Anda di halaman 1dari 27

PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA

BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN


DAN KELUARGA BERENCANA
JL. SHIMA No. 1.A Telp. / Fax. (0291) 591157
JEPARA – 59415
UNDANG-UNDANG
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 23 TAHUN 2004
TENTANG
PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM
RUMAH TANGGA
(10 bab 56 pasal )
UNDANG-UNDANG
TENTANG
PENGHAPUSAN
KEKERASAN
DALAM RUMAH
TANGGA
TERDIRI DARI
10 BAB DAN 56
APAKAH ITU
KEKERASAN DALAM RUMAH
TANGGA?
Adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama
perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan serta
penderitaan secara fisik, seksual,psikologis dan/atau
penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk
melakukan perbuatan, pemaksaan atau perampasan
kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup
rumah tangga
Yang Termasuk dlm lingkup rumah tangga :
Suami, istri dan anak
(termasuk anak angkat, anak tiri)

Orang-orang yang mempunyai


hubungan keluarga dengan Orang yang bekerja
orang sebagaimana dimaksud
pada huruf a karena hubungan membantu rumah
darah, perkawinan, persusuan, tangga dan menetap
pengasuhan dan perwalian dalam rumah tangga
yang menetap dalam rumah tersebut.
tangga.
 Perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit
 jatuh sakit
 atau luka berat.
• Perbuatan yang mengakibatkan ketakutan
• hilangnya percaya diri
• hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa
tidak berdaya
• dan atau penderitaan psikis berat pada
seseorang.
Setiap perbuatan yang berupa :
 pemaksaan hubungan seksual
 pemaksaan hubungan seksual

dengan cara tidak wajar dan/atau tidak disukai,


 pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain

untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu.


 Seorang yang menelantarkan orang dalam lingkup rumah
tangganya, padahal menurut hukum yang berlaku baginya
atau karena persetujuan atau perjanjian ia wajib memelihara
kehidupan,perawatan atau pemeliharaan kepada orang
tersebut.
 Selain itu penelantaran juga berlaku bagi setiap orang yang
mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara
membatasi dan/atau melarang untuk bekerja yang layak di
dalam atau diluar rumah sehingga korban berada di bawah
kendali orang tersebut.
FISIK PSIKIS SEKSUAL EKONOMI

 Disundut rokok  Dicaci, dihina  Disodomi  Tidak diberi nafkah


 Diseret  Direndahkan  Dipaksa (ditelantarkan)
 Dijambak martabatnya berhubungan badan  Membuat
 Dipukul  Diremehkan saat sedang haid ketergantungan
 Dipaksa ekonomi dengan
 Dilempar  Dikatakan pelacur
berhubungan badan cara membatasi
 Dicekik  Dikatakan dan/atau melarang
perempuan nakal dengan orang lain
 Disetrum  Diperkosa untuk bekerja yang
 Ditendang
 Dicemburui layak di dalam atau
 Pelecehan seksual di luar rumah
 Dilarang
 Dibacok  Dipaksa
berkomunikasi sehingga korban
 Digigit dengan pihak luar, berhubungan badan berada di bawah
 Digunting salah satu dll dengan gaya yang kendali orang
anggota tubuh tidak diinginkan tersebut
 Digunduli perempuan, dll
 Disiram air keras
 Dibakar, dll
Fisik Psikis Seksual Ekonomi

 Memar  Kelainan  Nyeri /sakit  Tidak punya


 Meninggal /gangguan jiwa pada alat penghasilan
dunia (istilah kelamin sendiri
 Cacat fisik kejiwaan)  Trauma seksual  tergantung
 MenyendiriMen  Rusaknya secara ekonomi
 Luka
yalahkan diri alat /organ
 Gigi ompong sendiri reproduksi
 Kulit gosong  Mimpi buruk  Tidak teraturnya
 Buta (gangguan siklus haid
 Tuli tidur) (menstruasi)
 Dll.  Trauma  Terkena
 Suka marah- Penyakit
marah (sensitif) Menular
 Bunuh diri Seksual (PMS)
 Menganggap dan HIV/AIDS
dirinya kotor
 Dendam
 Paranoid
• Perlindungan dari pihak keluarga, kepolisian, kejaksaan,
pengadilan, advokat, lembaga sosial atau pihak lainnya baik
sementara maupun berdasarkan penetapan perlindungan dan
pengadilan.
• Pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis.
• Penanganan secara khusus berkaitan dengan kerahasiaan korban.
• Pendampingan oleh pekerja sosial dan bantuan hukum pada setiap
proses pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, dan
• Pelayanan bimbingan rohani.
 Merumuskan kebijakan tentang penghapusan
kekerasan dalam rumah tangga.
 Menyelenggarakan : Komunikasi, Informasi dan
edukasi dan pelatihan sensitif gender tentang
kekerasan dalam rumah tangga serta advokasi dan
sosialisasi.
 Menetapkan standar akreditasi pelayanan yang
sensitive gender.
• Mencegah berlangsungnya tindak pidana.
• Memberikan perlindungan kepada korban.
• Memberikan pertolongan darurat
• Membantu proses pengajuan permohonan
penetapan perlindungan.
Namun untuk kejahatan kekerasan psikis dan fisik
ringan serta kekerasan seksual yang terjadi dalam relasi
antar suami-istri, maka yang berlaku adalah delik
aduan, dimana korban sendiri yang melaporkan secara
langsung kepada kepolisian atau memberi kuasa kepada
keluarga atau orang lain untuk melaporkannya.
Dalam hal korban adalah seorang anak, laporan dapat
dilakukan oleh orang tua, wali, pengasuh atau anak
yang bersangkutan.
Sebagai salah satu alat bukti yang sah, keterangan
seorang saksi korban saja sudah cukup untuk
membuktikan bahwa terdakwa bersalah, apabila
disertai dengan satu alat bukti yang sah lainnya
berupa keterangan saksi, keterangan ahli, surat
petunjuk dan keterangan terdakwa.
Apa harapan dalam penegakan Undang-
Undang
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah
Tangga?
HARAPAN PENEGAKAN UU PKDRT
Masyarakat dapat memahami penghormatan hak-hak asasi
manusia.

Ada toleransi yang di dasarkan atas perilaku kesetaraan dan


keadilan gender dalam setiap rumah tangga sehingga
terhindar dari kekerasan dalam rumah tangga.

Penegakan hukum dan aparat terkait dalam penanganan


korban KDRT akan lebih sensitif dan responsive terhadap
penanganan kasus-kasus KDRT.

Anda mungkin juga menyukai