Asuhan Keperawatan DHF: Kelompok 3
Asuhan Keperawatan DHF: Kelompok 3
KELOMPOK 3
KONSEP DHF
PENGERTIAN DHF
Kebocoran plasma
•
Kebocoran plasma
hipovolemia
trombosipenia
gangguan pertukaran gas
perdarahan
7-11 165
12-18 132
> 18 88
Tabel 2
10 100 per kg BB
10-20 1000+50 x Kg
> 20 1500+20 x Kg
3. Penatalaksanaan DBD derajat III dan IV
• Penggantian secara cepat plasma yang hilang
digunakan larutan garam isotonic (ringer lakatat, 5%
dekstrose dalam larutan ringer laktat atau 5% dekstrose
dalam larutan ringer asetat dan larutan normal garam
faali) dengan jumlah 10-20 ml/kg/1 jam.
• Pada kasus yang sangat berat (derajat IV) dapat
diberikan bolus 10 ml/kg (1 atau 2x). Jika syok
berlangsung terus dengan hematokrit yang tinggi,
larutan koloidal (dekstran dengan berat molekul 40.000
di dalam larutan normal garam fal atau plasma) dapat
diberikan dengan jumlah 10-20 ml/kg/jam.
4. Koreksi elektrolit dan kelaianan metabolik
Pada kasus yang berat hiponatremia dan asidosis metabolik sering
dijumpai, oleh karena itu kadar elektrolit dan gas dalam darah
sebaiknya ditemtukan secara teratur terutama pada kasus dengan
renjatan yang berulang. Kadar kalium dalam serum kasus yang
berat biasanya rendah terutama kasus yang memperoleh plasma
dan darah yang cukup banyak. Kadang-kadang terjadi hipoglikemi.
5. Obat penenang
Pada beberapa kasus, obat penenang memang dibutuhkan
terutama pada kasus yang sangat gelisah. Obat yang hepatoksik
sebaikbnya dihindarkan, chloral hidrat oral atau rektal dianjurkan
dengan dosis 12,5 – 50 mg/kg (tetapi jangan lebih 1 jam) digunakan
sebagai satu macam obat hipnotik.
6. Terapi oksigen
Semua penderita dengan renjatan ( syok ) sebaiknya diberikan
oksigen.
7. Transfusi darah
Penderita yang menunjukkan gejala untuk mengganti volume masa
sel darah merah agar menjadi normal.
8. Kelainan Ginjal
• Dalam keadaan syok, harus yakin benar bahwa penggantian volume
intravaskuler telah benar-benar terpenuhi dengan baik. Apabila
diuresis belum mencukupi 2 ml/Kg BB/ jam sedangkan cairan yang
diberikan sudah sesuai kebutuhan, maka selanjutnya furasemid 1 mg/
kg BB daapt diberikan. Pemantaun tetap dilakukan untuk jumlah
diuresis, kadar ureum dan kreatinin. Tetapi bila diuresis tetap belum
mencukupi pada umumnya syok juga belum dapat dikoreksi dengan
baik maka pemasangan central venous pressure (CVP) perlu
dilakukan untuk pedoman pemberian cairan selanjutnya.
9. Monitoring
Tanda vital dan hematokrit harus dimonitor dan dievaluasi secara
teratur.
Kriteria memulangkan pasien
Pasien dapat dipulangkan apabila :
• Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik
• Nafsu makan membaik
• Tampak perbaikan secara klinis
• Hematokrit stabil
• Tiga hari setelah syok teratasi
• Jumlah trombosit > 50.000/ mm3
• Tidak dijumpai distress pernapasan ( disebabkan
oleh efusi pleura atau asidosis).
ASUHAN KEPERAWATAN DHF
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
DHF merupakan penyakit daerah tropis yang sering
menyebabkan kematian anak, remaja dan dewasa
(Effendy, 1995).
2. Keluhan Utama
Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu
hati, mual dan nafsu makan menurun.
3. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala,
nyeri otot, pegal seluruh tubuh, sakit pada waktu
menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu makan
menurun.
4. Riwayat penyakit terdahulu
Tidak ada penyakit yang diderita secara specific.
5. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota
keluarga yang lain sangat menentukan, karena
penyakit DHF adalah penyakit yang bisa
ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aigepty.
6. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak
genangan air bersih seperti kaleng bekas, ban
bekas, tempat air minum burung yang jarang
diganti airnya, bak mandi jarang dibersihkan.
7. Riwayat Tumbuh Kembang
8. Pengkajian Per Sistem
1. Sistem Pernapasan yaitu Sesak, perdarahan melalui
hidung, pernapasan dangkal, epistaksis, pergerakan dada
simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi,
krakles.
2. Sistem Persyarafan yaitu Pada grade III pasien gelisah
dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV
dapat trjadi DSS
3. Sistem Cardiovaskuler yaitu Pada grde I dapat terjadi
hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositipeni,
pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi
cepat, lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung
dan jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan
darah tak dapat diukur.
4. Sistem Pencernaan yaitu Selaput mukosa kering,
kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik,
pembesarn limpa, pembesaran hati, abdomen teregang,
penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat
menelan, dapat hematemesis, melena.
5. Sistem perkemihan yaitu Produksi urine menurun,
kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan
nyeri sat kencing, kencing berwarna merah.
6. Sistem Integumen. Yaitu Terjadi peningkatan suhu
tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif pada uji
tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi
perdarahan spontan pada kulit.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko defisit cairan b.d pindahnya cairan intravaskuler
ke ekstravaskuler.
2. Hipertermie b.d proses infeksi virus dengue.
3. Resiko syok hypovolemik b.d perdarahan yang
berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler.
4. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi yang tidak
adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
5. Resiko terjadi perdarahan b.d penurunan factor-faktor
pembekuan darah (trombositopeni).
6. Kecemasan orang tua b.d kondisi anak.
C. Intervensi Keperawatan
1. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan
pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
• Tujuan : Tidak terjadi defisit voume cairan
• Kriteria : Input dan output seimbang, Vital sign dalam
batas normal, Tidak ada tanda presyok, Akral hangat,
Capilarry refill <>
• Intervensi :
• 1. Awasi vital sign tiap 3 jam/sesuai indikasi
• Rasional : Vital sign membantu mengidentifikasi fluktuasi
cairan intravaskuler
• 2. Observasi capillary Refill
• Rasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer
3. Observasi intake dan output. Catat warna urine /
konsentrasi, BJ
Rasional : Penurunan haluaran urine pekat
dengan peningkatan BJ diduga dehidrasi.
4. Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari
( sesuai toleransi )
Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan cairan
tubuh peroral
5. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena
Rasional : Dapat meningkatkan jumlah cairan
tubuh, untuk mencegah terjadinya hipovolemic
syok.