besar dan penting suatu usaha dan atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang usaha /kegiatan DAMPAK PENTING Adalah perubahan lingkungan yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh suatu usaha atau kegiatan.
Pasal 16 UU no 4 thn 1982 menyatakan bahwa
setiap rencana kegiatan yang diperkirakan akan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan wajib dilengkapi AMDAL Penilaian Tingkat Penting Tingkat penting dampak dinilai berdasarkan kriteria eksplisit dan implisit. Namun, mengingat nilai penting bersifat subyektif yang dipengaruhi oleh pengalaman, pengetahuan dan pandangan hidup sang penilai, kriteria eksplisit akan selalu memberikan hasil yang lebih konsisten dari pada kriteria implisit. Dalam konteks ini penentuan nilai penting bukan suatu hal yang murni, tetapi merupakan suatu keputusan pengelolaan dengan informasi ilmiah dan dengan memperhatikan kondisi sosial, ekonomi dan politik di suatu kawasan tersebut. Dampak Penting * Jumlah Manusia yang akan terkena dampak * Luas wilayah penyebaran dampak * Lamanya dampak berlangsung * Intensitas Dampak * Banyaknya komponen lingk. Terkena dampak * Sifat kumulatif dampak tersebut * Berbalik atau tak berbaliknya dampak Metodologi AMDAL Penapisan Pelingkupan Kerangka Acuan ANDAL Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RKL/RPL) Penyusunan Laporan AMDAL - Penyusunan Ringkasan Eksekutif - Penyusunan Laporan Utama - Penyusunan Lampiran-lampiran Penapisan Penapisan adalah salah satu bagian teratas atau yang dilakukan pertama kali dalam prosedur AMDAL, Karena langkah ini adalah yang paling penting untuk pemrakarsa agar dapat mengetahui apakah proyek yang dia lakukan harus disertai dengan AMDAL atau tidak. Agar tidak menjadi beban tambahan bagi pelaksana, metode penapisan haruslah sederhana dengan komplikasi yang minimum dan tingkat kepercayaan yang maksimum. Menseleksi apakah suatu kegiatan perlu amdal atau tidak PENAPISAN Adalah Aktifitas memilah-milah rencana proyek yang menimbulkan dampak besar dan penting yang harus dilengkapi AMDAL serta rencana proyek yang tidak berdampak penting yang tidak memerlukan AMDAL. Menseleksi apakah suatu kegiatan perlu AMDAL atau tidak. Untuk menentukan jenis kegiatan yang perlu didahului dengan AMDAL, terlebih dahulu harus dilakukan kegiatan penapisan PENAPISAN
Penapisan bertujuan untuk memilih
rencana pembangunan mana yang harus dilengkapi dengan Amdal. Langkah ini amat penting bagi pemrakarsa untuk mengetahui sedini mungkin apakah proyeknya terkena amdal atau tidak. Hal ini berkaitan dengan anggaran biaya dan waktu. PENAPISAN Dengan adanya penapisan maka kita terhindar dari kekeliruan , yaitu langsung melakukan AMDAL terhadap semua rencana kegiatan pembangunan yang belum diketahui apakah berdampak penting atau tidak. Sehingga bisa menghemat biaya,waktu dan tenaga bagi pemrakarsa . Kriteria Penilaian Kriteria yang banyak dipakai untuk penapisan adalah karakteristik proyek, misalnya jenis, volume dan penyimpanan bahan baku dan lokasi proyek, dan nilai ambang. Biaya proyek sering digunakan sebagai nilai ambang, yaitu proyek yang melebihi suatu nilai tertentu harus melakukan AMDAL. Tetapi penggunaan nilai ambang ini dapat terjadi penyesatan. Misalnya sebuah industri dengan teknologi yang canggih memerlukan investasi yang tidak sedikit, tetapi diimbangi dengan dampak biofisik yang kecil, walaupun dampak sosialnya besar. Biaya yang tinggi dapat diakibatkan oleh investasi dalam alat pencegah pencemaran yang tidak murah. Kerentanan Lokasi Proyek. Kriteria dalam penapisan
Karakteristik proyek (jenis, volume, dan
penyiapan bahan baku dan lokasi) Besarnya biaya proyek (luas lahan, teknologi, produk, limbah) Kerentanan lokasi proyek Metoda penapisan
Metoda Penapisan Bertahap
Metoda yang dilakukan secara bertahap dalam beberapa langkah yang berurutan . Umumnya dilakukan 2 atau 3 langkah. Menapis berdasarkan kriteria yang secara eksplisit memasukkan proyek kedalam salah satu dari 3 kelompok pengaruh proyek terhadap dampak
Metoda Penapisan Satu Langkah
Berdasarkan kriteria eksplisit berupa daftar yang memuat jenis proyek yang tanpa keraguan menimbulkan dampak besar dan penting sehingga harus dibuat AMDAL Metode penapisan bertahap • Menurut PP 29 tahun 1986 penapisan metode ini terdiri dari dua langkah, yaitu dengan daftar penapis dan dengan PIL (Penyajian Informasi Lingkungan). • Pada umumnya penapisan hanya terdiri dari 2 sampai 3 langkah saja. • Dalam gambar di bawah dapat dilihat, seluruh rencana proyek yang akan dilaksanakan diserahkan kepada pihak yang berwenang. • Pejabat yang terkait, menapis berdasarkan kriteria tertentu, lalu memasukkan rencana proyek tersebut ke dalam salah satu dari ketiga kelompok Semua proyek
Penapisan Tingkat I
Kelompok I Kelompok 2 Kelompok 3
Proyek mempunyai Ada keraguan dampak Proyek tidak mempunyai dampak penting penting dampak penting
Penapisan Tingkat 2
Proyek berdampak Proyek TAK
penting berdampak penting
Harus dilakukan TIDAK perlu
AMDAL AMDAL
Metode Penapisan bertahap
Semua Proyek
Penapisan dengan daftar positif sebagai kriteria
Proyek termasuk Proyek diluar
Dalam daftar Dalam daftar
Perlu Amdal Tidak perlu Amdal
Metode penapisan Satu Langkah dengan menggunakan
Daftar Positif sebagai Kriteria Metode penapisan satu langkah Penapisan dapat didasarkan pada kriteria eksplisit, berupa daftar yang memuat jenis proyek yang akan menyebabkan dampak penting. Dampak tidak hanya ditentukan oleh jenis proyek, tetapi juga sifat lingkungan, dan daftar tersebut disertai dengan bagian yang memuat lingkungan yang rentan. Proyek yang berada dalam lokasi rentan harus malakukan kegiatan AMDAL. Daftar jenis proyek dan petunjuk proyek yang diharuskan melakukan AMDAL telah ditetapkan berdasar buku yang diterbitkan Bank Dunia (1974). Untuk melengkapi daftar tersebut dapat juga digunakan daftar yang dibuat oleh Komisi Masyarakat Eropa dan daftar laporan SCOPE 5 (Munn, 1979). Semua Proyek
Penapisan dengan daftar positif sebagai kriteria
Proyek termasuk Proyek diluar
Dalam daftar Dalam daftar
Perlu Amdal Tidak perlu Amdal
Metode penapisan Satu Langkah dengan menggunakan
Daftar Positif sebagai Kriteria Metode penapisan di Indonesia
Indonesia termasuk negara yang sedang
berkembang, maka dari itu pembangunan di negara kita ini masih akan terus berlanjut. Pengalaman menunjukkan, karena pembangunan yang banyak, dengan penapisan tingkat 1 yang harus melakukan PIL yang banyak pula, tidak akan berjalan dengan sebagaimana mestinya. Karena banyak PIL yang harus diperiksa dan dinilai kemudian dilanjutkan dengan penapisan tingkat 2. Tenaga terlatih untuk melakukan dan memeriksa PIL pun sangat terbatas. Tidak hanya tenaga, tetapi juga modal dan prosedur ini menghasilkan banyak kesulitan. Metode penapisan di Indonesia
Sesuai kejadian yang terjadi di Thailand, banyak PIL
yang tidak memenuhi standar. Hal itu dikarenakan: a. kriteria eksplisit yang sulit dibuat, b. informasi yang terbatas, dan c. laporan yang bersifat uraian Hal ini sering menyebabkan terjadinya keraguan apakah proyek yang bersangkutan harus disertai AMDAL atau tidak. Metode ini tidak sesuai dengan keadaan negara Indonesia karena sifatnya bertahap dan bentuknya uraian. Dan juga prosedur ini menambah biaya operasional menjadi lebih tinggi, karena izin diberikan secara bertahap. Daftar Positif Di Indonesia daftar positif yang digunakan sebagai kriteria hanya satu, maka dapat saja proyek lolos dari keharusan melakukan AMDAL, padahal proyek tersebut memiliki dampak penting. Walaupun proyek tersebut dapat lolos, namun pihak pelaksana tidak dapat lolos dari kewajiban melindungi lingkungan sesuai dengan UU No.4 tahun 1982. Jika ia melanggar, dapat dituntut sesuai UU No.4 tahun 1982, pasal 22. Metode penapisan di Indonesia Oleh karena itu, pemerintah Indonesia memutuskan menggunakan metode penapisan satu langkah. Prosedur ini lebih mudah, karena hanya dengan melihat daftar, para pejabat terkait sudah bisa langsung memutuskan proyeknya harus menggunakan AMDAL atau tidak. Metode ini lebih sederhana, mudah, hasil dapat dicapai dengan cepat dan konsisten. Jika diperlukan AMDAL, para pelaksana dapat melakukannya pada tahap perencanaan yang dini, sehingga dapat diintegrasikan ke dalam proses studi kelayakan. Dengan metode ini, tidak diperlukan birokrasi yang berbelit-belit, jumlah tenaga yang tidak banyak dan pengalaman yang tidak perlu terlalu tinggi, dan juga tidak menambah biaya operasional.