Anda di halaman 1dari 26

ANALISIS SUMBERDAYA ALAM DAN

LINGKUNGAN

Program Studi Perencanaan wilayah dan Kota


Universitas Islam Riau, Pekanbaru
Indonesia

Dr. Apriyan Dinata


DR. APRIYAN DINATA
Urban and Regional Planning
PhD (UTM, Malaysia), MSc (UK Malaysia), S1(Universitas
Riau)

Lecturer

Fakultas Teknik
Universitas Islam Riau
Jl. Kaharuddin Nasution 113, Perhentian Marpoyan
28284 Pekanbaru, Propinsi Riau
Indonesia
Telp. (0761)674635, 674636, Fax. (0761)674834
Mobile 081371603890
Email: apriyandinata@gmail.com
• Biaya sosial dan
permasalahan
pengelolaan lingkungan
Pendahuluan

• Dalam kuliah terdahulu telah diterangkan


tentang definisi eksternalitas dan jenis-jenis
eksternalitias.
• Eksternalitas terjadi bila suatu kegiatan
menimbulkan manfaat dan atau biaya bagi
kegiatan atau pihak di luar pelaksana
kegiatan tersebut, tanpa ada pembayaran
sama sekali.
 Biaya eksternalitas ditambah dengan biaya
privat disebut biaya sosial.

 Pembicaraan berkenaan biaya sosial


ini sebenarnya berkaitan dengan
masalah pencemaran lingkungan dan
dapat menimbulkan kerusakan
lingkungan yang dapat berfungsi
sebagai biaya pembangunan ekonomi
• Yang menjadi masalah siapa yang akan
menanggung biaya sosial tersebut?

• Apakah akan ditanggung oleh pihak


yang menyebabkannya, atau pihak yang
dirugikan atau pemerintah?
• Contoh sebuah pabrik yang menimbulkan
asap yang mengotori dan menganggu
lingkungan hidup di sekitar pabrik.

• Yang membayar biaya sosial semestinya


adalah pabrik tersebut, atau membayar pajak
sebesar kerugian yang ditimbulkannya atau
pabrik tersebut dipindahkan keluar
pemukiman

• Dikenal dengan istilah polluter pays principle


• Contoh lain: peternak sapi versus petani
sayur-mayur, pabrik kelapa sawit
versus nelayan dan masyarakt di pinggir
sungai

• Namun masalahnya, ada pihak yang


merasa dirugikan, dan pihak lain
diuntungkan. Dan bagaimana supaya
kerugian tersebut tidak semakin
serius?
• Jadi di samping setiap kegiatan itu
memiliki biaya yang sungguh-sungguh
harus dibayar sendiri (internal cost),
ternyata mereka juga menciptakan biaya
yang harus dipikul orang lain (external
cost).

• Oleh karena itu, biaya lingkungan itu


adalah nyata (real) dan harus
diperhitungkan dalam kegiatan
pembangunan.
A.Sistem Harga dengan Kewajiban
Membayar Kerusakan
B.Sistem Penentuan Harga dengan Tanpa
Kewajiban Membayar
Kerusakan/Kerugian
C.Campur Tangan Pemerintah
D.Pembatasan Secara Sah Terhadap
Hak Penguasaan (Property Rights)
 
A.Sistem Harga dengan Kewajiban Membayar
Kerusakan

 Apabila terdapat perusahaan yang menimbulkan


kerusakan/kerugian bagi orang lain diwajibkan
melakukan pembayaran untuk kerugian yang
ditimbulkannya dan sistem harga akan bekerja
secara sempurna.
Contoh: perusahaan peternakan dan
perkebunan sayur-mayur yang terletak
berdampingan, dimana ternak yang
dipelihara (sapi, kambing) merusak
tanaman sayur-mayur milik petani
tetangganya.

Diasumsikan bahwa tidak ada pagar


pembatas antara keduanya, sehingga
meningkatnya jumlah ternak akan
meningkatkan kerusakan tanaman.
Apakah peternak akan menambah jumlah
ternaknya bila ia diwajibkan membayar
biaya kerusakan sayur-mayur?
B.Sistem Penentuan Harga dengan
Tanpa Kewajiban Membayar
Kerusakan/Kerugian

 Sekarang kita ambil kasus walaupun


penentuan harga berjalan mulus, tetapi
tidak ada kewajiban perusahan yang
menimbulkan kerusakan untuk melakukan
pembayaran
 Sebagai akibatnya alokasi sumber daya
juga tidak berubah tetapi tetap seperti
kalau ada kewajiban perusahaan penimbul
kerugian membayar kerugian tersebut.
• Seperti contoh antara peternak dan petani
di atas, dimana petani sayur akan
menderita rugi yang semakin besar
dengan semakin banyaknya jumlah sapi
yang dipelihara.
• Dalam hal ini petani dapat menekan
peternak untuk tidak memperbanyak
ternaknya, agar kerugiannya dapat
berkurang.
• Petani tidak akan bersedia membayar
untuk menghindari kerusakan tanaman
apabila peternak tidak mau melakukan
pembayaran.

• Sebagai misal, jumlah pembayaran tidak


akan lebih dari Rp. 5 juta, yaitu biaya
pendirian pagar. Petani akan bersedia
membayar sejumlah itu (Rp. 5 juta),
apabila hal tersebut dapat
mempertahnakan penerimaannya lebih
besar dari Rp. 5 juta.
• Dengan kata lain dapat pula dianggap
bahwa peternak akan menambah jumlah
ternaknya apabila petani setuju untuk
melakukan pembayaran mendirikan pagar,
karena dengan hal tersebut akan dapat
menerima penghasilan lebih banyak.
• Dapat disimpulkan bahwa tanpa adanya
penegasan hak dan kewajiban tidak akan
ada transaksi psar untuk mengalihkan
pembayaran ataupun untuk
mengkompromikannya.
C. Campur Tangan Pemerintah

Pemerintah dapat mengenakan peraturan


yang melarang orang untuk melakukan
sesuatu dan tidak melakukan sesuatu
serta hal apa yang harus dipatuhi.
• Contoh; pemerintah dapat mengatasi
masalah gangguan asap suatu pabrik
dengan membuat peraturan yang
membatasi cara-cara produksi tertentu,
atau perusahaan penghasil polusi harus
memasang alat yang dapat mengurangi
asap pabrik, atau pemerintah dapat pula
membatasi aktivitas pabrik itu dalam suatu
daerah tertentu atau zona tertentu.
D.Pembatasan Secara Sah Terhadap
Hak Penguasaan (Property Rights)

• Dalam hal ini, pemerintah membatasi hak-


hak seseorang yang juga merupakan hasil
keputusan undang-undang.
• Dalam hal ini bidang hukum dan peradilan
mempengaruhi kegiatan ekonomi.
• Oleh karena itu, aktivitas kehakiman harus
mempertimbangkan dampak ekonomi dari
keputusan yang diambilnya.

• Dalam prakteknya memang keputusan


pengadilan telah mempertimbangkan aspek
ekonomi sebagai dasar keputusan yang mereka
buat.
• Jadi masalah yang kita hadapi dalam
kaitannya dengan tindakan-tindakan yang
memiliki dampak yang merugikan
bukannya hanya bagaimana membatasi
tindakan mereka yang menimbulkan
kerugian tersebut.
• Apa yang harus dipertimbangkan adalah
apakah manfaat dari pencegahan
timbulnya kerugian itu lebih besar daripada
kerugian akibat pencegahan tindakan yang
menimbulkan kerugian tersebut.
Terima kasih
Sukran
Sie sie
Thank you

Anda mungkin juga menyukai