanya berat Ya, biasanya sedang Ya, sedang-
berat
Disfagia Tidak Tidak Tidak Ya
Tampilan toxic Tidak Ya Tidak Ya
Etiologi Infeksi virus Infeksi virus + Infeksi virus + Infeksi bakteri +
superinfeksi bakteri komponen alergi hasil (+) kultur
darah
SPASMODIC CROUP
Penyakit yang ditandai dengan terbangunnya anak tiba-tiba pada
malam hari menunjukkan stridor, batuk menggonggong dan suara
parau
Etiologi : belum jelas, mungkin berhubungan dengan reaksi alergi
terhadap antigen virus. Lebih sering terjadi pada anak atopi.

Sering terjadi pada usia 3 bulan - 3 tahun

1.Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB. Buku Ajar RespirologiAnak. Ed 1. Jakarta: IDAI; 2013
2. World Health Organization (WHO). Pocket Book of Hospital Care for Children: Guidelines for the Management of Common Childhood Illness.
2nd Ed. 2013
MANIFESTASI KLINIS
• Gejala tiba-tiba, terbangun dari tidur malam dengan sesak
napas + stridor. Panas badan (-)
• Gejala obstruksi (stridor, batuk menggonggong, suara parau)
ringan, jarang berat
• Dapat sembuh spontan/ berulang
• PF : mukosa laring pucat

1.Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB. Buku Ajar RespirologiAnak. Ed 1. Jakarta: IDAI; 2013
2. World Health Organization (WHO). Pocket Book of Hospital Care for Children: Guidelines for the Management of Common Childhood Illness.
2nd Ed. 2013
EPIGLOTITIS
Edema epiglotis beserta plika ariepiglotika dan hipofaring
(supraglotitis)

Etiologi : Haemophilus influenza tipe B (99%), Streptococcus β


hemolyticus group A, Staphylococcus aureus (jarang)

Sering pada anak 2-7 thn


MANIFESTASI KLINIS
• Tiba-tiba panas badan tinggi, sakit tenggorokan, nyeri
menelan, batuk
• Cepat menjadi progresif  stridor inspirasi, disfagia, megap-
megap, pucat, gelisah, sianosis, tampak toksik
• Pada anak yang besar : posisi duduk membungkuk ke depan,
mulut terbuka, lidah menjulur, air liur menetes (Tripod sign)
• PF : gejala distres pernapasan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Hanya boleh dilakukan di ruang perawatan intensif
• Leukositosis, pergeseran ke kiri
• Foto soft tissue leher AP : pembesaran & pembengkakkan
epiglotis serta pelebaran hipofaring. Terdapat Thumb print like
• Laringoskop : laring tampak pucat, penebalan aryepiglottic
fold dan epiglottis  omega sign
TRAKEITIS BAKTERI
Infeksi bakteri akut pada saluran napas dan menimbulkan
obstruksi.
Biasa menyerang anak <3 thn

Biasanya epiglotitis dapat juga ditemukan pada trakeitis bakteri

Sering juga disebut pseudomembranous croup

Etiologi : Staphylococcus aureus (terbanyak), Streptococcus


pneumoniae, Haemophilus influenza tipe B, M. catarrhalis
1.Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB. Buku Ajar RespirologiAnak. Ed 1. Jakarta: IDAI; 2013
2. World Health Organization (WHO). Pocket Book of Hospital Care for Children: Guidelines for the Management of Common Childhood Illness.
2nd Ed. 2013
MANIFESTASI KLINIS
• Diawali infeksi saluran nafas atas ringan beberapa hari, lalu
muncul batuk menggonggong, stridor inspirasi & panas tinggi
• Tampak toksik dengan distres pernapasan
• Disertai infeksi pneumonia : tercekik, ortopnea, nyeri menelan

1.Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB. Buku Ajar RespirologiAnak. Ed 1. Jakarta: IDAI; 2013
2. World Health Organization (WHO). Pocket Book of Hospital Care for Children: Guidelines for the Management of Common Childhood Illness.
2nd Ed. 2013
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Leukositosis, pergeseran ke kiri
• Foto soft tissue leher AP : penyempitan di subglotis (steeple
sign)
• Foto soft tissue leher lateral : kolom trakea tampak buram
(hazy) dengan iregularitas pada jaringan lunak luminal
• Laringoskopi : banyak sekret kental di trakea

1.Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB. Buku Ajar RespirologiAnak. Ed 1. Jakarta: IDAI; 2013
2. World Health Organization (WHO). Pocket Book of Hospital Care for Children: Guidelines for the Management of Common Childhood Illness.
2nd Ed. 2013
ABSES RETROFARINGEAL
• Biasanya menyerang anak < 6 thn
• Etiologi : staphylococcus aureus, Streptococcus, Haemophilus
influenza B
• Bisa terdapat demam tinggi, disfagia, serta nyeri dan
kekakuan pada leher
• PF : terkadang ditemukan massa retrofaringeal/massa pada
leher yang dapat terlihat dari luar dan teraba
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Lab : leukositosis, pergeseran ke kiri (Shift to the left)
• Foto soft tissue leher lateral : pelebaran jaringan
Lunak di daerah prevertebral
Checkpoint !
Seorang anak laki-laki berusia 4 tahun dibawa
dengan keluhan batuk seperti menggonggong dan
suara serak. Sebelumnya ada riwayat batuk pilek,
demam tidak terlalu tinggi. Dari pemeriksaan fisik,
didapatkan faring dan tonsil hiperemis, tidak
membesar.
Apakah diagnosis yang paling mungkin pada pasien
ini?
Apakah etiologi untuk penyakit tersebut?
TATALAKSANA
• O2 : SaO2 <92% pada udara ruangan
• Terapi suportif : analgesik, antipiretik, antitusif, dekongestan
• Kortikosteroid
– Mengurangi edema mukosa
– Dosis : deksametason 0,15-0,6 mg/kgBB (maks. 10 mg/hr) po
atau nebulisasi steroid (budesoni, flutikason)
– Efektivitas steroid oral dan nebulisasi sama
– Pemberian oral lebih dipilih karena tidak menimbulkan trauma
1.Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB. Buku Ajar RespirologiAnak. Ed 1. Jakarta: IDAI; 2013
2. World Health Organization (WHO). Pocket Book of Hospital Care for Children: Guidelines for the Management of Common Childhood Illness.
2nd Ed. 2013
TATALAKSANA
• Epinefrin :
– Ketika gejala akut → untuk ↓ edema mukosa
– Dosis : 0,05 mL/kgBB dari 2,25% epinefrin resamik (maks.
0,5 mL) dalam 3-5 mL NaCl (nebulisasi) setiap 2 jam atau
nebulisasi 0,5 mL/KgBB epinefrin 1/1000 tanpa
pengenceran dengan NaCl (maks 5 mL)
– Diobservasi selama 6 jam sesudah nebulisasi
– Pada anak gagal pernapasan dapat diberikan ulang
epinefrin
1.Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB. Buku Ajar RespirologiAnak. Ed 1. Jakarta: IDAI; 2013
2. World Health Organization (WHO). Pocket Book of Hospital Care for Children: Guidelines for the Management of Common Childhood Illness.
2nd Ed. 2013
TATALAKSANA
• Intubasi endotrakea
– Pada penderita yang tidak memberikan respons atau
mengalami tanda hiperkarbia dan gagal napas seperti
stridor progresif, takikardia, takipnea, retraksi, sianosis atau
gangguan kesadaran
• Drainase
– Dilakukan pada kasus abses retrofaringeal

1.Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB. Buku Ajar RespirologiAnak. Ed 1. Jakarta: IDAI; 2013
2. World Health Organization (WHO). Pocket Book of Hospital Care for Children: Guidelines for the Management of Common Childhood Illness.
2nd Ed. 2013
TATALAKSANA
• Antibiotik jika terdapat keterlibatan bakteri
– Superinfeksi bakteri : sesuai kultur. Bisa diberikan empiris
sefalosporin generasi ke-3
– Epiglotitis : seftriakson/sefotaksim 7-10 hari atau
kloramfenikol 5 hr
– Trakeitis bakteri : antibiotik spektrum luas 10-14 hr

1.Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB. Buku Ajar RespirologiAnak. Ed 1. Jakarta: IDAI; 2013
2. World Health Organization (WHO). Pocket Book of Hospital Care for Children: Guidelines for the Management of Common Childhood Illness.
2nd Ed. 2013
1.Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB.
Buku Ajar RespirologiAnak. Ed 1. Jakarta:
IDAI; 2013
KRITERIA KRITERIA
EDUKASI RUJUK RAWAT
1. Bila demam beri 1. Tidak membaik setelah
croup derajat diterapi dengan dua kali
paracetamol
2. Beri ASI dan cairan sedang-berat nebulisasi epinefrin
rasemik
3. Jaga asupan 2. Distress pernafasan berat;
makanan kesadara nmenurun;
gelisah; →rawat di ICU

1.Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB. Buku Ajar RespirologiAnak. Ed 1. Jakarta: IDAI; 2013
2. World Health Organization (WHO). Pocket Book of Hospital Care for Children: Guidelines for the Management of Common Childhood Illness.
Sumber: Panduan praktik klinis di Fasyankes Primer
2nd Ed. 2013
Checkpoint !
Seorang anak laki-laki berusia 4 tahun dibawa
dengan keluhan batuk seperti menggonggong dan
suara serak. Sebelumnya ada riwayat batuk pilek,
demam tidak terlalu tinggi. Dari pemeriksaan fisik,
didapatkan faring dan tonsil hiperemis, tidak
membesar.
Bagaimana tatalaksana untuk pasien tersebut?
meduPEDIA
Demam, BATUK MENGGONGGONG,
Diagnosis suara serak, stridor inspirasi,
Ringan : dexamethasone PO dosis rhinorrhea
tunggal Tanda distress pernafasan +/-
Sedang : dexamethasone PO dosis Ro: steeple sign
tunggal + observasi + nebulisasi epi
jika memburuk
Berat : dexamethasone PO/IV + CROU
nebulisasi epi + O2 face mask + P
backup PICU
Tatalaksan Etiolog Parainfluenza virus (HPIV)
Keterlibatan bakteri  antibiotik a i
Thank you!
BRONKIOLI
TIS
Medical Education Laboratory
LEARNING OBJECTIVE

DEFINISI

ETIOLOGI & FAKTOR RISIKO

DIAGNOSIS

TATALAKSANA
DEFINISI
DEFINISI
• Peradangan di bronkiolus.
• Dikenal berbagai definisi antara lain:
1. Penyakit viral yang mempunyai karakteristik demam, pilek, dan wheezy
cough yang bersifat kering
2. Gejala klinis yg diawali dg prodormal infeksi virus saluran respiratori atas
diikuti dengan peningkatan usaha napas dan wheezing pada anak <2 th
Karakteristik bronkiolitis: inflamasi akut, nekrosis sel epitel saluran
resporatori kecil, produksi mukus meningkat, edema mukosa,
bronkospasme.

Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak edisi ke 5, Garna dan Nataprawira.
ETIOLOGI
Bronkiolitis merupakan penyebab terbanyak infeksi respiratori
bawah pada bayi dan anak yg berusia < 2th
• RSV (50-80%)
• Adenovirus
• Human metapneumovirus (3-19%(
• Virus influenza
• Parainfluenza virus tipe 3
• Koinfeksi beberapa virus lain (10-30% bayi dirawat)
Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak edisi ke 5, Garna dan Nataprawira.
DIAGNOSIS
• Bronkiolitis harus didiagnosis dan ditentukan derajat penyakit
berdasarkan anamnesia dan pemeriksaan fisis
• Klinisi tidak dianjurkan secara rutin melakukan pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan radiologis untuk
ANAMNESIS
• Bayi mengalami gejala • Takipnea dapat ringan
batuk, pilek, dapat disertai sampai terjadi gagal napas.
demam yg kemudian diikuti Karakteristik gejala klinis
gejala akibat keterlibatan adalah puncak penyakit
saluran respiratori bawah terjadi pada hari ke 3- 4
(wheezing, takipnea dan
retraksi)

Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak edisi ke 5, Garna dan Nataprawira.
PEMERIKSAAN FISIK
• Bayi dapat ditemukan • Pada perkusi hiperresonansi, suara
merintih (grunting), pernapasan mungkin normal atau
sianosis, suhu tubuh ekspirasi memanjang, wheezing,
normal, subfebris atau dan crackles
tinggi, takipnea, PCH, • Hepar dan lien dapat teraba akibat
sekret hidung, retraksi hiperinflasi toraks
(subkostal, interkostal • Apnea merupakan komplikasi yg
dan suprasternal) sering ditemukan pada bayi
prematus dg bronkiolitis yg
Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak edisi ke 5,
Garna dan Nataprawira.
disebabkan oleh RSV
KLASIFIKASI
Respiratory Distress Assesment Instrument (RDAI)

Nilai > 15: kategori berat


Nilai <3 : kategori ringan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Rontgen toraks dpt menunjukkan gambaran foto normal atau
hiperinflasi dg depresi/pendataran diafragma, atelektasis atau
konsolidasi
• SaO2 menurun
• Laboratorium:
– AGD (hipoksemia). Pada bronkiolitis berat dapat disertai hiperkapnia
dan asidosis
– Enzyme linked immunosorbent assay (EIA) atau immonofluorescence
dari sekret hidung: antigen RSV (+)  bila memungkinkan dilakukan
TATALAKSANA
• Suportif (hidrasi, O2). Jauhkan dan hindarkan bayi dari asap rokok
(evidence B), berikan ASI/menetek
• Bronkiolitis ringan  rawat jalan
– Nasihat untuk orangtua: teruskan pemberian makanan, tingkatkan pemberian cairan.
Bila memberat  rawat
• Bronkiolitis berat  rawat
– O2 lembap selama sesak dengan pemantauan SaO2 (O2 diberikan dengan nasal kanul)
– Bila p.o tidak memungkinkan atau ada risiko aspirasi  iv
– Cairan infus: terutama bila hitung napas >60-70x/menit, tidak mau minum, sesak
napas
TATALAKSANA
• Antibiotik bila infeksi bakteri:
– Ampisilin 100-200 mg/kgBB/hr i.v. dibagi 4 dosis
– Bila ada conjuntivitis pada bayi berusia 1-4 bl, kemungkinan infeksi sekunder o/
Chlamydia trachomatis  eritromisin 40 mg/kgbb/hr p.o dibagi 4 dosis
• Chest physiotherapy tidak dianjurkan krn tidak efektif
• Nasal suction hanya bermanfaat mengurangi sementara kongesti hidung,
tetapi jika berlebihan  edema nasal
TATALAKSANA
• Nebulisasi epinefrin (adrenalin)
– Dosis epinefrin rasemik 2.25% 0.25-0.75 mL dlm NaCL fisiologis 3 mL/20 mnt. Bila tidak
tersedia dapat diganti dengan epinefrin-levo 5mL larutan 1:1000
– Nebulisasi NaCl 3%  dosis 4 mL (3-6x/hari)

Anda mungkin juga menyukai