Anda di halaman 1dari 37

INFEKSI KULIT DAN LESI BENIGN

KULIT

Putra Haqiqie A.Lubis

Mentor : dr. Ali Sundoro SpBP-RE (K)


PENDAHULUAN

• SSTI  merupakan infeksi bakteri yang umum terjadi, tingkat keparahan dan
keterlibatan bergantung dari jenis bakteri yang menginfeksi dan lapisan kulit
yang terkena.
• Klasifikasi berdasarkan Infectious Disease Society of America (IDSA)

Acute Bacterial Skin-Structure Infection:


Infeksi pada kulit dengan luas lesi >75cm
yang dihitung berdasarkan area eritema,
edema, indurasi
DIAGNOSIS DAN ETIOLOGI

• Keperluan uji mikrobiologi bergantung pada tingkat keparahan, kondisi klinis dan
kondisi yang mendasarinya
• Tidak semua kondisi perlu dilakukan uji mikrobiologi, umumnya kondisi SSTI yang
terdapat eksudat dan abses sebaiknya diambil specimen dan dikirim ke mikrobiologi
untuk informasi lebih lanjut mengenai etiologi
• PCR memiliki tingkat sensitivitas yang lebih rendah namun dapat bermanfaat untuk
diagnosis penyebab S.aureus yang berguna untuk pemilihan rejimen antibiotik
• Radiologi dapat membantu diagnosis SSTI  adanya gas pada pemeriksaan radiologi
jaringan dapat mengindikasikan infeksi nekrotik
DIAGNOSIS DAN ETIOLOGI

• CT Scan dapat membantu untuk melihat proses perluasan infeksi, dapat juga
memandu aspirasi cairan dan menemukan keberadaan benda asing bahkan
melihat partikel udara kecil pada jaringan.
• MRI berguna untuk membedakan selulitis yang terbentuk akibat pus dan abses.
Memiliki akurasi tinggi dibanding CT scan dalam deteksi nekrosis, inflamasi,
edema dan keterlibatan otot pada SSTI.
NON NECROTIZING INFECTION
IMPETIGO

• Merupakan infeksi bakteri pada lapisan superfisial epidermis yang sangat


menular
• Umumnya mnengenai anak-anak (merupakan SSTI tersering pada anak)
• Faktor predisposisi  daerah tropis-subtropis, lingkungan padat, hygiene
buruk
• Etiologi tersering  Grup A beta-hemoliytic str.eptococcus, S.Aureus
• Terdapat 2 bentuk impetigo bullosa dan non bullosa
TATALAKSANA IMPETIGO

• Penentuan oral maupun topikal antibiotik berdasarkan jumlah lesi, lokasi,


tingkat keparahan penyakit
• Topikal  Topikal mupirocin 2x sehari
• Oral 
• Golongam Penicillin selama 7 hari
• MRSA  Doxycicline, clindamycine, sulphametoxazole-trimethoprim
IMPETIGO NON-BULLOSA

• Merupakan jenis terbanyak (70% kasus)


• Lesi vesikel berdinding tipis yang mudah pecah,
membentuk krusta kekuningan seperti madu
• Predileksi wajah (nares,perioral), ekstrimitas
• Dapat disebabkan oleh GABS, S.aureus
IMPETIGO BULLOSA

• Lesi terbentuk bulla kendur, rapuh, berisi cairan


purulent yang meninggalkan krusta kecoklatan dan
skuama kolaret apabila rupture
• Predileksi badan, aksila, intertrigo
• Disebabkan oleh Grup II S.aureus yang dapat
memproduksi ekstraselular eksofoliatif eksotosin
ERYSIPELAS

• Merupalamn edema superfisial berwarna merah


cerah pada kulit yang terasa nyeri, terdapat indurasi
dengan batas yang jelas dan progresifitas cepat
• Disebabkan oleh Streptococcus, namun kebanyakan
lesi pada wajah disebabkan oleh GABS
ABSES, FURUNKEL, DAN KARBUNKEL

• Abses kondisi apabila terdapat pus pada dermis dan jaringan kiulit yang lebih dalam
• Disebabkan oleh infeksi bakteri flora normal pada kulit yang terlibat
• Di USA penyebab tersering Methicillin Resistant S.aureus (MRSA)
• Furunkel, infeksi pada folikel rambut yang dapat membentuk abses pada jaringan
subkutis
• Karbunkel, kumpulan furunkel yang dapat meluas hingga jaringan subkutan lemak
• Furunkel & karbunkel predileksi di kulit berambut dimana saja
(leher,wajah,bokong) sering pada pasien DM
ABSES, FURUNKEL, DAN KARBUNKEL

• Infeksi primer yang disebabkan oleh MRSA saat ini menjadi fokus utama
klinisi
• Faktor predisposisi  tinggal pada area padat, sering kontak antar individu,
aktivitas yang mengganggu permukaan kulit, bertukar benda yang
terkontaminasi luka, hygiene buruk
TATALAKSANA FURUNKEL &
KARBUNKEL

• Furunkel berukuran kecil dapat diberi kompres hangat untuk memberikan drainase
• Furunkel, karbunkel dan abses berukuran besar membutuhkan tindakan insisi
drainase
• Pemberian antimicrobial anti-staphylococcus pada tata laksana furunkel dan
karbunkel masih belum jelas.
• Furunkel rekuren dapat dicegah dengan penggunaan sabun yang mengandung
chlorhexidine gluconate dengan isopropyl alcohol
• Clindamycin 150mg/hari dapat digunakan untuk infeksi rekuren staphylococcus
TATALAKSANA ABSES

• Secara umum terapi antibiotik oral tidak diindikasikan pada abses local dengan
diameter <5cm
• Pertimbangan pemberian antibiotik terhadap S. aureus merupakan sebagai
tambahan apabila terdapat temperature >38 atau <36, takipnea >24x/m,
takikardia >90x/m atau Leukosit >12.000 atau <400
• Beberapa antibiotik oral yang dapat digunakan
• TMP-SMX, klindamisin, tetrasiklin (doksisiklin, minosiklin), fluoroquinolone.
CELLULITIS

• Merupakan infeksi akut pada kulit yang meluas hingga ke


jaringan subkutan
• Ceullitis yang disebabkan oleh GABS dan S. aureus lesi
umumnya lebih lokalisata, sedangkan streptococcus lebih
difus
SURGICAL SITE INFECTION (SSI)

• SSI diklasifikasikan menjadi 2:


• Superficial incisional SSI  keterlibatan kulit dan subkutan
• Deep incisional SSI  keterlibatan jaringan yang leibh dalam
• Faktor resiko SSI  multiple surgical procedure, DM
• S.Aureus merupakan penyebab utama, dapat berasal eksogen maupun normal flora pasien
• Sganga dkk. mengidentifikasi faktor risiko MRSA:
• Rawat inap jangka waktu lama (>16 hari)
• Pasien COPD, pembedahan torax
• Penggunaan antibiotik betalactam dalam jangka waktu lama (>30 hari)
• Usia >75 tahun
• Prosedur implantasi prothesis
NECROTIZING INFECTION
PYOMYOSITIS

• Merupakan infeksi pada otot yang disebabkan penyebaran hematogen dari


infeksi primernya. Sering menyebabkan abses
• Pemeriksaan kultur pada otot merupakan baku emas diagnosis. MRI juga
sensitive untuk mendeteksi kondisi subklinis pada pyomositis
• Penyebab tersering S.aureus yang memproduksi enterotoxin Panton-valentine
leucocidin, beberapa penyebab lain diantaramya streptococcus, bakteri gram
negative, mycobacterium TB, dan bakteri anaerob (clostridium, bacteroides
fragilis, fusobacterium)
NECROTIZING FASCIITIS

• Merupakan beberapa penyakit yang memiliki patofisiologi dan gambaran klinis


necrotizing fasciitis.
• Saat ini kebanyakan peneliti menggabungkan necrotizing infection pada
jaringan subkutan dan otot menjadi necrotizing soft-tissue infection (NSTI)
• Necrotizing fasciitis merupakan penyakit infeksi yang jarang, parah, dapat
berakibat fatal (skrotum, perineum, dinding abdomen, ekstrimitas), progress
yang cepat dapat menyebabkan syok sepsis dengan mortalitas tinggi
• Dibagi menjadi 3 tipe berdasarkan penyebab
• Tipe 1: S.aureus (termasuk MRSA dan GABHS)
• Tipe 2: Bacteroides, Clostridium, Pseudomonas, Klebsiella P, B. Fragilis
• Tipe 3: Vibrio vulnificus, Aeromonas hydrophila
NECROTIZING FASCIITIS

• Diagnosis berdasarkan laboratory-based scoring system


(LRINEC score system)
CLOSTRIDIAL MYONECROSIS (GAS
GANGRENE)

• Infeksi jaringan lunak yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh spesies
clostridium (C.perfringen, C.novyi, C.bifermentans, C.histolyticum)
• Pasien mengeluhkan nyeri pada area trauma atau luka pembedahan dengan
progresivitas yang cepat, bertambah berat dan meluas
• Kulit menjadi edema dan kencang, berwarna pucat-magenta, dapat disertai
bulla kendur, ulkus berbau
FOURNIER’S GANGRENE

• Merupakan infeksi polimikrobial pada daerah perianal, genital yang


dikarakteristikan adanya inflamasi dari arteri subkutan  gangrene pada jaringan
subkutan dan kulit
• Faktor predisposisi: penyakit vascular, hipertensi, gangguan ginjal, trauma, DM,
alcoholism, malnutrisi, merokok, obesitas, imunokompromais, drug abuse,
keganasan, obesitas, hygiene buruk.
• Pada 95% kasus terdapat port of entry berupa trauma local pada saluran kemih,
dan penyakit anorectal
• Lesi awal beripa selulitis indolen pada area port d’entry secara cepat menjadi
bengkak, nyeri, disertai demam dan sepsis
• Untuk mengukur tingkat keparahan digunakan Fournier’s gangrene severity index (FGSI) Mikro organisme
komensal seperti
• Enterobakteri, Bacteroides, Staphylococcus spp, dan Streptococcus spp merupakan penyebab tersering
BENIGN LESION

• Pigmentes lesions
• Nevus/ melanocytic nevus
• Present after birth and consist concentration of nevus cel. Location at junctional (epidermal-dermal
junction, intradermal or both in dermis and junction)
• Predispotition, palms and soles tend to uniform, macular, and regular border.
• Ingradermal nevi, found on face, homogeneous, elevated, dome shaped, skin colored lesion
• Compound, can be natural pigmented
• Congenital melanocytic nevus
• Present at birth, singular and small. Size small, intermediate, giant (>20 cm). Giant have potential
to be melanoma. Characterized dar, and have thick hair.
• Blue nevus
• Appear bluish, nevus cell in dermis. Solitary, nodular lesion with smooth surface tend to blue or
blue-grey.
• Halo nevus
• When melanocytic nevus sourroude by hypopigmented halo. Occur on torso. Usually multiple.
• Spitz nevus
• Acquired, in children and young adults. Firm, domed shaped, reddis or dark brown
nodule. Frequently on head and neck. Treatment is surgical excision (complete with
clear margin), histopatology same feature with melanoma malignant
• Nevus of Ota
• Hamartomatous melanocytic lesion occur on face, ophthalmic and maxilly, divison of the
trigeminal nerve. Common in women. Treatment, laser therapy using q0switched
• Atypical mole-dysplastic nevi
• Melanocytic nevi tht have clinical feature of melanoma, asymmetry, border irregularity,
color variability, and diameter greater than 6mm. Recommend excisional biopsy.
• Solar lentigo
• Occur on sun-exposed area, face, arms and dorsum of hands. Size from 0.2 to 2 cm.
Recommend to biopsy.
• Ephelides
• Small, less than 3 mm, red or light brown macules on sun exposed area. No increase in
number melanocytes, but increase melanin in the skin.
EPIDERMAL LESSION

• Seborhoic Keratosis
• Keratoacanthoma
• Verrucous Nevus
• Skin Tags
PREMALIGNANT LESIONS

• Actinic keratosis
• Leukoplakia
• Cutaneous Horn
• Bowen’s disease
HAIR FOLLICLE TUMORS

• Tricofolliculoma
• Pilomaticoma
• Trichoepitheliomas
• Hamartoma of hair follicle found in center of the face. Small, skin colore or slightly
pink, distributed symmetrically on cheeks, eyelids and nasolabial region
ECCRINE TUMOR

• Syringoma
• Benign tumor usually present as firm, skin colored to yellowish
dermal papule on lower eyelid, on female. Curetagge and laser
• Eccrine poroma
• Solitary, firm, skin colored erythematous papule on sole or palm
in adults
• Cylindroma
• Solitary or multiple. Found on scalp as numerous small papule or
large nodule. Excision, electrosurgery and carbon dioxide laser
• Clear cell hidradenoma
• Eccrine sweat gland tumor. Solitary nodule. Firm nodule 0.2 to 5
vm. Surgical exicion
APOCRINE TUMORS

• Apocrine cystadenoma
• Solitary nodular lesion on face tend to skin colore to bluish, surgical
excision
• Chondroid syringoma
• Intradermal nodule ussualy found on head and neck, composed by sweat
gland and cartilaginous element
• Syringocystadenoma papilliferum
• Present at birth, scalp and neck, present as multiple translucent or
pigmented plaque or papule
SEBACEOUS TUMORS

• Sebaceous nevus
• Tumor of childhood. Solitary, oval to linear, yellowish, present on scalp. Surgical
excision recommender before adloesence because potential development to BCC
• Sebaceous epithelioma
• Look like BCC, tend to more yellowish. Scalp and face. Excision, radiation, carbon
dioxide laser.
• Sebaceous hyperplasia
• Commonly on forehead, cheeks, lower eyelid or nose. Dome shaped, sometimes
umbilicated.
• Rhinophyma
• Enlargement of nose, in men. Highly potential to be BCC. Excision, and reconstruction
with forehead flap
CYSTS

• Epidermal cyst
• Milium
• Pilar cys
SMOOTH MUSCLE TUMOR AND
MESENCHYMAL TUMOR

• Leiomyoma
• Solitary, firm, round, flesh colored. Commonly in limbs. Surgical excision
• Pyogenic granuloma
FIBROUS TUMORS

• Dermatofibroma
• Myofibroblast proliferation, fim, skin color or redis. Can found on extremities and
trunk.
• Treatment options include surgical excision
for cosmetic reasons only, cryotherapy, or 600-nm pulsed dye
laser

Anda mungkin juga menyukai