Anda di halaman 1dari 13

ASAS-ASAS HUKUM PIDANA

DAN HUKUM PERDATA


Fidela Shabrina 19300032
Amailia Krisdiana 19300148
Irfan Irenus Dwi 19300047
Fadjar Refandra 19300041
Imanuel Yardin 19300150
ASAS-ASAS HUKUM PIDANA
1. Asas Legalitas
 Asas yang menyatakan bahwa tidak ada pelanggaran dan
tidak ada hukuman sebelum ada undang-undang yang
mengaturnya.
Didasarkan pada Al-Qur’an pada surat Al-Isra’ (17) ayat 15, yang
dihubungkan dengan anak kalimat pada surat Al-An’am (6) ayat
19 “Al-Qur’an ini diwahyukan kepadaku, agar (dengannya) aku
(Muhammad) dapat menyampaikan peringatan (dalam bentuk
aturan dan ancaman hukuman) kepadamu.
Asas ini telah ada dalam hukum Islam sejak Al-Qur’an
diturunkan.
2. Asas Larangan Memindahkan Kesalahan pada Orang Lain
Asas ini ada dalam surat Al-Muddatstsir (74) ayat 38, dinyatakan
bahwa setiap jiwa terikat pada apa yang dia kerjakan, dan setiap orang
tidak akan memikul dosa atau kesalahan yang dibuat oleh orang lain.
Selanjutnya di surat Al-An’am (6) ayat 164, Allah menyatakan bahwa
setiap pribadi yang melakukan sesuatu kejahatan akan menerima
balasan kejahatan yang dilakukannya. Hal ini mempunyai arti bahwa
tidak boleh sekali-kali beban (dosa) seseorang dijadikan beban (dosa)
orang lain.
Dari pemaparan ayat tersebut, jelas bahwa orang tidak dapat diminta
memikul tanggung jawab mengenai kejahatan atau kesalahan yang
dilakukan oleh orang lain. Karena pertanggungjawaban pidana itu
individual sifatnya, sehingga kesalahan prang lain tidak dapat
dipindahkan ke orang lain.
3. Asas Praduga tidak Bersalah
 Seseorang yang dituduh melakukan suatu
kejahatan harus dianggap tidak bersalah sebelum
hakim dengan bukti-bukti yang meyakinkan
menyatakan dengan tegas kesalahan orang tersebut.
ASAS-ASAS HUKUM PERDATA
1. Asas Kebolehan atau Mubah
Menunjukkan kebolehan melakukan semua hubungan perdata
sepanjang hubungan itu tidak dilarang oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Hal ini bearti bahwa Islam memberi kesempatan luas kepada yang
berkepentingan untuk mengembangkan bentuk dan macam hubungan
perdata sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat.

2. Asas Kemaslahatan Hidup


Segala sesuatu yang mendatangkan kebaikan, berguna, berfaedah
bagi kehidupan. Asas ini mengandung makna bahwa hubungan perdata
apapun juga dapat dilakukan asal mendatangkan kebaikan bagi
kehidupan pribadi maupun masyarakat.
Asas ini tidak ada ketentuannya dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, tetapi
peranan ijtihad penting untuk asas ini.
3. Asas Kebebasan dan Kesukarelaan
Mengandung makna bahwa setiap hubungan perdata harus
dilakukan secara bebas dan sukarela. Selain itu juga bearti bahwa
selama teks Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad tidak mengatur
suatu hubungan perdata, maka selama itu pula pihak bebas
mengaturnya atas dasar kesukarelaan masing-masing.
Asas ini bersumber pada surat Al-Nisa’ (4) ayat 29.

4. Asas Menolak Mudarat dan Mengambil Manfaat


Mengandung makna bahwa harus dihindari segala bentuk hubungan
perdata yang mendatangkan kerugian dan mengembangkan yang
bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat.
5. Asas Kebajikan
Setiap hubungan perdata seyogyanya mendatangkan kebaikan
kepada kedua belah pihak dan pihak ketiga dalam masyarakat.
Asas ini berdasar pada surat Al-Maidah (5) ayat 90 yang menyatakan
bahwa kebajikan yang akan diperoleh seseorang haruslah didasarkan
pada kesadaran pengembangan kebaikan dalam rangka kekeluargaan.

6. Asas Kekeluargaan atau Asas Kebersamaan yang Sederajat


Hubungan perdata yang didasarkan pada hormat menghormati,
kasih mengasihi serta tolong menolong dalam mencapai tujuan
bersama.
Asas ini dialirkan dari bagian ayat 2 surat Al-Maidah (5) dan hadis
yang menyatakan bahwa umat manusia berasal dari satu keluarga.
7. Asas Adil dan Berimbang
Asas keadilan  hubungan perdata tidak boleh mengandung unsur-
unsur penipuan, penindasan, pengambilan kesempatan pada waktu
pihak lain sedang kesempitan.
Juga bearti bahwa hasil yang diperoleh harus berimbang dengan usaha
atau ikhtiar yang dilakukan.

8. Asas Mendahulukan Kewajiban dari Hak


Bahwa dalam pelaksaan hubungan perdata, para pihak harus
mengutamakan penunaian kewajibannya lebih dahulu dari menuntut
hak.
Asas penunaian kewajiban lebih dahulu dari penuntutan hak adalah
kondisi hukum yang mendorong terhindarnya
ingkar janji.
9. Asas Larangan Merugikan Diri Sendiri dan Orang Lain
Bahwa para pihak yang mengadakan hubungan perdata tidak boleh
merugikan diri sendiri dan orang lain dalam hubungan perdatanya.
Menghancurkan atau memusnahkan barang, untuk mencapai
kemantapan harga atau keseimbangan pasar tidak dibenarkan oleh
hukum Islam.

10. Asas Kemampuan Berbuat atau Bertindak


Dalam hukum Islam, manusia yang dipandang mampu
berbuat/bertindak melakukan hubungan perdata adalah mereka yang
mukallaf, yang bearti mereka mampu memikul kewajiban dan hak,
sehat jasmani dan rohaninya.
11. Asas Kebebasan Berusaha
Bahwa pada prinsipnya setiap orang bebas berusaha untuk
menghasilkan sesuatu baik bagi dirinya sendiri dan keluarganya.
Juga mempunyai arti bahwa setiap orang mempunyai kesempatan yang
sama untuk berusaha tanpa batasan, kecuali telah ditentukan batasannya
(dilarang) oleh hukum Islam.

12. Asas Mendapatkan Hak Karena Usaha dan Jasa


Bahwa seseorang akan mendapatkan hak. Misalnya berdasarkan usaha
dan jasa, baik yang dilakukannya sendiri maupun bersama oranglain.

13. Asas Perlindungan Hak


Bahwa semua hak yang diperoleh seseorang dengan jalan halal dan
sah, harus dilindungi. Bila dilanggar oleh salah satu pihak dalam
hubungan perdata maka pihak yang dirugikan berhak untuk menuntut
pengembalian hak atau menuntut kerugian pada pihak yang
merugikannya.
14. Asas Hak Milik Berfungsi Sosial
Menurut ajaran hukum Islam, hak milik tidak boleh dipergunakan hanya
untuk kepentingan pribadi pemiliknya saja. Tetapi juga harus diarahkan
untuk meningkatkan kesejahteraan sosial.

15. Asas yang Beriktikad Baik Harus Dilindungi


Jika ada pihak yang melakukan suatu hubungan perdata tidak
mengetahui cacat yang tersembunyi dan mempunyai iktikad baik dalam
hubungan perdata, maka kepentingannya harus dilindungi dan berhak
untuk menuntut sesuatu jika ia dirugikan karena iktikad baiknya.

16. Asas Resiko Dibebankan pada Harta, tidak pada Pekerja


Jika perusahaan merugi, kerugian hanya dibebankan pada pemilik modal
atau harta saja tidak pada pekerjanya. Yang bearti bahwa pemilik tenaga
dijamin haknya untuk mendapatkan upah sekurang-kurangnya untuk
jangka waktu tertentu setelah ternyata perusahaan menderita kerugian.
17. Asas Mengatur dan Memberi Petunjuk
Dalam hukum Islam, berlaku asas yang menyatakan bahwa ketentuan
hukum perdata –kecuali yang bersifat ijbari karena ketentuannya telah
qath’i- hanyalah bersifat mengatur dan memberi petunjuk saja kepada
orang-orang yang akan memanfaatkannya dalam mengadakan
hubungan perdata.

18. Asas Tertulis atau Diucapkan di Depan Saksi


Bahwa hubungan perdata selayaknya dituangkan dalam perjanjian
tertulis di hadapan saksi-saksi. Dalam keadaan tertentu, bisa saja
dilakukan secara lisan di hadapan saksi-saksi yang memnuhi syarat
baik dalam jumlah ataupun kualitas orangnya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai