Anda di halaman 1dari 25

Status Epileptikus

dr. Irma Yanti,SpS


DEFINISI
Epilepsi merupakan manifestasi gangguan otak
dengan berbagai etiologi namun dengan gejala
tunggal yang khas , yaitu serangan berkala
karena lepasnya muatan listrik secara berlebihan

kejang berlangsung 2x atau lebih dalam waktu


lebih dari 24 jam dan tidak ada yang
memprovokasi .
• Bangkitan Epilepsi adalah manifestasi klinis yang
serupa dan berulang secara paroksismal.

• Status Epilepsi adalah bangkitan yang berlangsung


terus menerus atau berulang lebih dari 30 menit
atau adanya dua bangkitan atau lebih dan diantara
bangkitan tersebut tidak ada pemulihan kesadaran .
 
ETIOLOGI
VASKULAR

IDIOPATIK

KELAINAN
METABOLIK

TRAUMA KEPALA

TUMOR

INFEKSI

ELEKTROLIT
IMBALANCE
Klasifikasi SE
• Tonik klonik
• Mioklonik
Konvulsif
• Atonik
• Akinetik

• Parsial
Sederhana
non- • Parsial
konvulsif
Kompleks
• Absens
Klasifikasi
• Tonic-clonic convulsion = grand mal
▫ merupakan bentuk paling banyak terjadi
▫ pasien tiba-tiba jatuh, kejang, nafas terengah-engah,
keluar air liur
▫ bisa terjadi sianosis, ngompol, atau menggigit lidah
▫ terjadi beberapa menit, kemudian diikuti lemah,
kebingungan, sakit kepala atau tidur
• Myoclonic seizure
▫ biasanya tjd pada pagi hari, setelah bangun tidur
▫ pasien mengalami sentakan yang tiba-tiba
▫ jenis yang sama (tapi non-epileptik) bisa terjadi pada
pasien

• Atonic seizure
▫ jarang terjadi
▫ pasien tiba-tiba kehilangan
kekuatan otot  jatuh, tapi bisa
segera recovered
Klasifikasi SE non konvulsif
Abscense attacks = petit mal
▫ jenis yang jarang
▫ umumnya hanya terjadi pada masa anak-anak atau
awal remaja
▫ penderita tiba-tiba melotot, atau matanya berkedip-
kedip, dengan kepala terkulai
▫ kejadiannya cuma beberapa detik, dan bahkan sering
tidak disadari
Kejang parsial terbagi menjadi :

• Simple partial seizures


▫ pasien tidak kehilangan kesadaran
▫ terjadi sentakan-sentakan pada bagian tertentu dari
tubuh
• Complex partial seizures
▫ pasien melakukan gerakan-gerakan tak terkendali:
gerakan mengunyah, meringis, dll tanpa kesadaran

Kejang parsial
PATOFISIOLOGI
Ketidakseimbangan Neurotransmiter

Inhibisi Eksitasi
Patofisiologi
Kejang disebabkan karena ada ketidakseimbangan antara
pengaruh inhibisi dan eksitatori pada otak

Ketidakseimbangan bisa terjadi karena :


• Kurangnya transmisi inhibitori
▫ Contoh: setelah pemberian antagonis GABA, atau selama
penghentian pemberian agonis GABA (alkohol,
benzodiazepin)
• Meningkatnya aksi eksitatori  meningkatnya aksi
glutamat atau aspartat

Kegagalan proses inhibisi merupakan mekanisme utama pada


status epileptikus
Patofisiologi
• GABA  kegagalan inhibisi  kejang menetap
• GCSE
Fase I
Kejang  epinefrin, norepinefrin, steroid

hipertensi, takikardi, aritmia


Fase II (terjadi 60 mnt dlm kejang)
Kejang  hipotensi + aliran darah otak terkompensasi

glukosa /hipertermia, gagal napas, hipoksia


GEJALA KLINIS

FASE TONIK
• Secara tiba-tiba
• diseluruh badan
• Mengerang – pernafasan terganggu – sianosis
• Lidah tergigit
Fase Klonik
• relaksasi otot-otot secara menyeluruh.

Flacid

• Pelan pelan sadar - bingung ( post ictal )


Diagnosis
• Anamnesis
• Pemeriksaan fisik dan Neurologik
• Pemeriksaan Penunjang
- EEG
- Laboratorium ( Hematologi dan kadar OAE)
- CT scan dan MRI
PENGOBATAN
1. Stabilisasi penderita.

2. Menghentikan kejang.

3. Menegakkan diagnosis.
1. Stabilisasi penderita
• Mempertahankan dan memperbaiki fungsi vital
• membersihkan jalan pernafasan, serta memberikan
oksigen.

2. Menghentikan kejang
• Phenobarbital
• Phenitoin
• Carbamazepin
• Valproate
• Clonazepam
• Diazepam

3 . Menegakkan Diagnosa
Penatalaksanaan SE
- Memperbaiki fungsi
Stadium I ( 0-10 menit ) kardio-respirasi
- Memperbaiki jalan nafas

•Pemeriksaan status neurologik


•Pengukuran TTV
•Monitor status metabolik
Stadium II ( 1- 60 menit) •Pemeriksaan EKG
•-Pasang Infus (Nacl 0,9%)
•Periksa Lab
•OAE emergensi (Diazepam 0,2
mg/kg)
•Terapi jika
Hipoglikemia/Alkoholisme
Penatalaksanaan SE
•Menentukan etiologi
•Pemberian phenytoin iv 15-20 mg/kg
dengan kecepatan ≤ 50 mg/mnt.(+
Stadium III ( 0- phenytoin 5-10 mg/kgBB jika masih
60/90 menit) berlanjut) Phenobarbital 20 mg/kgBB
jika masih berlanjut.
• Mulai terapi vasopressor (Dopamin)
bila perlu
•Koreksi komplikasi

• ICU jika kejang tidak teratasi (30-60 menit)


•Profolol (2mg/kgBB ) Bolus IV K/P atau
Stadium IV ( 30- •Midazolam (0,1 mg.kgBB) atau
90 menit) •Tiopentone (100-250 mg IV (slm 20 menit),
dilanjutkan dengan bolus 50 mg 2-3 menit, lanjutkan
12-24 jam setelah bangkitan klinik / EEG terakhir.
•Monitor bangkitan dan EEG
Edukasi pasien

• Jika terjadi kejang yang berlangsung lama pada pasien status


epileptikus, maka pasien harus segera di bawa ke tempat
pelayanan kesehatan terdekat.
• Obat anti epilepsi harus dikonsumsi secara teratur, dan tidak
boleh di hentikan sendiri sebelum dinyatakan berhenti oleh
dokter.
• Pada saat terjadi serangan kejang pada pasien, tidak boleh
memasukkan makanan, minuman ataupun obat ke dalam mulut
penderita.
Prognosa
oPenyakit dasar
oKecepatan penanganan kejang
oKomplikasi
Prognosis
• Bahaya status epileptikus adalah terjadinya
aritmia kordis, kegagalan respirasi, edema paru,
rabdomiolisis dengan mioglobinuri, asidosis
metabolik, dan hiperpireksia. Kematian.

• Aktivitas kejang yang berlangsung > 30 menit


dan usia lanjut  prognosis buruk
Kesimpulan
Status epileptikus tipe grandmal ini merupakan
gawat darurat neurologi. Harus diatasi secepat
mungkin untuk menghindarkan kematian atau
cedera saraf permanen.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai