Anda di halaman 1dari 103

DRUG AFFECTED THE BLOOD

By :
Endra Wibisono
Singgih Winoto
Titis Hadiyanti S.
Anemia gizi
 Anemia yang disebabkan oleh defisiensi
nutrien yang merupakan faktor eritropoesis
dalam pembentukan sel darah merah

 Fe, vit.B.12, vit.B6, Vit.C, Cu dan Co, asam


folat dan protein
Definisi Anemia
 Keadaan dimana kadar hemoglobin darah lebih
rendah dari normal

 Penyebab
 Asupan tidak adekuat ( Primer)
 Absorbsi tidak adekuat ( TGI disease )
 Utilisasi tidak adekuat (keganasan, infeksi)
 Kebutuhan yang meningkat (kehamilan)
 Eksresi yang meningkat ( peny.hati)
TIPE ANEMIA GIZI
BERDASARKAN PEMERIKSAAN
HEMATOLOGIK

 Anemia mikrositik hipokromik


disebabkan oleh defisiensi zat besi

 Anemia makrositik hiperkromik atau


megaloblastik anemia
disebabkan oleh defisiensi vitamin
B.12 dan asam folat
CLASSIFICATION OF SOME ANEMIAS

Test B12 Deficiency Folate Deficiency Iron Deficiency Anemia of Chronic Disease
RBC count D D D D
Hemoglobin D D D Slight D
Hematocrit D D D D
MCV I I D N
MCH I I D N
MCHC N N D N
Reticulocyte count N or D N or D N or D N or D
RDW N or I N or I I N
Serum ferritin I I D N or I
TIBC N N N or I N or D
Transferrin N N N or I N or D
Transferrin N N D N or D
saturation (%)
Serum iron N N D D
Serum folate N or I D N N
Red cell folate D D N N
Vitamin B12 D N N N
Red blood cells Normochromic, Normochromic, Hypochromic, Hypochromic, microcytic (both mild)
macrocytic macrocytic microcytic

Other Hypersegmented Hypersegmented Anisocytosis Poikilocytosis (slight), anisocytosis


neutrophils, neutrophils, macro- (moderate)
macro-ovalocytes ovalocytes

I = increased; N = normal; D = decreased; TIBC = total iron-binding capacity


Obat anemia defisiensi besi
Preparat zat besi oral
 Preparat besi berupa : ferrous sulphat, Ferrous

sulphat (sulfas ferosus): preparat pilihan pertama


(murah dan efektif). Ferrous gluconate, ferrous
fumarat, ferrous lactate, dan ferrous succinate,harga
lebih mahal, tetepi efektivitas dan efek samping
hampir sama.
Sulfas ferosus (FeSO4 7 H2O)

 Mengandung 20% Fe
 Indikasi :
 Dosis obat : untuk anemia berat bisanya diberikan 3x 300 mg selama 6
bulan
 Farmakokinetik :
 Absorbsi : mula-mula 45 mg /hari dan setelah Fe terpenuhi akan menurun
menjadi 5-10 mg /hari . terutama melalui duodenum penyerapannya
makin ke distal absorbsinya makin berkurang. Absorbsi Fe meningkat
pada keadaan defisiensi Fe, berkurangnya depot Fe atau meningkatnya
erithropoeisis.
 Distribusi : Fe akan diikat oleh transferin (siderofilin) untuk kemudiaan
diangkut ke berbagai jaringan terutama sum-sum tulang dan depot Fe.
Sel-sel retikulum dapat juga mengangkut Fe.
 Metabolisme : bila tidak digunakan dalam erithropoeisis, Fe
akan disimpan dalam bentuk feritin dalam sel-sel
retikuloendotelial. Bila Fe diberikan IV akan cepat diikat oleh
apoferitin dansisimpan terutama di hati.sedangkan bila
diberikan peroral akan terutama akan disimpan dalam limpa dan
sumsum tulang.
 Ekskresi : ekskresi tiap hari sekitar 0,5-1 mg perhari. Ekskresi
terutama melalui sel epitel kulit dan saluran cerna yang
terkelupas, selain itu melalui keringat, kulit, urin, feses serta
kuku dan rambut yang dipotong. Pada wanita usia subur,
diperkirakan jumlah Fe yang dikeluarkan perhari mencapai 0,5-
1 mg
 Farmakodinamik : besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin
(Hb), sehingga defisiensi Fe akan menyebabkan terbentuknya sel
darah merah yang lebih kecil dengan kandungan Hb yang rendah
dan menimn=bulkan anemia hipokrom mikrositik.
 Efek samping : efek yang paling sering timbul adalah intoleransi
terhadap pemberian peroral yaitu nyeri lambung (7-20%),
konstipasi (10%), diare (5%) dan kolik. Pemberian IM dapat
menyebabkan rekasi lokal pada tempat pemberian suntikan berupa
rasa sakit dan peradangan dengan pembeasaran inguinal.
Peradangan lokal lebih sering terjadi pada pemberian IM
dibandingkan IV. Reaksi yang dapat timbul 10 menit setelah
suntikan adalah sakit kepala, nyeri otot dan sendi, hemolisis,
takikardi, flushing, berkeringat, mua, muntah, bronkospasme,
pusing, hipotensi dan syok sirkulasi. Intoksikasi akut sangat jarang
terjadi, kebanyakn akibat menean terlalu banyak tablet FeSO4 yang
mirip gula-gula pada anak (konsumsi Fe > 1 gr), kelaiann utama
terjadi pada saluran cerna muali dari korosif, iritasi sampai
nekrosis. Gejala yang timbul seringkali berupa mual,muntah, diare,
hematemesis serta feses berwarna hitan akibat dari pendarahan.
 Interaksi obat : absorbsi dapat ditingkatkan oleh
kobal, inosin, etionin, vitamin C, HCL , sukisnat
dan senyawa asam lain. Absorbsi akan menurun
bila terdapat fosfat atau antasida
Fero fumarat
 Fero fumarat
 Berbeda dengan fero sulfat, femo fumarat tidak
mengalami oksidasi pada udara lembab.
 Indikasi :
 Dosis obat : 600-800mg/hari dalam dosis terbagi
 Farmakokinetik : sama dengan sediaan sulfas ferosus
 Farmakodinamik : sama dengan sediaan sulfas ferosus
 Efek samping : sama dengan sediaan sulfas ferosus
 Interaksi : sama dengan sediaan sulfas ferosus
 Preparat zat besi parenteral
 Penggunaan sediaan untuk suntikan IM dan IV
hanya dibenarkan bila pemberian oral tidak
mungkin; misalnya penderita bersifat intoleran
terhadap sediaan oral. Atau pemberian oral tidak
menimbulkan respon terapeutik.
 Iron dextran (imferon) mengandung 50 mg Fe setiap ml (5%
larutan) untuk penggunaan IM atau IV.
 Farmakokinetik :

Absorbsi : Respon terapeutik terhadap suntikan IM ini tidak


lebih cepat daripada pemberian oral
Dosis : Dosis total yang diperlukan dihitung berdasarkan
beratnya anemia, yaitu 250mg Fe untuk setiap gram
kekurangan Hb. Pada hari pertama suntikan 50 mg, dilakukan
dengan 100-250 mg setiap hari atau beberapa hari sekali

 Untuk memperkecil reaksi toksi pada pemberian IV, dosis


permulaan tidak boleh melebihi 25 mg dan diikuti dengan
peningkatan bertahap untuk 2-3 hari sampai tercapai dosis 100
mg/hari. Obat harus diberikan perlahan-lahan yaitu dengan
menyuntikkan 20-50 mg/ menit
Obat-obatan lain untuk anemia def besi

 Riboflavin
 Riboflavin (vitamin B12) dalam bentuk flavin
mononukleotida (FMN) dan flavin adenin dinukleotida (FAD)
berfungsi sebagai koenzim dalam metabolisme flavo-protein
dalam pernapasan sel. Sehubungan dengan anemia, ternyata
riboflavin dapat memperbaiki anemia normokromik-normositik
(pure red cell aplasia). Anemia defisiensi riboflavin banyak
terdapat pada malnutrisi protein kalori, di mana ternyata faktor
defisiensi Fe dan penyakit infeksi memegang peranan pula.
Dosis yang digunakan cukup 10 mg sehari per oral atau IM.
  
 Piridoksin
 Vitamin B6 ini mungkin berfungsi sebagai koenzim yang
merangsang pertumbuhan heme. Defisiensi piridoksin akan
menimbulkan anemia mikrositik hipokromik. Pada
sebagian besar penderita akan terjadi anemia normoblastik
sideroakrestik dengan jumlah Fe non hemoglobin yang
banyak dalam prekursor eritrosit, dan pada beberapa
penderita terdapat anemia megaloblastik. Pada keadaan ini
absorpsi Fe meningkat, Fe binding protein menjadi jenuh
dan terjadi hiperteremia, sedangkan daya regenerasi darah
menurun. Akhirnya akan didapatkan gejala hemosiderosis.
 Kobal
 Defisiensi kobal belum pernah dilaporkan pada manusia.
Kobal dapat meningkatkan jumlah hematokrit,
hemoglobin, dan eritrosit pada beberapa penderita
dengan anemia refakter, seperti yang penderita talasemia,
infeksi kronik atau penyakit ginjal, tetapi mekanisme
yang pasti tidak diketahui. Kobal merangsang
pembentukan aritropoeitin yang berguna untuk
meningkatkan ambilan Fe oleh sumsum tulang, tetapi
ternyata pada penderita anemia refrakter biasanya kadar
eritrosit poietin sudah tinggi. Penyelidikan lain
mendapatkan bahwa kobal menyebabkan hipoksia
intrasel sehingga dapat merangsang pembentukan
eritrosit. Sebaliknya, kobal dosis besar justru menekan
pembentukan eritrosit.
 .
 Kobal sering terdapat dalam campuran sediaan Fe,
karena ternyata kobal dapat meningkatkan absorpsi
Fe melalui usus. Akan tetapi, harus diingat bahwa
kobal dapat menimbulkan efek toksik berupa erupsi
kulit, struma, angina, tinitus, tuli, payah jantung,
sianosis, koma, malaise, anoreksia, mual dan
muntah
Anemia defisiensi vitamin B12
Akibat kekurangan nutrisi
 Defisiensi faktor intrinsik (Gestractomy & Pernicious
Anemia)
 B-12 malabsorption
 Kebutuhan yang meningkat: pregnancy, infant, rapid
cellular proliferation.
 Anemia pernisiosa
 Merupakan anemia akibat defisiensi besi B 12
 Sering terjadi pada wanita
 Penyebab :
 Adanya autoimun yang menyerang sel intrinsik dan sel
parietal, sehingga absorbsinya terganggu

 Terapi
injeksi vitamin B12
 Komplikasi defisiensi B 12
 Bisa timbul sebelum gejala anemia terjadi
 Bisa menyebabkan kerusakan saraf irreversibel
yang sering terjadi pada medula spinalis.
Terapi anemia defisiensi Vit B12
 Vitamin B12 tablet dan injeksi
 Indikasi : Vitamin B12 diindikasi untuk penderita
defisiensi vitamin B12 misalnya anemia pernisiosa.
 Dosis : Walaupun diagnosis pasti belum
ditegakkan, sebaiknya langsung disuntikkan
100mcg sianokobalamin dan asam folat 1-5 mg
secara IM. Selanjutnya 100 mcg sianokobalamin
IM dan 1-2 mg asam folat per oral diberikan
selama 1-2 minggu.
 Farmakokinetik :
Absorbsi : vitamin B12 diabsorbsi baik pada IM dan SK,
Absorpsi peroral berlangsung lambat di ileum; kadar
puncak dicapai 8-12 jam setelah pemberian 3 mcg
Distribusi : Setelah diabsorpsi, hampir semua vitamin
B12 dalam darah terikat dengan protein plasma.
Sebagian besar terikat pada beta-globulin
(transkobalamin II), sisanya terikat pada alfa-
glikoprotein (transkobalamin I) dan inter-alfa-
glikoprotein (transkobalamin III). Vitamin B12 yang
terikat pada transkobalamin II akan diangkut ke
berbagai jaringan, terutama hati merupakan gudang
utama penyimpan vitamin B12 (50-90%)
 Metabolisme : . Di dalam hati kedua kobalamin tersebut
akan diubah menjadi koenzim B12
 Ekskresi : . Pengurangan jumlah kobalamin dalam tubuh
disebabkan oleh ekskresi melalui saluran empedu;
sebanyak 3-7 mcg sehari harus direabsorpsi dengan
perantara FIC. Ekskresi bersama urin hanya terjadi pada
bentuk yang tidak terikat protein. Delapan puluh sampai
95% vitamin B12 akan diretensi dalam tubuh bila
diberikan dalam dosis sampai 50 mcg; dengan dosis yang
lebih besar, jumlah yang diekskresi akan lebih banyak.
 Sediaan :
1. Larutan sianokobalamin yang berkeuatan 10-1000
mcg/ml
2. Larutan ekstrak hati dalam air
3. Suntikan depot vitamin B12
Anemia defisiensi asam folat
 Anemia akibat defisiensi B9 (asam folat)
 Kekurangan ini menyebabkan anemia megaloblastik namun
tidak diasosisikan dengan kerusakan saraf.
 Peyebab
 Defisiensi dalam diet
 Alcoholism
 Kurangnya nafsu makan
 peningkatan jumlah kebutuhan seperti pada defiensi besi
 Malabsorbsi pada duodenum
 Pada pemberian obat-obatan yang mengganggu matabolisme asam
folat
 Folic acid Antagonists (Methotrexate)
 Trimethoprim (Antimicrobial agent)
 Defisiensi mengakibatkan neural tube defect pada kehamilan
Asam folat
 Farmakokinetik :
Absorbsi : absorbsi baik pada pemberian oral,
terutama pada 1/3 bagian
Distribusi : Ada tidaknya transport protein belum
dapat dipastikan, tetapi yang jelas 2/3 dari asam
folat yang terdapat dalam plasma darah terikat pada
protein yang tidak difiltrasi di ginjal atau di tempat
lain
 Metabolisme : dimetabolisme baik di hati
 Ekskresi : . Pada orang dengan diet normal, jumlah
yang diekskresi hanya sedikit sekali, dan akan
meningkat bisa diberikan folat dalam jumlah besar.
 Sediaan : Folat tersedia sebagai asam folat dalam
bentuk tablet 0,1;0,4;4;5;10 atau 20 mg dan dalam
larutan injeksi asam folat 5 mg/ml. selain itu, asam
folat terdapat dalam berbagai sediaan multivitamin
atau digabung dengan antianemia lainnya. Asam
folat injeksi biasanya hanya digunakan sebagai
antidotum pada intosikasi antifolat (antikanker).
 Efek samping : Efek toksik pada pengguna folat
untuk manusia hingga sekarang belum pernah
dilaporkan terjadi. Dosis 15 mg pada manusia
masih belum menimbulka efek toksik.
 Interaksi obat : Ada laporan yang menyatakan
bahwa asam folat dapat menurunkan efek
antiepilepsi fenobarbital, fenitoin, dan primidon
sehingga meningkatkan frekuensi serangan, tetapi
pernyataan ini disangkal oleh peneliti lain.
DRUGS AFFECTING THE
BLOOD
Antikoagulan
 Antikoagulan mencegah pembekuan darah
dengan jalan menghambat pembentukan atau
menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan
darah
 Antikoagulan diperlukan utk mencegah terbentuk
dan meluasnya thrombus dan emboli, mencegah
bekunya darah in vitro pada pemeriksaan
laboratorium atau transfusi
 Antikoagulan dapat dibagi menjadi 3 kelompok :
1. Heparin
2. Antikoagulan oral, terdiri dari derivate 4-
hidroksikumari n misalnya : dikumarol, warfarin,
dan derivatderivat indan-1,3-dion, misalnya :
anisindion
3. Antikoagulan yang bekerja dengan mengikat ion
kalsium, salah satu faktor pembekuan darah
Heparin
Farmakokinetik
 Absorpsi tidak diabsorpsi scr oral, diberikan

secara SK atau IV. Pemberian secara SK


bioavaibilitasnya bervariasi, mula kerjanya
lambat 1-2 jam tetapi masa kerjanya lebih lama.
 Distribusi Ikatan dgn protein sangat tinggi.

Heparin tidak melalui plasenta dan tidak


terdapat dalam air susu ibu.
 Metabolisme Heparin cepat dimetabolisme

terutama di hati. Masa paruhnya tergantung dari


dosis yang digunakan, suntikan IV 100, 400,
atau 800 unit/kgBB memperlihatkan masa
paruh masing-masing kira-kira 1, 2 ½ dan 5
jam.
 Eksresi Heparin diekskresi dalam bentuk

utuh melalui urin


 Mekanisme Kerja : Meningkatkan efek antitrombin
III dan menginaktivasi trombin (demikian juga
dengan faktor koagulan IX, X, XI, XII dan plasmin)
dan mencegah konversi fibrinogen menjadi fibrin

 Indikasi
1. sindrom koroner akut, misalnya, NSTEMI
2. Atrial fibrilasi
3. Deep-trombosis vena dan emboli paru
4. Cardiopulmonary bypass untuk operasi jantung.
5. ECMO rangkaian untuk mendukung kehidupan
extracorporeal
Mekanisme kerja Heparin
 Kontraindikasi : Hipersensitifitas terhadap heparin
atau komponen lain dalam sediaan. Semua gangguan
perdarahan atau risiko perdarahan : gangguan
koagulasi, hemofilia, trombositopenia, penyakit hati
berat
 Dosis : Untuk terapi tromboembolism vena melalui
i.v : 5000 - 10000 unit diikuti dengan infus i.v
kontinyu, 1000-2000 unit/jam atau injeksi sub kutan
15000 unit setiap 12 jam.  Untuk profilaksis
tromboembolism vena post operasi 5000 unit,
diberikan secara sub kutan, 2 jam sebelum operasi,
kemudian setiap 8-12 jam selama 7 hari sampai pasien
keluar RS
 Efek Samping : Efek samping serius dari heparin
adalah heparin-induced trombositopenia (HIT)
Komplikasi lainnya adalah hiperkalemia5 hingga
10% dari pasien yang menerima heparin, alopecia dan
osteoporosis dengan penggunaan kronis
 Interaksi
Dengan Obat Lain :  Risiko pendarahan
ditingkatkan dgn antikoagulan oral (warfarin),
trombolitik, dekstran dan obat yang mempengaruhi
fungsi platelet (misalnya aspirin, obat antiinflamasi
non steroid, dipiridamo, tiklopidin, klopidogrel,
antagonis IIb/IIIa, Nitrogliserin iv mungkin
menurunkan efek antikoagulan heparin
Dengan Makanan : Hindari cat's claw, dong quai,
teh hijau, bawang putih,ginkgo karena akan
menambah aktivitas antiplatelet
 Bentuk Sediaan
Injeksi IV, Jelly (Sediaan Kombinasi untuk
Pengobatan Topikal)
WARFARIN
 anti koagulan oral yang mempengaruhi sintesa vitamin K-yang
berperan dalam pembekuan darah- sehingga terjadi deplesi faktor II,
VII, IX dan X
Farmakokinetik :
 Mula kerja biasanya sudah terdeteksi di plasma dalam 1 jam setelah
pemberian.
 Kadar puncak dalam plasma: 2-8 jam.
 Waktu paruh : 20-60 jam; rata-rata 40 jam.
 Bioavailabilitas: hampir sempurna baik secara oral, 1M atau IV.
 Metabolisme: ditransformasi menjadi metabolit inaktif di hati dan
ginjal.
 Ekskresi: melalui urine clan feses
 99% terikat pada protein plasma terutama albumin.
 Absorbsinya berkurang hila ada makanan di saluran cerna
Indikasi :
 Untuk profilaksis dan pengobatan komplikasi

tromboembolik , serta sebagai profilaksis


terjadinya emboli sistemik setelah infark miokard
(FDA approved).
 Profilaksis TIA atau stroke berulang yang tidak

jelas berasal dari problem jantung


Kontraindikasi
 Semua keadaan di mana resiko terjadinya perdarahan lebih besar dari

keuntungan yang diperoleh dari efek anti koagulannya, termasuk pada


kehamilan, kecenderungan perdarahan atau blood dyscrasias.
 
Interaksi obat
 Warfarin berinteraksi dengan sangat banyak obat lain seperti

asetaminofen, beta bloker, kortikosteroid, siklofosfamid, eritromisin,


gemfibrozil, hidantoin, glukagon, kuinolon, sulfonamid,
kloramfenikol, simetidin, metronidazol, omeprazol, aminoglikosida,
tetrasiklin, sefalosporin, anti inflamasi non steroid, penisilin, salisilat,
asam askorbat, barbiturat, karbamazepin
 Efek samping
Perdarahan dari jaringan atau organ, nekrosis kulit
dan jaringan lain, alopesia, urtikaria, dermatitis,
demam, mual, diare, kram perut, hipersensitivitas
dan priapismus
 Dosis :
Dosis inisial dimulai ,dengan 2-5 mg/hari dan dosis
pemeliharaan 2-10 mg/hari. Obat diminum pada
waktu yang sama setiap hari. Dianjurkan diminum
sebelum tidur agar dapat dimonitor efek puncaknya
di pagi hari esoknya
ANTI PLATELET
 Anti platelet adalah
obat-obat yg
menurunkan agregasi
platelet dan
menghambat
pembentukan thrombus
di sirkulasi arteri
dimana antikoagulan
mempunyai efek yang
sedikit
ASPIRIN
Mekanisme Kerja
inhibisi pembentukan
tromboxan-A2 (TxA2) dari
asam arachidonat yang.
Asetosal mengasetilasi secara
irreversible dan dengan
demikian menginaktivasi
enzim cyclo-oxygenase, yang
umumnya mengubat
arachidonat menjadi
endoperoksida. TxA2 memiliki
khasiat kuat menggumpalkan
trombosit dan vasokontriksi
Farmakokinetik :
 Mula kerja : 20 menit -2 jam.

 Kadar puncak dalam plasma: kadar salisilat dalam plasma tidak

berbanding lurus dengan besamya dosis.


 Waktu paruh : as asetil salisilat 15-20 menit

 Bioavailabilitas : tergantung pada dosis, bentuk, waktu pengosongan

lambung, pH lambung, obat antasida dan ukuran partikelnya.


 Metabolisme : sebagian dihidrolisa menjadi as salisilat selama absorbsi

dan didistribusikan ke seluruh jaringan dan cairan tubuh dengan kadar


tertinggi pada plasma, hati, korteks ginjal , jantung dan paru-paru.
 Ekskresi : dieliminasi oleh ginjal dalam bentuk asam salisilat dan

oksidasi serta konyugasi metabolitnya


lndikasi :
 Menurunkan resiko TIA atau stroke berulang pada

penderita yang pernah menderita iskemi otak yang


diakibatkan embolus.
 Menurunkan resiko menderita stroke pada

penderita resiko tinggi seperti pada penderita


tibrilasi atrium non valvular yang tidak bisa
diberikan anti koagulan
 Kontra indikasi .
Hipersensitif terhadap salisilat, asma bronkial, hay
fever, polip hidung, anemi berat, riwayat gangguan
pembekuan darah.

 lnteraksi obat:
obat anti koagulan, heparin, insulin, natrium
bikarbonat, alkohol clan, angiotensin -converting
enzymes
Dosis :
 FDA merekomendasikan dosis: oral 1300 mg/hari dibagi 2

atau 4 kali pemberian. Sebagai anti trombosit dosis 325


mg/hari cukup efektif dan efek sampingnya lebih sedikit.
 Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf merekomendasikan dosis

80-320 mg/hari untuk pencegahan sekunder stroke iskemik

Efek Samping
 Efek sampingnya yang sering terjadi adalah sifat

merangsangnya terhadap mukosa lambung dengan resiko


perdarahan, yang berkaitan dengan penghambatan
prostacycline (PgI2) yang dibentuk oleh dinding pembuluh.
PgI2 ini mencegah sintese TxA2 dan bersifat menghambat kuat
agregasi trombosit
CLOPIDOGREL
 Bertindak secara
ireversibel
memodifikasi reseptor
ADP platelet. Oleh
karena itu, agregasi
trombosit dihambat
Indikasi
 Mengurangi kejadian atherosclerotic (myocardial

infarction, stroke, kematian pembuluh darah) pada


pasien dengan atherosclerosis
Kontra-indikasi
 Hipersensitivitas terhadap clopidogrel atau

komponen lain dari formulasinya; perdarahan


patologis aktif seperti PUD atau hemoragi
intrakranial; gangguan koagulasi; active peptic ulcer
(tukak lambung aktif)
Dosis :
Oral, dewasa: myocardial infarction (MI) yg belum lama
berselang terjadi, stroke yang belum lama berselang
terjadi, atau penyakit arterial peripheral yang sudah
terbukti: satu kali sehari satu tablet 75 mg.
Sindrom coronary akut: initial: loading dose 300 mg; diikuti
dengan satu kali sehari satu tablet 75 mg (dikombinasikan
dengan aspirin 75-325 mg satu kali sehari satu tablet).
Pencegahan penutupan coronary artery bypass graft
(saphenous vein): pasien dengan alergi terhadap aspirin:
dosis loading: 300 mg 6 jam ; dosis maintenance: 50-100
mg/hari
 Efek samping: Perdarahan gastrointestinal (saluran
pencernaan), purpura, bruising, haematoma,
epistaxis, haematuria, ocular haemorrhage,
perdarahan intracranial, nyeri abdominal (perut),
gastritis, konstipasi, rash, dan pruritus (gatal)
TIKLOPIDIN
 inhibitor agregasi platelet yg bekerja menghalangi
ikatan antara platelet dengan fibrinogen yang
diinduksi oleh ADP (Adenosin Di Pospat) secara
irreversibel, serta menghalangi interaksi antara
platelet yang mengikutinya penghambatan pada
agregasi platelet dan pelepasan isi granul platelet
Farmakokinetik :
 Mula kerja : diabsorbsi cepat.

 Kadar puncak dalam plasma: 2 jam.

 Waktu paruh : 4-5 hari.

 Bioavailabilitas : > 80%.

 Metabolisme : terutama di hati .

 Ekskresi : 60% melalui urine daD 23% melalui feses

 Bioavailabilitas oral meningkat 20% hila diminum setelah makan ;

pemberian bersama makan dianjurkan untuk meningkatkan toleransi


gastrointestinal.
 98% terikat secara reversibel dengan protein plasma terutama albumin

dan lipoprotein
Indikasi :
 Mengurangi resiko stroke trombotik pada penderita yang

pemah mengalami prekursor stroke atau pemah mengalami


stroke merupakan pilihan bila terjadi intoleransi terhadap
aspirin.

Kontraindikasi :
 Hipersensitivitas terhadap Tiklopidin, kelainan darah

(misalnya netropeni, trombositopeni), gangguan pembekuan


darah, perdarahan patologis aktif (misalnya perdarahan
lambung, perdarahan intrakranial), gangguan fungsi hati berat
Interaksi obat
 aspirin, antasida, simetidin, digoksin, teofilin, fenobarbital, fenitoin,

propanolol, heparin, antikoagulan oral, obat tibrinolitik.

Efek samping :
 Paling sering : diare, mual, dispepsia, rash, nyeri gastrointestinal,

netropeni, purpura, pruritus, dizziness, anoreksia, gangguan fungsi


hati.
 Kadang-kadang ecchymosis, epistaksis, hematuria, perdarahan

konjunktiva, perdarahan gastrointestinal, perdarahan perioperatif,


perdarahan intraserebral, urtikaria, sakit kepala, asthenia, nyeri,
tinnitus
Dosis :
 Dewasa dan orang tua : 2 x 250 mg/hari diminum

bersama makanan. Tidak dianjurkan untuk usia di


bawah 18 tahun.
 Dosis yang direkomendasikan Perdossi adalah 250-

500 mg/hari pada penderita yang tidak tahan


dengan aspirin
CILOSTAZOL
 inhibitor selektif jenis 3-fosfodiesterase (PDE3) dengan fokus
pada peningkatan terapeutik cAMP  menghasilkan
peningkatan dalam bentuk aktif PKA, yang secara langsung
berkaitan dengan hambatan dalam agregasi platelet
Farmakokinetik
 Absorpsi : diabsorpsi di GIT

 Distribusi : secara luas dengan berikatan pada protein 95-98%.


 Metabolisme: dimetabolisme di hati

 Ekskresi : Terutama di urin, dan sedikit melalui feses. Waktu

paruh : 11-13 jam


Indikasi
 Penggunaan Klinis Cilostazol ini telah disetujui

untuk pengobatan klaudikasio intermiten


Efek samping dari penggunaan cilostazol termasuk
sakit kepala (yang paling umum), diare, tinja yang
tidak normal, peningkatan denyut jantung, dan
jantung berdebar-debar
 Interaksi Cilostazol dimetabolisme oleh CYP3A4
dan CYP2C19, dua isoenzymes dari sistem
sitokrom P450. Obat yang menghambat CYP3A4,
seperti itrakonazol, erythromycin, ketoconazole,
dan diltiazem, dikenal untuk berinteraksi dengan
cilostazol. Penghambat pompa proton omeprazol,
inhibitor ampuh CYP2C19, meningkatkan eksposur
ke metabolit aktif dari cilostazol
ABCIXIMAB
 Mekanisme kerjanya adalah dengan menghambat
glikoprotein Ib/IIIa. Abciximab juga terikat dengan
reseptor vitronectin yang ditemukan pada platelet
dan endotelial dinding pembuluh darah serta sel
otot polos
 Abciximab diindikasikan sebagai terapi tambahan
pada PCI untuk mencegah komplikasi iskemik
jantung, pasien angina tak stabil yang tidak
berespon dengan terapi medis konvensional
 Dosis yang direkomendasikan untuk dewasa adalah
0,25 mg/kg bolus intravena diberikan 10-60 menit
sebelum memulai PCI, diikuti dengan infusi
intravena berkelanjutan 0,125 µg/kg/menit
(maksimal10 µg/menit) untuk 12 jam
 Efek samping yang mungkin timbul pada
penggunaan obat ini adalah sakit kepala, hipotensi,
bradikardia, mual, muntah, nyeri abdomen, nyeri
punggung, nyeri dada, sakit kepala, dan edema
perifer.
EPTIFIBATIDE
 antiplatelet yang secara selektif menghambat
reseptor GP IIb/IIIa
 Farmakokinetik eptifibatide adalah linear dan
sebanding dengan dosis untuk bolus 90 -250 µg/kg
dan kecepatan infusi 0,5 - 3,0 µg/kg/menit. Waktu
paruh eliminasi plasma adalah sekitar 2,5 jam.
Pemberian bolus tunggal 180 µg/kg dikombinasi
dengan suatu infusi menghasilkan level puncak lebih
awal, diikuti dengan penurunan kecil sebelum
mencapai steady state (dalam 4-6 jam)
 Eptifibatide tidak boleh diberikan pada pasien
dengan riwayat perdarahan diathesis. Pasien
hipertensi parah (tekanan darah sistol >200 mm Hg
atau tekanan darah diastol >110 mm Hg) yang tidak
terkontrol secara adekuat
DIPIRIDAMOL
 inhibisi aktivitas adenosine deaminase dan fosfodiesterase
sehingga cAMP (dengan daya menghambat agregasi) tidak
diubah dan kadarnya dalam trombosit meningkat

Farmakokinetik
 Absorpsi : secara lambat dan bervariasi diabsorpsi di GIT.

 Distribusi : Secara luas dengan Bioavaibilitas 30-65%, diikat


pada plasma protein 90-99%
 Metabolisme: Diubah didalam hati menjadi glukoronida, dengan

plasma t ½ nya 10-15 jam


 Eksresi : Melalui sekeresi empedu dan melalui tinja
Dosis. 300 – 600 mg sehari dalam dosis terbagi
sebelum makan.
Efek samping, seperti sakit kepala, gangguan
lambung-usus, debar jantung dan pusing
Interaksi Obat
 Adenosine : Meningkatkan konsentrasi adenosine
sehingga mempengaruhi efek farmakologinya.
 Β-blockers : Bradikardia
 Indikasi. Pencegahan terjadinya penyumbatan di
daerah arteri dapat digunakan obat-obat anti
platelet sebagai terapi obat dan trombolitik
 Kontraindikasi. Tidak boleh diberikan pada pasien
yang mengalami perdarahan, hipertensi tak
terkendali atau hemoragic stroke, atau operasi
Pembentukan Trombus
Trombolitik
 Terapi trombolitik dimulai tahun 1933 kultur
saring kaldu strain Streptococcus (streptokokus
beta- hemolitikus) dapat melarutkan bekuan fibrin
 Tahun 1958, streptokinase pertama kali digunakan
pada pasien dengan IMA
 Trombolitik melarutkan thrombus yang sudah
terbentuk
 Obar-obat trombolitik/fibrinolitik ialah
streptokinase, urokinase, aktivator plasminogen, rt-
PA Kelompok obat ini sangat mahal.
 Fibrinolytics (aktivator plasminogen)
 Agen fibrin-spesifik seperti alteplase, reteplase, dan
tenecteplasekonversi plasminogen terbatas tanpa
adanya fibrin
 Agen non-fibrin-spesifik seperti streptokinase
mengkatalisis fibrinolisis sistemik
Indikasi
 Pemberian sistemik
 infark miokard akut
 stroke iskemik akut
 kasus emboli paru masif akut
 Trombi perifer arteri dan trombus vena dalam
Mekanisme kerja
Monitoring terapi
 Heparin harus dihentikan
 pemeriksaan lab
 TT
 PT
 aPTT,
 Hematokrit
 kadar fibrinogen dan
 hitung trombosit
Efek samping
 perdarahan
 Bradikardia dan aritmia
 pruritus, urtikaria, flushing, kadang-kadang
angioedema, bronkospasme. Reaksi alergi lambat
seperti demam, athralgia
STREPTOKINASE
 mengaktivasi plasminogen (tidak langsung)
bergabung dengan plasminogen kompleks
aktivator plasmin
 pasien Ab streptokinase (+)dosis muat. (1 juta
IU)  efektif ?
 Farmakokinetik
t1/2 bifasik. Fase cepat 11-13 menit dan fase lambat
23 menit.
Dosis
 IV: dosis dewasa untuk IMA dosis total 1,5 juta IU
secara infus selama 1 jam.
 Untuk trombosis vena akut, emboli paru, trombosis
arteri akut atau emboli dapat diberikan dosis muat
250.000 IU secara infus selama 30 menit diikuti
dengan 100.000 IU/jam
 24 jam pada pasien emboli paru
 24-72 jam pada pasien trombosis arteri atau emboli
 72 jam pada pasien trombosis vena dalam.
UROKINASE
 Diisolasi dari urine manusia
 Langsung mengaktifkan plasminogen
 klirens yang cepat oleh hati. T 1/2 = 20 menit. Sejumlah kecil
obat diekskresikan dalam empedu dan urin.
 I : Tromboemboli pada arteri dan vena
 tidak bekerja spesifik terhadap fibrin lisis sistemik
(fibrigenolisis dan destruksi faktor pembekuan darah lainnya)
 Perhatian:Sebaiknya tidak diberikan kepada pasien emboli
paru > 50 tahun, pasien dengan RPD kardiopulmonal atau
gangguan hemostasis berat.
 IO: urokinase bersama heparin menyebabkan insiden
perdarahan yang lebih besar (45%) dibandingkan dengan
heparin saja (27%).
 dosis muat 1.000-4.500 IU/KgBB secara IV dilanjutkan
dengan infus IV 4.400 IU/KgBB/jam.
Asam aminokaproat
 Penawar spesifik untuk keracunan urokinase.
 Dosis biasa dimulai dengan 5 g (oral atau IV), diikuti
dengan 1,25 g tiap jam sampai perdarahan teratasi.
Dosis tidak boleh melebihi 30 g dalam 24 jam.
 Penyuntikan IV cepat dapat menyebabkan hipotensi,
bradikardia, dan aritmia.
 Selengkapnya dibahas di bagian hemostatik
t-PA
 konversi plasminogen plasmin dan melarutkan bekuan darah
 Agen fibrin-spesifik aktivator plasminogen tehnik rekayasa DNA
 Alteplase (tanpa modifikasi) stroke iskemik akut, IMA, dan emboli paru
 Reteplase (beberapa as.amino dihilangkan) bekerja lebih cepat dan memiliki
risiko pendarahan lebih rendah, tidak antigenik
 Tenecteplase  IMA
 Agen non-fibrin-spesifik seperti streptokinase mengkatalisis fibrinolisis
sistemik
 Masa paruh 5-10 menit, metabolisme di hati
 Alteplase  IV 60 mg selama jam pertama dan selanjutnya 40 mg
diberikan dengan kecepatan20 mg/jam.
 reteplase 2 x 10 unit diberikan sebagai suntikan bolus IV dengan interval
pemberian 30 menit.
 Efek samping diantaranya perdarahan.
HEMOSTATIK
 Zat atau obat yang digunakan untuk menghentikan perdarahan
yang luas
 Perdarahan keciltindakan fisik seperti penekanan,
pendinginan, atau kauterisasi seringkali dapat menghentikan
perdarahan dengan cepat
 Defisiensi satu faktor pembekuan darah yang bersifat
herediter faktor VIII, IX, dan dapat pula akibat defisiensi
banyak faktor
 Mekanisme:
 Vasokontriksi - pembuluh darah rusak menyempit .
 Pembentukan platelet plug oleh trombosit dan kemudian
degranulate (hemostasis primer).
 Darah koagulasi  Gumpalan bentuk konversi fibrinogen
menjadi fibrin, dan penambahan terhadap platelet plug
(hemostasis sekunder)
Hemostatik lokal
 Hemostatik serap
 Astrigen
 Koagulan
 Aktivator protrombin
 Trombin
 Vasokonstriktor
Hemostatik serap
 memberikan jala serat-serat pembekuan bila
diletakkan langsung pada permukaan yang berdarah
 kontak pada permukaan asing, trombosit akan pecah
dan membebaskan faktor yang memulai proses
pembekuan darah
 mengatasi perdarahan dari kapiler, dan tidak efektif
untuk menghentikan perdarahan arteri atau vena yang
tekanan intravaskulernya cukup besar
 spons gelatin, oksisel (selulosa oksida) dan busa
fibrin insani (human fibrin foam).
 sebagai penutup luka yang akhirnya akan
diabsorpsi sampai 6 jam .
 Selulosa oksida dapat mempengaruhi regenerasi
tulang dan pembentukan kista bila digunakan
jangka panjang pada patah tulang, menghambat
epitelisasi, tidak dianjurkan untuk digunakan dalam
jangka panjang.
Astrigen
 bekerja lokal dengan mengendapkan protein darah
sehingga perdarahan dapat dihentikan
 feri klorida, nitras argenti, asam tanat
 menghentikan perdarahan kapiler, tetapi kurang
efektif bila dibandingkan dengan vasokonstriktor
ynag digunakan lokal
Koagulan
 Menimbulkan hemostasis dengan 2 cara,
 mempercepat perubahan protrombin menjadi trombin
 secara langsung menggumpalkan fibrinogen.
Aktivator protrombin
 Ekstrak yang dapat dibuat antara lain dari jaringan
otak yang diolah secara kering dengan asetat.
 Beberapa racun ular (Russell’s viper venom)
memiliki pula aktivitas tromboplastin yang dapat
menimbulkan pembekuan darah.
 I : alveolus gigi yang berdarah pada pasien hemofilia;
untuk tujuan ini kapas dibasahi dengan larutan segar
0,1 % dan ditekankan kedalam alveolus sehabis
ekstraksi gigi.
Trombin
 Zat ini tersedia dalam bentuk bubuk atau larutan
untuk penggunaan lokal.
 Sediaan ini tidak boleh disuntikkan IV, sebab
segera menimbulkan pembekuan dengan bahaya
emboli.
Vasokonstriktor
 Epinefrin dan norepinefrin
 untuk menghentikan perdarahan kapiler suatu permukaan.
 Cara penggunaannya ialah dengan mengoleskan kapas yang
telah dibasahi dengan larutan 1:1.000 tersebut pada
permukaan yang berdarah.
 Vasopresin
 mengatasi perdarahan pasca bedah persalinan, tetapi
banyak efek samping dan telah ditinggalkan
penggunaannya.
 disuntikkan langsung kedalam korpus uteri untuk
mencegah perdarahan yang berlebihan selama operasi
korektif ginekologik.
Hemostatik Sistemik
 Transfusi
 Faktor Antihemofilik (Faktor VIII) dan
Cryoprecipitated Antihemophilic Factor
 Kompleks Faktor IX
 Desmopresin
 Fibrinogen
 Vitamin K
 Asam Aminokaproat
 Asam traneksamat
Transfusi

 perdarahan dapat dihentikan dengan segera


 mendapatkan semua faktor pembekuan darah
 perbaikan volume sirkulasi
 mengganti/memberikan faktor pembekuan yang
kurang
Faktor VIII dan Cryoprecipitated
Antihemophilic Factor
 mencegah atau mengatasi perdarahan pada pasien hemofilia A
dan penyakit von Willebrand
 Efek Samping
 reaksi hipersensitifitas lebih besar
 hepatitis virus, anemia hemolitik, hiperfibrinogenemia, menggigil, dan
demam
 Dosis tunggal 15-20 unit/KgBB. Untuk perdarahan ringan
pada otot dan jaringan lunak, diberikan dosis tunggal 10
unit/KgBB. Pada pasien hemofilia sebelum operasi diperlukan
kadar antihemofilik sekurang-kurangnya 50% dari normal,
dan pasca bedah diperlukan kadar 20-25% dari normal untuk
7-10 hari
Kompleks Faktor IX
 mengandung faktor II, VII, IX, dan X, serta sejumlah kecil
proetin plasma lain
 digunakan untuk pengobatan hemofilia B
 ES : hepatitis, preparat ini sebaiknya tidak diberikan pada
pasien nonhemofilia. trombosis, demam, menggigil, sakit
kepala, flushing, dan syok anafilaksis.
 Perlu dilakukan pemeriksaan pembekuan sebelum dan selama
pengobatan sebagai petunjuk untuk menentukan dosis. 1
unit/KgBB meningkatkan aktivitas faktor IX sebanyak 1,5%.
Selama fase penyembuhan setelah operasi diperlukan kadar
faktor IX 25-30% dari normal.
Desmopresin
 vasopresin sintetik yang dapat meningkatkan kadar faktor
VIII dan vWf untuk sementara
 terjadi pada 1-2 jam dan menetap sampai dengan 6 jam.
Pemberian lebih sering dari tiap 2 atau 3 hari dapat
menurunkan respons terapeutik
 I :hemostatik jangka pendek pada pasien dengan defisiensi
faktor VIII yang ringan sampai sedang dan pada pasien
penyakit vWf tipe 1.
 ES:sakit kepala, mual, flushing, sakit dan pembengkakan pada
tempat suntikan. Juga dilaporkan terjadinya peningkatan
tekanan darah yang ringan dan harus hati-hati penggunaannya
pada pasien hipertensi dan penyakit arteri koronaria
 Digunakan IV dengan dosis 0,3 µg secara infus dalam waktu
15-30 menit.
Fibrinogen
 Sediaan ini hanya digunakan bila dapat ditentukan
kadar fibrinogen dalam darah pasien, dan daya
pembekuan yang sebenarnya.
 Fibrinogen mungkin diberikan pada pasien sebagai
plasma, Cryoprecipitate faktor VIII, atau konsentrat
faktor VIII (lyophilized).
Vitamin K
 Sebagai hemostatik, vitamin K memerlukan waktu
untuk dapat menimbulkan efek, sebab vitamin K
harus merangsang pembentukan faktor-faktor
pembekuan darah lebih dahulu.
Asam Aminokaproat
 penghambat bersaing dari aktivator plasminogen dan
penghambat plasmin (menghancurkan fibrinogen, fibrin, dan
faktor pembekuan darah lain)
 dapat membantu mengatasi perdarahan berat akibat
fibrinolisis (TT dan PT yang memanjang, hipofibrinogenemia
atau kadar plasminogen yang menurun) yang berlebihan.
 mengatasi hematuria yang berasal dari kandung kemih,
prostat, atau urethra.
 antidotum aktivator plasminogen.
 KI : DIC  pembentukan thrombus
Farmakokinetik
 diabsorpsi secara baik per oral dan juga dapat
diberikan IV.
 Obat ini diekskresi dengan cepat melalui urin,
sebagian besar dalam bentuk asal.
 Kadar puncak setelah pemberian per oral dicapai
kurang lebih 2 jam setelah dosis tunggal.
ESO
 pruritus, eritema, ruam kulit, hipotensi, dispepsia,
mual, diare, hambatan ejakulasi, eritema konjunctiva,
dan hidung tersumbat.
 Efek samping yang paling berbahaya ialah trombosis
umum, karena itu pasien yang mendapat obat ini
harus diperiksa mekanisme hemostatiknya
 sebaiknya tidak digunakan selama kehamilan
trimester I dan II, kecuali bila memang benar-benar
diperlukan
Dosis
 dengan 5-6 g per oral atau infus IV secara lambat,
lalu 1g tiap jam atau 6 g tiap 6 jam bila fungsi
ginjal normal.
 Pada pasien penyakit ginjal atau oliguri diperlukan
dosis lebih kecil. Anak-anak, 100 mg/KgBB tiap 6
jam untuk 6 hari.
 Bila digunakan IV, asam aminokaproat harus
dilarutkan dengan larutan NaCl, D5% atau larutan
Ringer
Asam traneksamat
 analog asam aminokaproat
 mempunyai indikasi dan mekanisme kerja yang
sama, tetapi 10 kali lebih potent dengan efek
samping yang lebih ringan.
 cepat diabsorpsi dari saluran cerna. Sampai 40%
dari satu dosis oral dan 90% dari satu dosis IV
 diekskresi melalui urine dalam 24 jan. Obat ini
dapat melalui sawar plasenta.
Mekanisme
Dosis
 Dosis yang dianjurkan 0,5-1 g, diberikan 2-3 kali
sehari secara IV lambat sekurang-kurangnya dalam
waktu 5 menit.
 Cara pemberian lain per oral, dosis 15 mg/KgBB
diikuti dengan 30 mg/KgBB tiap 6 jam.
 Pada pasien gagal ginjal dosis dikurangi.

Anda mungkin juga menyukai