Anda di halaman 1dari 14

Sepsis

Sepsis Puerpuralis

Penyebab kematian Ibu yang dapat dicegah sejak


inpartu hingga nifas
Tujuan
Tujuan Umum
• Setelah menyelesaikan bab ini, peserta akan mampu
melakukan stabilisasi kondisi gawatdarurat dan
menatalaksana sepsis puerperalis
Tujuan Khusus
• Menjelaskan beberapa penyebab infeksi nifas
• Menjelaskan rencana terapi sepsis akibat metritis
• Melakukan praktik pemberian infus dan antibiotik pada
sepsis karena metritis
Masalah

• ENMMS 2000 : sepsis berkontribusi untuk 10%


penyebab kematian langsung obstetri dan 8% dari
semua kematian ibu.
• MMR akibat sepsis adalah 7/100.000 dan 93% kasus
ditata-laksana oleh tenaga kesehatan sebelum
meninggal.
• Pelayanan sub-standar oleh:
– dokter spesialis obstetri dan bidan (berkontribusi terhadap 38%
kematian yang disebabkan oleh sepsis)
– dukun paraji (sekitar 90% akibat manipulasi berlebihan)
Definisi

• Sepsis puerperium adalah kelanjutan dari septikemia yang terkait


dengan infeksi saluran reproduksi yang terjadi setelah pecah
ketuban, selama intrapartum dan masa nifas hingga 42 hari setelah
persalinan atau 2 minggu pascakeguguran.
• Selain demam, dapat terjadi satu atau beberapa tanda sbb:
– Nyeri panggul atau nyeri tekan uterus
– Lokia serosanguinea atau purulernta
– Cairan berbau (busuk)
– Sub-involusi uterus

• Demam didefinisikan sebagai suhu oral > 38°C yang diukur pada
dua waktu di luar 24 jam pasca persalinan, atau suhu ≥ 38,5°C pada
saat apapun.
Faktor Predisposisi

Antenatal
• Anemia, uremia, hiperglikemia tidak terkendali
• Obat imunosupresi dan/atau imunokompromi
• Infeksi traktus genitalis sebelum persalinan dimulai

Intranatal
• Penatalaksanaan persalinan yang tidak higienis
• KPSW
• Periksa dalam berulang kali
• Persalinan operatif
• Plasenta manual
• Laserasi vagina
Diagnosis

Anamnesis

• Ada faktor predisposisi (risiko)


• Tatalaksana persalinan
• Keadaan umum dan lamanya demam
• Jumlah, warna dan bau lokia
• Respirasi: batuk dan ekspektorasi
• Miksi: frekuensi meningkat dan disuria
Pemeriksaan

Pemeriksaan umum
• Melakukan pemeriksaan klinis untuk menilai kondisi
umum pasien dan stabilitasi hemodinamiknya
termasuk nadi, tekanan darah, suhu dan diuresis.
• Perhatikan adanya anemia atau ikterus.

Pemeriksaan Abdomen
• Distensi dan nyeri regio uterus
• Massa pelvio-abdominal
• Tanda peritonitis: nyeri saat meregangkan dan jika
ada tekanan pada dinding abdomen
Pemeriksaan setempat

• Inspeksi genitalia eksterna dan perineum untuk


mengetahui adanya infeksi robekan jalan lahir, luka
episiotomi, pengeluaran lokia dan pus per vaginam.

• Subinvolusi dan nyeri tekan uterus (palpasi abdomen


atau pemeriksaan bimanual).
Penyebab sepsis pascapersalinan

umumnya bakteri gram-negatif (mis. E. Coli) atau gram-


positif (staphylococci khususnya MRSA, anaerobic
streptococci, clostridium)

– endotoksin dinding sel bakteri menimbulkan lesi


pada pembuluh darah (efek toksik pada endothelium)
– terjadi hipotensi / hipoperfusi
Pemeriksaan laboratorium/studi diagnostik

• Lekositosis
• Apusan cairan serviks/vagina atas untuk kultur dan
sensitivitas
• Analisis urin (plus kultur jika terlihat ada sel darah putih
atau bakteri pada saat analisis)
• USG untuk mendeteksi abses intrauterin atau pelvik
terutama jika demam menetap setelah 48 jam pemberian
antibiotika
• Jika ditemukan massa pelvio-abdominal, lakukan
laparoskopik diagnostik atau laparotomi
• Pemeriksaan laboratorium lainnya (C - reactive protein,
analisis gas darah, radiologi, dsb)
Penatalaksanaan

• Pasang dua kanula IV besar dan infus kristaloid IV.

• Dopamine drips, titrasi dan dosis bertingkat (mulai 5


mcg/kgBB/menit, maksimal 10 mcg/kg BB/menit)

• Antibiotika terapetik (triple drugs) sebelum uji sensitivitas dan


lanjutkan antibiotika yang sesuai. Lanjutkan antibiotik hingga
pasien tidak mengalami demam selama 24 - 48 jam dan tidak
merasa nyeri

• Evakuasi massa intrauterin atau abses pelvik disertai drainase.

• Pantau lekosit setiap 48 jam/menurut kondisi klinik

• X-ray dada untuk membantu menentukan adanya emboli


pulmoner septik atau pneumonia.
Dopamine

• At doses < 3 mcg/kg/min, dopamine stimulates


dopamine receptors, resulting in vasodilatation.

• At doses between 5 - 10 mcg/kg/min, dopamine


also stimulates beta-1 adrenergic receptors,
resulting in increased cardiac output.

• At doses > 10 mcg/kg/min, dopamine stimulates


alpha-adrenergic receptors, leading to
vasoconstriction, which increases the systemic
vascular resistance.

• Dopamine is typically used in the treatment of


septic shock or cardiogenic shock.
Dobutamine

• Dobutamine is a drug that primarily stimulates beta-1


receptors, leading to increased inotropic and
chronotropic effects.

• This combination of effects contributes to increased


cardiac output with decreased systemic vascular
resistance. Dose 0.5-5 mcg/kg/min

• To al lesser extent, dobutamine also stimulates beta-2


adrenergic receptors, leading to vasodilatation.

• Dobutamine is typically used for patients with


cardiogenic shock. It is not routinely used in septic shock
because it can lower systemic vascular resistance, thus
leading to a risk of hypotension.

Anda mungkin juga menyukai