Anda di halaman 1dari 30

MP3EI

DAN
KETAHANAN PANGAN

Kelompok Koridor Bali-Nusa Tenggara


1. Kartika Ayu Setya Kapralina
2. Nia Sugiarti
Apa itu MP3EI?

Masterplan Percepatan dan Perluasan


Pembangunan Ekonomi Indonesia
(MP3EI)
Merupakan rencana besar berjangka
waktu panjang bagi pembangunan
Indonesia. Peraturan Presiden No. 32
Tahun 2011 tentang Masterplan
Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia
2011 – 2025. Kebijakan ini ditetapkan
oleh Presiden SBY pada tanggal 30
Mei 2014 lalu kemudian diundangkan
pada tanggal 3 Juni 2014.
Tujuan MP3EI
meningkatkan kegiatan ekonomi melalui investasi untuk
memacu produksi dengan menyediakan fasilitas ekonomi,
menciptakan pusat pertumbuhan sentralistik yang terus
dikembangkan dan diharapkan akan meningkatkan
perkembangan ekonomi kepada daerah yang belum
berkembang.
1
Sektor Tata Ruang dalam
MP3EI
Saat ini pembangunan perekonomian Indonesia
sedang menunjukkan tren peningkatan seiring
dengan bertumbuhnya kawasan Asia Pasifik
sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dunia
dimana Indonesia merupakan salah satu
epicentrum utama di kawasan Asia Tenggara.
Momentum ini memerlukan konsep
pembangunan yang terarah dan terencana
dengan baik. Di sinilah pentingnya penataan
ruang agar pembangunan kawasan-kawasan
pengembangan ekonomi, pertanian, konservasi
hutan dan kawasan permukiman dan lain-lain
terancana dengan baik (Ir. M. Hatta Rajasa).
Regulasi dan kebijakan :
Kebijakan terkait penurunan
emisi gas rumah kaca sudah Komitmen SBY pada
tertuang dalam Peraturan pertemuan G20 di
Presiden Nomor 61 Tahun Pitsburgh tahun 2009,
2011 tentang Rencana Aksi WALHI melakukan
Nasional Penurunan Emisi Gas pembuktian dengan riset.
Rumah Kaca yang memuat
target penurunan emisi gas
rumah kaca sebesar 26 persen
melalui dana dalam negeri dan
41 persen melalui dana
bantuan luar negeri.
Contoh studi kasus di Bali berdasarkan
hasil riset WALHI
BALI
Regulasi :
Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2011 termasuk dalam Koridor Ekonomi
tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Bali – Nusa Tenggara memiliki
Perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar, dan tema pembangunan sebagai
Tabana ‘’Pintu Gerbang Pariwisata dan
Pendukung Pangan Nasional’’;
Regulasi : sementara proyek yang akan
Pengaturan mengenai pengelolaan dan dikiritisi adalah rencana
limbah B3 sebagai Revisi Peraturan reklamasi kawasan perairan oleh
Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 . PT Tirta Wahana Bali
Peraturan Pemerintah Nomor 85 tahun 1999 Internasional (PT. TWBI).
tentang Pengelolaan Limbah B3
HASIL TEMUAN DI BALI
Praktek pariwisata yang beralih dari
pariwisata Budaya ke pariwisata massal
yang menimbulkan ancaman krisis air
dan alih fungsi lahan.

Kondisi hotel sekarang occupancy


ratenya rata-rata 60 % pertahun akan
semakin meningkatkan persaingan dan
berdampak negatif terhadap masyarakat
bali yang memiliki home stay atau
usaha penginapan skala kecil.

emisi gas rumah kaca di Pulau Bali


akan meningkat hal ini berasal antara
lain dari emisi akibat gas buang
kendaraan bermotor dan dari limbah,
belum lagi kalau bicara tentang
kerusakan kawasan pesisir dan lautnya
2
Transportasi dalam
MP3EI
Peran sektor transportasi dalam MP3EI adalah ikut mendorong terciptanya
konektifitas baik intra wilayah maupun antar wilayah dengan tujuan menghubungkan
pusat-pusat ekonomi utama dalam setiap koridor dan antar koridor.
KE Bali-Nusa Tenggara dikembangkan dengan menitikberatkan pada konektivitas
darat, laut, dan udara yang menghubungkan baik antar pulau maupun antar provinsi
dengan mempertimbangkan kondisi geografis koridor tersebut yang berupa gugus
pulau. Konektivitas transportasi baik darat, laut, dan udara di NTB saat ini telah
berkembang cukup signifikan.
Contoh:
akses transportasi udara, pasca operasional Bandara Internasional Lombok (BIL)
yakni melalui Bandara Selaparang sebelumnya hanya 7 (tujuh) rute ke NTB baik
dalam negeri maupun luar negeri, saat ini telah meningkat rutenya. Untuk
transportasi laut, aktivitas bongkar muat barang dan jasa di Pelabuhan Lembar yang
menghubungkan NTB dengan Bali melalui Pelabuhan Padangbai, saat ini sudah
cukup padat. Dalam waktu 50 menit sudah ada penyeberangan kapal.
3
SDA dalam MP3EI
MP3EI berbasis PDRB – Hijau
Salah satu hal terpenting dalam pengelolaan sumber daya alam adalah
penyelenggaraan kehutanan yang berkeadilan dan berkelanjutan karena
berhubungan dengan pengaturan hak atas hutan (forest property rights).
Barber et al (1994) menyatakan bahwa pengaturan yang baik atas pola
kepemilikan hutan, pengawasan dapat menjadi faktor pendorong
(incentive) yang cukup efektif untuk pengelolaan hutan yang lestari,
namun sebaliknya kesalahan dalam mengelola faktor tersebut dapat
mengakibatkan hancurnya sistem hutan.

PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM INI DI ATUR DALAM


Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup juga mengamanatkan bahwa Kajian
Lingkungan Hidup Strategi (KLHS) wajib untuk dokumen rencana tata
ruang, RPJP dan RPJM, RKP, termasuk juga MP3EI yang berdampak
pada lingkungan hidup.
4
Permukiman dalam MP3EI
• Permukiman dalam program MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia) untuk mewujudkan Indonesia sebagai salah satu negara kekuatan ekonomi
utama dunia di masa depan.
• Implementasi MP3EI akan menciptakan pusat pertumbuhan baik ekonomi maupun sosial
dimana manusia memerlukan permukiman sebagai tempat tinggal. Bahkan dimungkinkan
permukiman tersebut juga sekaligus tempat usaha jika kemudian industri yang dikembangkan
dalam MP3EI ini dapat menumbukan industri kecil atau rumahan.
• Untuk perkotaan, Ditjen Cipta Karya telah mempunyai strategi pengembangan permukiman di
kawasan di kawasan prioritas yang dikenal dengan SPPIP (Strategi Pembangunan Permukiman
Infrastruktur Perkotaan).
• Sebagai gambaran, pada tahun 2010 telah disusun SPPIP di 48 kabupaten/kota, 2011 di 60
kabupaten kota dan hingga saat ini di 2012 telah disusun SPPIP di 72 kabupaten/kota.
• Untuk kawasan perdesaan, sesuai dengan UU 17/2005, penanganan permukiman perdesaan
diarahkan untuk penyediaan pelayanan dasar di perdesaan sesuai dengan Standar Pelayanan
Minimum (SPM) khususnya perdesaan transmigrasi, tertinggal, perbatasan, pesisir, pulau kecil
terluar, serta untuk mendukung perdesaan yang menjadi pusat pertumbuhan.
dampak capaian MP3EI adalah menyempitnya ruang untuk hidup dengan layak,
baik di daerah yang kaya SDA maupun di kota besar. Ruang hidup layak di area
kaya SDA akan menyempit karena degradasi lingkungan berupa temperatur naik,
tanah kritis, dan sungai tercemar. Ruang hidup yang layak bagi warga kota
juga akan terus menyempitseiring perluasan penguasaan lahan untuk bisnis
properti dan infrastruktur. Pemanfaatan sumber daya alam dapat dikatakan
sebagai tulang punggung pelaksanaan percepatan dan perluasan pembangunan
ekonomi. Di satu sisi akan berdampak positif bagi kesejahteraan dan pemerataan
pembangunan. Namun, disisi lain hal tersebut dapat berakibat pada kerusakan
lingkungan dan berkurangnya cadangan sumber daya alam untuk generasi
mendatang jika tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu, pemanfaatan sumber
daya alam yang efisien dengan meningkatkan inovasi dan teknologi yang ramah
lingkungan perlu diciptakan untuk mendorong pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan.

kesimpulan
Apa itu ketahanan pangan?
Menurut Undang-undang No.7 Tahun 1996 tentang Pangan,
mengartikan ketahanan pangan sebagai : kondisi terpenuhinya pangan
bagi setiap rumah tangga, yang tercermin dari tersedianya pangan yang
cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau.
Pengertian mengenai ketahanan pangan tersebut mencakup aspek
makro, yaitu tersedianya pangan yang cukup; dan sekaligus aspek
mikro, yaitu terpenuhinya kebutuhan pangan setiap rumah tangga untuk
menjalani hidup yang sehat dan aktif.
1
Tata Ruang dalam Ketahanan Pangan
Pengelolaan ruang kawasan sentra produksi pangan nasional dan daerah
merupakan arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang bagi
peruntukan pertanian tanaman pangan. Namun demikian, penataan
ruang tersebut belum optimal dirasakan fungsinya terutama dalam
rangka menunjang ketahanan pangan nasional.

Peraturan :
Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
07/Permentan/OT.140/2/2012 tentang Pedoman Teknis Kriteria dan
Persyaratan Kawasan, Lahan, dan Lahan Cadangan Pertanian Pangan
Berkelanjutan

Perlu pengaturan pelaksanaan mengenai kriteria, persyaratan kawasan, lahan,


lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan, dan tata cara alih fungsi lahan
pertanian pangan berkelanjutan sebagai aturan pelaksana dari Peraturan
Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan, Menyangkut Keterlanjuran Penggunaan
Kawasan Hutan untuk Kegiatan Non Kehutanan”
2
Transportasi dalam Ketahanan Pangan
Berikut ini ada empat akar permasalahan pada distribusi
pangan, yang dihadapi.

dukungan
dukungan infrastruktur,
infrastruktur, yaitu
yaitu kurangnya
kurangnya dukungan
dukungan akses
akses terhadap
terhadap
pembangunan sarana jalan, jembatan, dan lainnya.
pembangunan sarana jalan, jembatan, dan lainnya.

sistem transportasi, yakni sistem transportasi negara kita yang


masih
masih kurang
kurang efektif
efektif dan
dan efisien.
efisien. Selain
Selain itu
itu juga
juga kurangnya
kurangnya
koordinasi antara setiap moda transportasi mengakibatkan bahan
pangan
pangan yang
yang diangkut
diangkut sering
sering terlambat
terlambat sampai
sampai ke
ke tempat
tempat tujuan.
tujuan.

sarana transportasi, yakni kurangnya perhatian pemerintah dan


masyarakat
masyarakat di
di dalam
dalam pemeliharaan
pemeliharaan sarana
sarana transportasi
transportasi kita.
kita.

masalah keamanan dan pungutan liar, yakni pungutan liar yang


dilakukan
dilakukan oleh
oleh preman
preman sepanjang
sepanjang jalur
jalur transportasi
transportasi di
di Indonesia
Indonesia
masih sering terjadi.
Regulasi dan Kebijakan

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2014 Tentang Perubahan


Atas Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Masterplan
Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025
Pada Bab 3 Tentang Koridor Ekonomi Indonesia mengatakakan bahwa :

Untuk mendukung pengembangan kegiatan ekonomi utama, telah


diindikasikan nilai investasi yang akan dilakukan di keenam koridor
ekonomi tersebut sebesar sekitar IDR 4.637.588 miliar. Dari jumlah
tersebut, Pemerintah akan berkontribusi sekitar 12 persen dalam bentuk
pembangunan infrastruktur dasar, seperti: jalan, pelabuhan laut, pelabuhan
udara, serta rel kereta dan pembangkit tenaga listrik, sedangkan sisanya
diupayakan akan dipenuhi dari swasta maupun BUMN dan campuran.
3
SDA dalam Ketahanan Pangan
- Sumber daya alam mempunyai peran yang sangat penting dalam
pembangunan nasional, baik sebagai penyedia bahan baku bagi
pembangunan maupun sebagai pendukung sistem kehidupan.

- Ketersediaan pangan yang stabil merupakan salah satu


kebutuhan dalam kelangsungan sebuah negara untuk mencukupi
kebutuhan pangan nasional. Wilayah Bali-Nusa Tenggara yang
ditetapkan sebagai Koridor V MP3EI, memiliki potensi
pengembangan yang sangat besar berbasis sumber daya alam
terutama peternakan, perikanan dan pariwisata.
4
Permukiman dalam Ketahanan
Pangan
Laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 1,49 persen dinilai sudah
mengkhawatirkan. Angka ini naik dari periode sebelumnya, 1990 – 2000
yang mencatat laju pertumbuhan 1,45 persen. Dari hasil sensus penduduk
2010, jumlah penduduk Indonesia mencapai 237,56 juta jiwa. Dengan
komposisi laki-laki 119,51 juta dan perempuan 118,05 juta jiwa. Ini
menempatkan Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar
keempat setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Hal ini menyebabkan
pengeksploitasian sumber daya alam dalam skala besar-besaran demi
mencapai produktivitas pangan yang memenuhi kebutuhan penduduk.
Semakin bertambahnya penduduk maka bertambah pula kebutuhan akan
tempat tinggal, baik berupa hunian kecil, hotel sampai dengan apartemen.
Pembangunan ini membutuhkan lahan luas, dan lahan pertanian menjadi
sasaran untuk membangun, hal ini akan berdampak pada ketahanan pangan.
Kebijakan ketahanan
pangan
1. Ketahanan pangan memperhatikan dimensi konsumsi dan produksi;
2. Pangan tersedia secara mencukupi dan merata bagi seluruh rakyat
Indonesia untuk memenuhi kebutuhan hidup yang sehat dan produktif;
3. Upaya diversifikasi konsumsi pangan terjadi jika pendapatan
masyarakat meningkat dan produk pangan dihargai sesuai dengan nilai
ekonominya;
4. Diversifikasi produksi pangan terutama tepung-tepungan, disesuaikan
dengan potensi produksi pangan daerah;
5. Pembangunan kegiatan investasi pangan baru berskala ekonomi luas
Luar Jawa;
6. Peningkatan produktivitas melalui peningkatan kegiatan penelitan dan
pengembangan.

Anda mungkin juga menyukai