Monitoring
Oleh:
Sonya Dewanti
Pebimbing:
dr. Lasmaria Flora, Sp.An
Standar 1 Standar 2
Standar 1
Ahli anestesi yang memenuhi syarat harus hadir di ruangan sepanjang
pelaksanaan semua prosedur
Oksigen
Suhu <35 35,1-36,0 36,1- 38,0 38,1-39,0 >39,1
Tekanan Darah <90 91-100 101-110 111-219 >220
(Sistolik)
Tingkat A V/P/U
Kesadaran
TOTAL
Tabel Observasi NEWS
NO NILAI EWS FREKUENSI PETUGAS ASUHAN YANG DIBERIKAN
MONITORING
2 Total Score Minimal setiap 4- Perawat jaga Perawat pelaksana menginformasikan kepada
1-4 6 jam sekali ketua tim/penanggung jawab ruangan tentang
siapa yang melaksanakan assessment
selanjutnya. Ketua tim/ penanggungjawab
membuat keputusan :
1. Meningkatkan frekuensi
observasi/monitoring
2. Perbaikan asuhan yang dibutuhkan oleh
pasien
3. Total Score Peningkatan 1. Perawat 1. Ketua tim (perawat) segera memberikan informasi
5-6 frekuensi jaga tentang kondisi pasien kepada dokter jaga atau
observasi/monitorin 2. Dokter jaga DPJP
g. Setidaknya 2. Dokter jaga atau DPJP melakukan assesmen sesuai
setiap 1 jam sekali kompetensinya dan menentukan kondisi pasien
apakah dalam penyakit akut
3. Siapkan fasilitas monitoring yang lebih canggih
4. Total Score Lanjutkan observasi/ 1. Tim 1. Ketua tim (perawat) melaporkan kepada tim Code Blue
≥7 monitoring tanda- emergency 2. Tim Code Blue melalukan assesmen segera
tanda vital setiap 2. DPJP 3. Stabilisasi oleh Tim Code Blue dan pasien dirujuk ke
waktu Intermediate Care
4. Untuk pasien di IGD (Prioritas 3,4 dan 5), perawat
penanggungjawab segera kirim pasien ke ruang
resusitasi untuk penangan Bantuan Hidup Lanjut (BHL).
Pediatric Early Warning System (PEWS)
1. PEWS digunakan pada pasien anak / pediatric (berusia saat lahir-16 tahun)
2. PEWS dapat digunakan untuk mengasesmen penyakit akut, mendeteksi
penurunan klinis, dan menginisiasi respon klinis yang tepat waktu dan sesuai.
3. PEWS tidak digunakan pada :
a. Pasien dewasa lebih dari 16 tahun
b. Pasien anak dengan TOF (Tetralogi of Fallot).
Tabel parameter Pediatrik Early Warning Score
Parameter 3 2 1 0 1 2 3
Parameter Tambahan
4. Warna Kulit
5.Suhu
Monitoring Pasien
Monitoring Monitoring
Kardiovaskuler Nonkardiovaskuler
◊ Monitoring Kardiovaskuler
Monitoring kardiovaskuler terdiri dari:
● Tekanan darah arterial
● Elektrokardiografi
● Kateterisasi vena sentral
● Kateterisasi arteri pulmonal
● Output kardia
◊ Tekanan Darah Arterial
●
Kontraksi ritmik pada ventrikel kiri, mengeluarkan darah ke dalam sistem vaskuler,
menghasilkan tekanan arterial pulsatil. Tekanan puncak yang dihasilan selama kontraksi
disebut Systolic Blood Pressure (SBP) dan tekanan paling rendah disebut Diastolic
Blood Pressure (DBP).
Tekanan nadi adalah perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik. Rata-rata berat-
waktu dari tekanan arterial selama siklus nadi adalah mean tekanan arterial (MAP)
◊ Tekanan Darah Arterial
Tekanan darah arterial sangat berpengaruh dengan dimana tekanan tersebut
diukur. Ketinggian tempat sampling relative terhadap jantung mempengaruhi
pengukuran tekanan darah karena efek dari gravitasi.
◊ Tekanan Darah Arterial
● Monitoring tekanan darah arterial noninvasive
Indikasi:
Penggunaan anestesi apapun, tidak peduli seberapa “remeh”, adalah indikasi
untuk pengukuran tekanan darah arterial.
Kontraindikasi:
Dihindari pada ekstremitas dengan abnormalitas vaskuler (misalnya, shunt
dialysis) atau dengan jalur intravena.
◊ Tekanan Darah Arterial
Teknik dan komplikasi:
× Palpasi
× Probe Doppler
× Auskultasi
× Osilometri
× Tonometri arterial
Pertimbangan klinis:
Pemberian oksigen yang adekuat harus dipertahankan selama anesthesia.
Kantong manset perlu direntangkan setidaknya separuh ekstrimitas, dan lebar
manset harus 20% sampai 50% lebih besar dari lengan atas.
◊ Tekanan Darah Arterial
Ukuran manset
◊ Tekanan Darah Arterial
● Monitoring tekanan darah arterial invasive
Indikasi:
Untuk monitoring tekanan darah arterial dengan kateterisasi arteri termasuk induksi
arus atau hipotensi antisipasi atau deviasi tekanan darah luas, penyakit organ
Kontraindikasi:
Perlu dihindari pada arteri-arteri ujung yang lebih kecil dengan aliran darah kolateral
yang tidak adekuat atau pada ekstremitas dimana terdapat kecurigaan insufisiensi
vaskuler yang ada sebelumnya.
◊ Tekanan Darah Arterial
Pemilihan arteri untuk kanulasi:
● Arteri radialis
● Arteri ulnaris
● Arteri brakialis
● Arteri femoralis
● Arteri dorsalis pedis dan posterior tibialis
● Arteri axillaris
◊ Tekanan Darah Arterial
Teknik kanulasi:
◊ Tekanan Darah Arterial
Komplikasi:
Hematoma, perdarahan (khususnya dengan lepasnya sambungan tube kateter),
vasospasme, thrombosis arterial, embolisasi gelembung udara atau thrombi,
pembentukan pseudoaneurisma, nekrosis kulit di atas kateter, kerusakan saraf, infeksi,
nekrosis ekstrimitas atau jari, dan injeksi obat intraarterial yang tidak disengaja.
Pertimbangan klinis:
Teknik monitoring tekanan darah optimal.
Pembacaan yang keliru dapat menyebabkan intervensi terapiutik yang tidak tepat.
◊ Elektrokardiografi
Indikasi dan kontraindikasi:
Semua pasien perlu melakukan monitoring intraoperatif pada elektrokardiogram
mereka (ECG). Tidak terdapat kontraindikasi.
Teknik dan komplikasi:
Lead ECG dopisisikan pada dada dan ekstremitas untuk memberikan sudut
pandang yang berbeda dari potensi elektris yang dihasilkan oleh jantung.
Imbalansi elektrolit atau efek obat dapat berpotensi menyebabkan aritmia yang
mengancam nyawa (les torsade de pointes).
◊ Elektrokardiografi
Pertimbangan klinis:
ECG adalah pencatatan potensi elektris yang dihasilkan oleh sel miokardia.
Pemakaiannya yang rutin memungkinkan aritmia, iskemia miokardia, abnodmalitas
konduksi, malfungsi pacemaker, dan gangguan elektrolit untuk terdeteksi.
◊ Kateterisasi vena sentral
Indikasi:
Monitoring tekanan vena sentral (CVP), pemberian cairan untuk mengobati hipovolemia
dan syok, infus obat kaustik dan nutrisi parenteral total, aspirasi emboli udara, insersi
transcutaneous pacing lead, dan mendapatkan akses vena pada pasien dengan vena
perifer yang buruk, monitoring kontinyu pada saturasi oksigen vena sentral.
Kontraindikasi:
Tumor, penggumpalan darah, atau vegetasi katup tricuspid yang dapat lepas atau
mengalami emboli selama kanulasi, yang mendapat antikoagulan
◊ Kateterisasi vena sentral
Teknik dan komplikasi:
Kanulasi vena sentral melibatkan memasukkan kateter
dalam vena sehingga ujung kateter terletak dalam sistem
vena dalam thoraks. Umumnya, lokasi optimal untuk
ujung kateter adalah tepat di superior atau pada junction
vena cava superior dan atrium kanan.
◊ Kateterisasi arteri pulmoner
Teknik dan komplikasi:
Desain yang paling popular menggabungkan lima lumen dalam kateter 7.5 FR,
sepanjang 110 cm dengan badan polyvinylchloride.
Lumen ditempati oleh benda-benda berikut:
● kawat untuk menghubungkan termistor dekat ujung kateter ke computer CO
termodilusi
● saluran udara untuk inflasi balon; port proksimal 30 cm dari ujung untuk infus,
injeksi CO, dan mengukuran tekanan atrial kanan; port ventrikuler pada 20 cm untuk
infus obat; dan port distal untuk aspirasi campuran sampel darah.
Posisi kateter yang benar dapat dikonfirmasi dengan radiografi dada .
◊ Kateterisasi arteri pulmoner
Komplikasi :
● Bakteremia
● Endokarditis
● Thrombogenesis
● Infark pumoner
● Ruptur PA
● Perdarahan
◊ Monitoring Nonkardiovaskuler
1. Monitoring nonkardiovaskuler terbagi atas:
● Monitoring pertukaran gas respiratorik
● Monitoring system neurologis
● Monitoring lainnya.
◊ Monitoring pertukaraan gas
respiratorik
1. Stetoskop pericardial dan esofageal
Indikasi:
Memastikan bahwa paru terventilasi pada keadaan dimana sirkuit terlepas sambungannya,
untuk mengkonfirmasi detak jantung, mengeksklusikan intubasi esofageal
Kontraindikasi:
Instrumentasi esofagus perlu dihindari
pada pasien-pasien dengan
varises atau striktur esofageal.
◊ Monitoring pertukaraan
gas respiratorik
Teknik dan komplikasi
Stetoskop prekordial (Wenger chestpiece) adalah potongan metal berat berbentuk bel
yang ditempatkan di atas dada atau lekuk suprasternal.
Pertimbangan klinis:
Informasi yang disediakan oleh stetoskop prekordial atau esofageal termasuk
konfirmasi ventilasi, kualitas suara pernafasan (misalnya, stridor, wheezing), regularitas
denyut jantung, dan kualitas tonus jantung (tonus yang teredam berkaitan dengan
penurunan output kardia).
◊ Monitoring pertukaraan
gas respiratorik
2. Pulse oksimetri
Indikasi dan kontraindikasi:
Pulse oksimeter adalah monitor wajib untuk semua anestesi, termasuk kasus-kasus sedasi
moderat. Tidak ada kontraindikasi.
Teknik dan komplikasi:
Pulse oksimeter mengkombinasikan prinsip-prinsip oksimetri dan plethysmography untuk
secara noninvasif mengukur saturasi oksigen dalam darah arterial. Oksimetri bergantung
pada observasi bahwa hemoglobin beroksigen dan yang tereduksi. Rasio dari absorpsi
panjang gelombang merah dan inframerah dianalisis dengan mikroprosesor untuk
memberikan saturasi oksigen (SpO2) darah arterial berdasarkan pada nilai yang ditetapkan.
◊ Monitoring pertukaraan
gas respiratorik
3. Kapnografi
Indikasi dan kontraindikasi:
Penentuan konsentrasi CO2 akhir-tidal (ETCO2) untuk mengkonfirmasi ventilasi yang adekuat adalah
wajib selama semua prosedur anestesi, tetapi khususnya demikian untuk anestesia general.
Kapnografi adalah monitor yang berguna pada sistem pernafasan pulmoner, kardiovaskuler, dan
anestetik. Kapnograf dalam penggunaan umum bergantung pada absorpsi cahaya inframerah oleh CO2.
◊ Monitoring pertukaraan
gas respiratorik
Pertimbangan klinis:
Gas-gas lainnya juga mengabsorbsi sinar inframerah, menghasilkan efek pelebaran
tekanan. Untuk meminimalkan kesalahan karena nitrit oksida, berbagai modifikasi dan
saringan telah digabungkan dalam desain monitor.
◊ Monitoring pertukaraan
gas respiratorik
4. Analisis gas anestesi
Indikasi:
Analisis sistemik pada gas anestesi adalah penting selama semua prosedur yang
memerlukan anestesia inhalasi. Tidak terdapat kontraindikasi untuk analisis gas-gas
tersebut.
◊ Monitoring system neurologis
Elektroensefalografi
EEG adalah pencatatan potensi elektrik yang dihasilkan oleh sel-sel pada korteks serebral. Walaupun
elektroda ECG standar dapat digunakan, piringan perak yang mengandung gel konduktif lebih dipilih.
◊ Monitoring system neurologis
Pertimbangan klinis:
Untuk melakukan analisis bispektral, data yang diukur dengan EEG diambil melalui
beberapa langkah untuk menghitung satu angka yang berhubungan dengan kedalaman
anestesia/hipnosis.
◊ Monitoring lainnya
Temperatur
Indikasi:
Temperatur pasien yang menjalani anestesia harus dimonitor temperatur postoperatif
semakin banyak digunakan sebagai indicator kualitas anestesi.
Kontraindikasi:
Tidak ada kontraindikasi, walaupun tempat monitoring tertentu mungkin tidak sesuai pada
pasien-pasien tertentu.
Teknik dan komplikasi:
Diukur dengan menggunakan thermistor atau thermocouple.
◊ Monitoring lainnya
Ouput urin
Indikasi:
Diindikasikan pada pasien-pasien dengan gagal jantung kongestif, gagal ginjal, penyakit hepar lanjut,
atau syok.
Kontraindikasi:
Untuk menghindari trauma yang tidak perlu, urologist perlu mengkateter pasien yang dicurigai memiliki
anatomi uretral abnormal. Komplikasi: trauma uretral dan infeksi traktus uriner
Pertimbangan klinis:
Keuntungan kateter Foley adalah kemampuan untuk menyertakan thermistor dalam ujung kateter
Indikasi:
Stimulator nervus perifer dapat membantu menemukan lokasi saraf yang akan diblok
Kontraindikasi:
Stimulator saraf perifer memberikan arus (60-80 mA) pada sepasang bantalan khlorida perak
ECG atau jarum subkutaneus yang ditempatkan pada nervus motor perifer. Komplikasi
stimulasi nervus terbatas pada iritasi kulit dan abrasi pada tempat pelekatan elektroda.
Pertimbangan klinis:
Derajat blok neuromuskuler dimonitor dengan menggunakan berbagai pola stimulasi elektrik.
Semua stimuli berdurasi 200 μs dan pola gelombang kuadrat dan intensitas arus yang
sebanding.
KESIMPULAN
Monitoring adalah segala usaha untuk memperhatikan,
mengawasi dan memeriksa pasien dalam anestesi untuk
mengetahui keadaan dan reaksi fisiologis pasien
terhadap tindakan anestesi dan pembedahan