Anda di halaman 1dari 17

Benign Prostatic Hyperplasia

Anatomi
• Bentuk : konus (kerucut)
terbalik (seperti kemiri)
• Berat : 20 gram, dengan jarak
basis ke apex kurang lebih 3
cm, lebar yang paling jauh 4
cm dengan tebal 2,5 cm.
• Anterior digantung oleh
ligamentum pubo-prostatika
yang melekatkan posterior
prostat terdapat vesikula
seminalis, vas deferen, fasia
denonvilliers dan rectum
Prostat diperdarahi oleh :
Cabang dari A.Iliaca Internal
• Arteri vesika inferior
• Arteri pudendalis interna
• Arteri hemoroidalis medialis
Drainase vena : Plexus prostatica 
Vena Iliaca Interna
Inervasi Saraf : Prostat menerima
inervasi simpatis, parasimpatis dan
sensorik dari plexus hipogastrika
inferior
Definisi
• Kelenjar prostat adalah salah satu organ
genitalia pria yang terletak di sebelah inferior
bulibuli dan membungkus uretra posterior.
• Bila mengalami pembesaran, organ ini
membuat uretra pars prostatika tercepit dan
menyebabkan terhambatnya aliran urine
keluar dari buli-buli
Epidemiologi
• Pada usia lanjut beberapa pria mengalami
pembesaran prostat benigna.
• Keadaan ini dialami oleh 50% pria yang
berusia 60 tahun dan kurang lebih 80% pria
yang berusia 80 tahun.
Etiologi
• beberapa hipotesis menyebutkan bahwa
hyperplasia prostate rat kaitannya dengan
peningkatan kadar dihidrotestosteron (DHT) dan
proses aging (penuaan).
• adanya ketidakseimbangan antara estrogen-
testosteron
• interaksi antara sel stroma dan sel epitel prostat
• berkurangnya kematian sel (apoptosis)
• teori stem sel.
Klasifikasi
Berdasarkan skor IPSS
• Ringan: pasien dengan skor 0-7, gejala tidak
mengganggu, dapat ditatalaksana secara
konservatif
• Sedang: pasien dengan skor 8-19, ditatalaksana
medikamentosa atau terapi invasif
• Berat: pasien dengan skor 20-35, ditatalaksana
medikamentosa atau terapi invasif
Patofisiologi
Gejala Klinis
• Keluhan BPH seringkali berupa lower urinary
tract symptoms (LUTS), yang terdiri atas :
1. gejala obstruksi meliputi pancaran kemih
lemah dan terputus (intermitensi), merasa
tidak puas sehabis berkemih.
2. gejala iritasi meliputi frekuensi berkemih
meningkat, urgensi, nokturia.
3. gejala pasca berkemih berupa urin menetes
(dribbling), dan retensi urin
Penegakan Diagnosis
A. Anamnesis
• Keluhan yang dirasakan dan berapa lama
keluhan telah mengganggu
• Riwayat penyakit lain pada penyakit urogenital
• Riwayat kesehatan secara umum dan keadaan
fungsi seksual
• Riwayat konsumsi obat yang dapat
menimbulkan keluhan berkemih
Skor IPSS (International Prostate Symptom Score)
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan colok dubur mengevaluasi :
1. Tonus spingter ani
2. Reflek bulbo cavernosus
3. Mukosa rektum
4. Keadaan prostat, harus diperhatikan : nodul, krepitasi,
konsistensi, semiteri antara lobus kanan dan kiri, batas prostat
BPH: Konsistensi kenyal seperti raba ujung hidung, lobus kanan
dan kiri simetris, tidak ada nodul
Karsinoma: Konsistensi keras, teraba nodul, mungkin lobus
kanan dan kiri asimetris
Colok dubur (Digital rectal examination)
I : Penonjolan prostat, batas atas mudah diraba
II : Penonjolan prostat jelas, batas atas dapat dicapai
III : Batas atas prostat tidak dapat diraba
Clinical grading (sisa volume urin)
I : Sisa urin <50 ml
II : Sisa urin 50-100 ml
III : Sisa urin > 100 ml
IV : Retensi total
. Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan Urinalisis: menentukana adanya leukosituria dan hematuri. Bila curiga ISK lakukan kultur
urin
• Pemeriksaan fungsi ginjal
• Pemeriksaan PSA (Prostate Specific Antigen)
• Pemeriksaan Uroflometri: pemeriksaan pancaran urin selama proses berkemih
• Residu urin atau post voiding residual urine (PVR) adalah sisa urin dikandung kemih setelah berkemih
• Pencitraan: USG, retrosistoskopi, pemeriksaan urodinamik
Tatalaksana
Dilihat dari I-PSS
1. Skor < 7 : tidak mengganggu aktivitas sehari-hari
 edukasi gaya hidup sehat

2. Skor 8-19
Medikamentosa Penghambat reseptor adrenergik-α1 (α1 adrenergic blocker)
3. Skor < 20-35 : Operasi.
Transuretral Resection of the Prostate (TURP)
 Transurethral Incision of the Prostate (TUIP)
 Prostatektomi terbuka
 Laser prostatektomi
Diagnosa Banding
Pada pasien dengan keluhan obstruksi saluran
kemih di antaranya:
1. Struktur uretra
2. Kontraktur leher vesika
3. Batu buli-buli kecil
4. Kanker prostat
5. Kelemahan detrusor, misalnya pada penderita asma
kronik yang menggunakan obat-obat
parasimpatolitik.
Komplikasi Prognosis
1. Retensi urin
2. Infeksi saluran kemih
3. Involusi kontraksi kandung kemih
4. Refluk kandung kemih
5. Hidroureter dan hidronefrosis dapat terjadi karena produksi urin terus berlanjut maka pada suatu saat
buli-buli tidak mampu lagi menampung urin yang akan mengakibatkan tekanan intravesika meningkat.
6. Gagal ginjal bisa dipercepat jika terjadi infeksi
7. Hematuri, terjadi karena selalu terdapat sisa urin, sehingga dapat terbentuk batu endapan dalam buli-
buli, batu ini akan menambah keluhan iritasi. Batu tersebut dapat pula menibulkan sistitis, dan bila
terjadi refluks dapat mengakibatkan pielonefritis.
8. Hernia atau hemoroid lama-kelamaan dapat terjadi dikarenakan pada waktu miksi pasien harus
mengedan.

Prognosis tergantung dari kecepatan dan ketepatan menindaklanjuti kasus tersebut, bila penatalaksanaan
tepat dan cepat maka kemungkinan prognosisnya baik akan tetapi jika penatalaksanaannya kurang tepat
dan terlambat maka kemungkinan prognosisnya buruk dan dapat menimbulkan komplikasi lain.

Anda mungkin juga menyukai