Stenosis Canalis Spinalis
Stenosis Canalis Spinalis
MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2019
Disusun Oleh :
Supervisor Pembimbing :
1
dr. Husnul Mubarak, Sp. KFR
ANAMNESIS
2
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Nyeri Punggung Bawah
Status Generalis
Keadaan umum sedang, compos mentis E4M6V5, gizi baik.
Tanda Vital
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 97 kali/menit
Respirasi : 20 kali/menit
Suhu : 36.7o Celcius
5
PEMERIKSAAN FISIS
Thoraks
Bentuk : Simetris
Retraksi : (-)
Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus Cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Konfigurasi jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II intensitas normal, regular, bising
(-)
Paru
Inspeksi : Pengembangan dada kanan sama dengan kiri
Palpasi : Fremitus raba kanan sama dengan kiri
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-) 6
PEMERIKSAAN FISIS
Trunk
Inspeksi : Deformitas (-), skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-),
terdapat bekas jahitan sepanjang CV Th1-Th10
Palpasi : Massa (-), nyeri tekan (-), oedem (-),
Perkusi : Nyeri ketok costovertebra (-)
Tanda Patrick : (+/+)
Tanda Contrapatrick : (-/-)
Tanda Lasseque : (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Dinding perut sejajar dengan dinding dada
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
Perkusi : Tympani
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas
Akral hangat, edema (-)
7
STATUS NEUROLOGIS
Nervus Tes Dekstra Sinistra
Sensorik
N. I (N. Olfaktorius)
Tes penciuman Normal Normal
Sensorik
Motorik
-Ptosis Tidak ada Tidak ada
N. III (N.Okulomotorius) -Posisi bola mata Normal Normal
N. IV (N. Troklearis) -Pupil Bulat, isokor Bulat, isokor
N. VI (N. Abdusen) Refleks Cahaya Refleks Cahaya
(positif) (positif)
-Gerakan bola mata Normal Normal
8
STATUS NEUROLOGIS
Nervus Tes Dekstra Sinistra
Motorik
-Menggerakkan rahang Normal Normal
-Kontraksi M. Maseter dan Normal Normal
N. V (N. Trigeminus) M. Temporalis
Sensorik
-Rasa Raba Normal Normal
-Refleks Kornea Normal Normal
Motorik
-Angkat alis Normal Normal
-Memejamkan mata Normal Normal
N. VII (N. Fasialis)
-Memperlihatkan gigi Normal Normal
Sensorik
Pengecapan (2/3 anterior lidah) Normal Normal
9
STATUS NEUROLOGIS
Nervus Tes Dekstra Sinistra
Sensorik
N. VIII
-Tes pendengaran Normal
(N. Vestibulo-Koklearis)
-Romberg Test Tidak dievaluasi
Motorik
N. IX
Letak uvula Tengah
(N. Glosofaringeus)
Sensorik
N. X (N. Vagus)
Pengecapan (1/3 posterior lidah) Normal
Motorik
N. XI
-Otot Sternokleidomastoideus Normal Normal
(N. Aksesorius)
-Otot Trapezius Normal Normal
Motorik
N. XII (N.Hipoglosus)
Menjulurkan lidah Normal
10
STATUS MOTORIK
Sensibilitas :
11
MYOTOME
Keterangan:
Myotome Dextra Sinistra
0 : tidak ada kontraksi
C5 5/5 5/5
1 : ada kontraksi
C6 5/5 5/5
C7 5/5 5/5
2 : full ROM, tidak bisa melawan gravity
C8 5/5 5/5 3 : full ROM, melawan gravity, tidak ada tahanan
Th 1 5/5 5/5 4 : full ROM, melawan gravity, tahanan minimal
L2 2/2* 2/2*
5 : full ROM, melawan gravity, tahanan maksimal
L3 2/2* 2/2*
L4 2/2* 2/2* * : Spastik
L5 2/2* 2/2*
S1 2/2* 2/2*
12
Dermatome Dextra Sinistra
C2 2 2
C3 2 2 DERMATOME
C4 2 2
C5 2 2
C6 2 2
C7 2 2
2 2
C8 Keterangan:
Th 1 2 2
Th 2 2 2 0 : Absent
Th3 1 1
L2 1 1 1 : Altered
L3 1 1
L4 1 1 2 : Normal
L5 1 1
S1 1 1 NT : Not Testable
S2 1 1
S3 NT NT
S4-5 NT NT
13
14
BARTHEL INDEX
No Kriteria Score PENILAIAN:
1 Makan 2 0-4 Ketergantungan
Mandi Total
2 0
5-8 Ketergantungan
3 Perawatan Diri 1 Berat
4 Berpakaian 1 9- Ketergantungan
11 Sedang
5 Buang Air Kecil 2
12- Ketergantungan
6 Buang Air Besar 0 19 Ringan
7 Berpindah/berjalan 1 20 Mandiri
10 Penggunaan toilet 1
Total 9
15
PEMERIKSAAN PENUNJANG
16
DIAGNOSIS
Diagnosis : Paraparese UMN CV Th3 AIS B et causa stenosis canalis spinalis
Diagnosis Fungsional :
Impairment : Penyempitan canalis spinalis level Cv Th3 – Th6
Paraparese UMN
Tonus meningkat
Defisit sensoris
Disability : Gangguan mobilisasi (transfer dan ambulansi)
Prolonged immobilisasi
Keterbatasan/ketergantungan aktifitas sehari hari (ADL)
Handicap : Pasien adalah ibu rumah tangga dan terganggu saat melakukan kerja
harian di rumah.
terbatas kehidupan sosial
17
DIAGNOSIS
18
PLANNING
Planning Terapi: •Breathing exercise
•Protect / Edukasi perineum hygne •Chest expansion exercise
•Strengthening exercise •Latihan flexibilitas untuk thoracal
vertebra
•Breathing exercise
•Stretching gastrocnemius + tibialis
•Inhibisi spastik anterior
•ES untuk otot-otot tanpa spastik •Konsul ke Occupational therapy untuk :
Latihan ADL
•ROM exercise Latihan hand function
•Latihan transfer pasif
Planning Diagnosis:
-
19
TATALAKSANA
•Infus Ringer Laktat 20 tpm •Gabapentin 100mg/Amitriptilin 7,5mg 1
cap/12 jam/oral
•Ketorolac 30mg/extra/intravena
(bila NPRS >7) •Diazepam 2 mg/8jam/oral
•Vitamin B1 tab/8jam/oral •Eversa 50mg/24jam/oral
•Vitamin B6 2 tab/8 jam/oral •N-Ace 200mg/8jam/oral
•Vitamin B12 2 tab/8jam/oral •Latihan mobilisasi
•Meloxicam 7.5 mg/12jam/oral •Latihan ROM
•Pantoprazole 30mg/24jam/oral
20
DEFINISI
21
ETIOLOGI
22
PATOFISIOLOGI
23
PATOFISIOLOGI
1. Degenerasi Diskus
2. Intabilitas segmental
3. Hiperekstensi segmental
4. Trauma tulang belakang
•Jaringan lunak pada tulang belakang (ligamen, diskus dan facet joint)
•Tulang belakang itu sendiri
•Sumsum tulang belakang (medulla spinalis)
24
MANIFESTASI KLINIS
1. Sakit punggung
2. Nyeri seperti terbakar pada bokong atau kaki (linu panggul)
3. Mati rasa atau kesemutan (paraestesia) pada bokong atau kaki
4. Kelemahan di kaki atau "foot drop"
5. Mengurangi nyeri dengan bersandar ke depan atau duduk
6. Abnormal fungsi usus / dan atau fungsi kandung kemih
7. Hilangnya fungsi seksual
25
PEMERIKSAAN FISIS
26
PEMERIKSAAN FISIS
1. Laseque’s sign
Tungkai difleksikan pada sendi coxae sedangkan sendi lutut tetap lurus. Saraf ischiadicus akan tertarik. Bila
nyeri pinggang dikarenakan iritasi pasa saraf ini maka nyeri akan dirasakan pada sepanjang perjalanan saraf ini,
mulai dari pantat sampai ujung kaki.
27
PEMERIKSAAN FISIS
28
PEMERIKSAAN FISIS
Fleksi pasif pada leher hingga dagu mengenai dada. Tindakan ini akan
mengakibatkan tertariknya myelum naik ke atas dalam canalis spinalis. Akibatnya
maka akar-akar saraf akan ikut tertarik ke atas juga, terutama yang berada di bagian
thorakal bawah dan lumbal atas. Jika terasa nyeri berarti ada gangguan pada akar-
akat saraf tersebut
29
PEMERIKSAAN PENUNJANG
CT-Scan / MRI
30
PENATALAKSANAAN
1. Immobilisasi
Semua pasien dengan kecurigaan trauma spinal harus diimobilisasi sampai di atas dan dibawah
daerah yang dicurigai sampai adanya fraktur dapat disingkirkan dengan pemeriksaan radiologi
2. Cairan intravena
Pada penderita dengan kecurigaan trauma spinal, cairan intravena diberikan seperti pada resusitasi
pasien trauma
3. Medikasi
31
PENATALAKSANAAN
4. Rehabilitasi Medik
Tindakan rehabilitasi medik merupakan kunci utama dalam penanganan pasien cedera medula
spinalis. Fisioterapi, terapi okupasi, dan bladder training pada pasien ini dikerjakan seawal
mungkin. Tujuan utama fisioterapi adalah untuk mempertahankan ROM (Range of Movement)
dan kemampuan mobilitas, dengan memperkuat fungsi otot-otot yang ada.
32
PENATALAKSANAAN
Terapi konservatif dapat dilakukan pada pasien dengan gejala mielopati ringan, umumnya
dilakukan observasi apakah terdapat perbaikan fungsi. Pemberian analgetik dapat
dipertimbangkan untuk mengatasi rasa nyeri akibat gejala radikular. Penggunaan collar neck
dapat digunakan apabila diketahui terdapat instabilitas vertebrata. Tindakan operasi perlu
dilakukan untuk menghilangkan kompresi pada medula spinalis, apakah akibat trauma, stenosis,
atau tumor yang mendesak medula spinalis.
33
DIAGNOSA BANDING
Suatu kelainan sistem saraf akut dan difus yang mengenai radiks spinal dan saraf perifer, dan juga
kadang-kadang saraf kranialis yang biasa timbul setelah suatu infeksi. Gejala utama kelumpuhan yang
simetris tipe LMN dari otot-otot ekstremitas, badan dan kadang-kadang muka.
Tipe penjalaran kelemahan pada ektremitas berjalan dari distal ke proksimal dan sembuh perlahan-lahan
dari proksimal ke distal.
Gejala makin bertambah, menyebar secara assenden kebadan, anggota gerak atas dan cranial, kelemahan
simetris dan diikuti oleh hiporefleks atau arefleks. Disamping itu terdapat gangguan sensibilitas parastesi.
34
DIAGNOSA BANDING
2. Paralisis Flaksid
Paralisis flaksid yaitu kelainan yang ditandai dengan kadar kalium yang rendah < 3,5 mmol/L
dengan gejala kelemahan atau kelumpuhan skeletal. Biasanya terjadi pada otot kaki atau tangan.
Biasanya gejala timbul setelah makan kekenyangan. Ditandai dengan serangan episodic berupa
kelemahan otot atau paralisis flaksid akibat perpindahan kalium ke ruang intraselular otot rangka.
Serangan muncul setelah tidur atau istirahat, tetapi dapat dicetuskan oleh, latihan fisik.
35
DIAGNOSA BANDING
3. Spondilitis Tuberculosa
Spondilitis Tb atau Pott disease ialah suatu osteomielitis kronik tulang belakang yang disebabkan
oleh kuman tbc. Daerah yang paling sering terkena, berturut-turut ialah daerah torakal terutama
bagian bawah, daerah lumbal dan servikal 1-4.
Salah satu defisit neurologis yang paling sering terjadi adalah paraplegia yang dikenal dengan nama
Pott’s paraplegia. Paraplegia ini dapat timbul secara akut ataupun kronis (setelah hilangnya
penyakit) tergantung dari kecepatan peningkatan tekanan mekanik kompresi medula spinalis.
36
DIAGNOSA BANDING
penyakit ini dapat menimbulkan kelemahan pada anggota gerak bahkan dapat menyebabkan suatu
kematian. Pada kasus-kasus yang jarang, tumor seperti osteoid osteoma, dapat menyebabkan
terjadinya nyeri punggung. Apabila ini terjadi, tumor pada tulang belakang biasanya dijumpai pada
punggung bagian tengah atau bawah. Nyerinya konstan dan biasanya memburuk dari waktu ke
waktu. Nyerinya progresif dan tidak terkait dengan aktivitas dan/atau terjadi pada waktu malam.
37
KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS
Komplikasi
Stenosis tulang belakang yang memberat dapat menyebabkan disfungsi usus dan / atau disfungsi
kandung kemih. Bedah komplikasi termasuk infeksi, cedera neurologis, pseudarthrosis, sakit kronis,
dan cacat.
Prognosis
Prognosis baik bila dekompresi adekuat, stabilitas sendi facet terjaga, pembedahan lebih awal,
pemakaian korset post-op, latihan pasca operasi. Prognosis buruk bila terjadi dominan back pain,
segmen yang terkena multileve, penundaan lama pembedahan, terdapat deficit neurologis,
operasinya sebelumnya gagal dan pasien dengan penyakit sistemik kronis.
38
39