Anda di halaman 1dari 10

FIQIH KONTEMPORER

By.Rubi
Apa sih Fiqh Kontemporer itu ??

fiqh kontemporer adalah tentang perkembangan


pemikiran fiqh dewasa ini.
Dalam hal ini yang menjadi titik acuan adalah
bagaimana tanggapan dan metodologi hukum islam
dalam memberikan jawaban terhadap masalah-masalah
kontemporer.
Ruang Lingkup
1. Aspek hukum keluarga ; akad nikah melalui telepon, penggunaan alat
kontra sepsi, dan lain-lain
2. Aspek ekonomi ; system bunga dalam bank, zakat profesi, asuransi, dll
3. Aspek pidana ; huku pidana islam dalam sistem hukum nasional
4. Aspek kewanitaan ; busana muslimah (jilbab), wanita karir, kepemimpinan
wanita, dan lain-lain.
5. Aspek medis ; pencangkokan organ tubuh atau bagian organ tubuh,
pembedahan mayat, euthanasia, ramalan genetika, cloning, penyebrangan
jenis kelamin dari pria ke wanita atau sebaliknya, bayi tabung, percobaan-
percobaan dengan tubuh manusia dan lain-lain.
6. Aspek teknologi ; menyembelih hewan secara mekanis, seruan adzan atau
ikrar basmalah dengan kaset, makmum kepada radio atau televisi, ll
7. Aspek politik (kenegaraan); yakni perdebatan tentang perdebatan sekitar
istilah “Negara islam”, proses pemilihan pemimpin, loyalitas kepada
penguasa (kekuasaan), dan lain sebagainya.
8. Aspek yang berkaitan dengan pelaksanaan ibadah ; tayammum dengan
selain tanah (debu), ibadah kurban dengan uang, menahan haid karena
demi ibadah haji, dan lain sebagainya.
Latar belakang munculnya isu Fiqh kontemporer yaitu akibat
adanya arus modernisasi yang meliputi hampir sebagian
besar Negara- Negara yang dihuni oleh mayoritas umat islam.
Modernisasi tersebut melahirkan berbagai macam bentuk
perubahan baik secara struktural maupun kultural.
Teks Al-Qur’an tentunya tidak mengalami perubahan,
tetapi pemahaman dan penerapannya dapat disesuaikan dengan konteks
perkembangan zaman.
Karena perubanhan sosial merupakan suatu proses kemasyarakatan yang
berjalan secara terus menerus,
maka perubahan penerapan dan pemahaman ajaran islam juga harus bersifat
kontinu sepanjang zaman.
Dengan demikian islam akan tetap relevan dan aktual, serta mampu menjawab
tantangan modernitas.
Sifat dinamis dan terbuka terhadap perubahan ini sebagai
konsekuensi logis dari tugas fiqh, yang harus selalu
berusaha menyelaraskan problema kemanusiaan yang
terus berkembang dengan pesat dan akseleratif dengan
dua sumber rujukan utamanya yaitu Al-Qur’an dan Hadits.
Kompleksitas persoalan-persolan baru yang muncul di masa
kini tentunya akan membutuhkan pemecahan masalah
berdasarkan nilai-nilai agama. Di sinilah letak betapa
pentingnya rumusan ideal moral maupun formal dari fiqh
kontemporer tersebut.
Contoh Masalah :

Pada zaman ini penggunaan kontrasepsi sangat marak


dipergunakan oleh para wanita.
Banyak orang beranggapan bahwa islam melarang penggunaan
kontrasepsi karena beranggapan kb merupakan pembunuhan
terselubung. Seperti pada ayat dibawah ini

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut


kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka
dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah
suatu dosa yang besar …” (Q.S. Al-Israa’ [17] : 31)
Sedangkan sebagian lain membenarkan bahwa
kontrasepsi dibolehkan asal untuk kepentingan dirinya
sendiri, misal karena sang ibu sakit atau karena penyakit
lainnya. Seperti yang dijelaskan hadist dibawah ini

“Kami biasa melakukan azl di saat Al-Qur’an masih turun”


Ishaq menambahkan : “Sekiranya azl dilarang tentu Al-
Qur’an akan melarang perbuatan kami” (H.R. Muslim No.
2608)

Dari hadits di atas jelas menyatakan bahwa upaya


pencegahan kehamilan dengan cara azl (coitus interuptus)
tidak dilarang oleh Allah. Sekiranya hal itu dilarang maka
akan diturunkan ayat yang melarangnya karena hal itu
terjadi di masa wahyu masih turun. Padahal Azl hakikatnya
sama saja upaya untuk mencegah sperma bertemu
dengan sel telur. Maka jika azl boleh, berarti upaya
menghalangi sperma bertemu dengan sel telur dengan
metoda pencegahan kehamilan lainnya juga boleh.
Disinilah tugas kita untuk menerapkan fiqh kontemporer,
memilih yang baik dan meninggalkan yang buruk bergantung
pada sudut pandang alquran dan hadist.
Dari masalah diatas, dapat disimpulkan bahwa yang jadi
masalah boleh dan tidak boleh bukan soal menghalangi
sperma bertemu dengan sel telur, dan bukan upaya
mencegah kehamilannya, melainkan motivasinya karena apa.
Jika motivasinya karena zina dan tidak ingin hamil, maka
zinanya itu sendiri sudah haram. Jika motivasinya karena
takut miskin maka hal itu adalah tercela. Jika motivasinya
tidak ingin anak sama sekali itu juga hal yang dibenci.

Anda mungkin juga menyukai