Anda di halaman 1dari 19

Tinjauan Etik Regulasi

Jam Kerja Dokter


dr. Riyadi Heru Setiyawan Sp.OG (K)
ABSTRAK
1. Jam Kerja Dokter Berlebihan
2. Jam Kerja-Banding Lurus Beban Kerja
3. Penyebab Peningkatan Beban Kerja :
a) Jumlah pasien yang meningkat,
b) Persebaran dokter tidak merata,
c) Kompleksitas penyakit,
d) Kurang apresiasi terhadap profesi Dokter
ABSTRAK
o Beban kerja  Keselamatan dokter dan
pasien pada jam kerja  peningkatan
gugatan medis.
o Diperlukan sistem kerja serta kebijakan
yang jelas dan efektif untuk mengatur
jumlah jam kerja dokter.
Jam Kerja Dokter
o Belum Ada Aturan Khusus
o UU No. 13 tahun 2003 Pasal 77 Ayat 2 :
o Waktu Kerja Maksimal Seorang Naker :
 7 jam/hr (untuk 6 hari kerja/minggu)
 8 jam/hr (untuk 5 hari hari/minggu)

Kenyataan :
Dokter Bekerja Lebih Lama Dari Aturan
Tersebut.
Mengapa ?
o Dokter Dapat Memiliki SIP 3
(PerMenKes No. 512/MENKES/PER/IV/2007)
 Upaya Tingkatkan Pelayanan Dokter
 Picu Masalah
o Contoh, RSUD wajibkan dokter kerja 42
jam/mgg sesuai UU Naker; apabila dokter
masih bekerja di 2 tempat lain  beban
kerja akan jauh melebihi aturan!
Pembatasan Praktek
o Praktek 3 tempat  Cukup dilematis &
polemik
o Jam kerja dan lokasi praktik dokter 
tidak sebanding JM  Pembatasan
tempat praktek dapat mengurangi
tingkat kesejahteraan dokter.
Ratio Doker Sp - Penduduk
o 2017, Ratio DOKTER Sp / 100.000
penduduk : 14,6
o Target: 10,6
Ratio Doker Sp - Penduduk
o Target = 1: 2.500 Penduduk
o KKI per 9 Mei 2016, Dokter = 110.720
orang  1 : 2.270 Penduduk
o Indonesia : Sebaran Tidak Merata
o WHO, Malaysia (2010) 1: 835 penduduk
o Singapura (2013), : 513 penduduk.
Problem Indonesia
o Sulawesi Barat  Terburuk, 1:10.417
penduduk.
o Jawa Barat, Jawa Tim, dan Jawa Teng, rasio
belum terpenuhi akibat penduduk besar.
o Indonesia timur, standar itu sulit diterapkan :
wilayah luas, medan sulit, dan penduduk
terpencar.

(Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia


Kesehatan Kementerian Kesehatan)
Solusi
o Pelayanan kesehatan harus diberikan sebaik-
baiknya mengingat bidang tersebut berurusan
dengan nyawa seseorang.
o Tidak maksimalnya kemampuan yang
dikerahkan oleh dokter tentunya akan berefek
pada kesehatan pasien sehingga ada baiknya
langkah untuk memperbaiki hal tersebut
dipertimbangkan.
"Dokter Juga Butuh
Tidur!"
o Jam kerja dokter dibatasi sesuai dengan UU
Ketenagakerjaan: 40 jam / minggu di
seluruhan tempatnya praktik.
o Pembatasan jam kerja pada UU Naker ini
sesuai aturan International Labour
Organization (ILO).
o Apabila buruh maksimal bekerja selama
waktu tersebut, bagaimana bisa seorang
dokter yang berurusan dengan nyawa
manusia diharuskan bekerja lebih lama dari
itu?
o Lockley et al :
o Residen bekerja selama 24 jam memiliki risiko
tinggi dalam berbagai aspek :
 Kesalahan diagnosis
 Kesalahan pengambilan tindakan medis,
 Kecelakaan saat kembali ke rumah.
o Panjangnya waktu kerja dokter berefek terhadap
kinerja. Hal ini disebabkan stres dan lelahnya
dokter dapat meningkatkan tingkat kesalahan
mereka karena kehilangan fokus. (Jurnal psikiatri)
o Studi menunjukkan bahwa beban kerja
TINGGI  performa residen berkurang hingga
menjadi setingkat dengan orang yang memiliki
level alkohol darah 0.05 hingga 0.10%.
o Tidakkah memercayakan kesehatan dengan
kondisi seperti itu menimbulkan
kekhawatiran?
o Pembatasan praktik tiga tempat , menurut penulis,
merupakan awal yang cukup baik.
o Namun, sesuai ilustrasi di atas, pembatasan tersebut
belum cukup mampu mengurangi beban kerja dokter.
o Pengambilan SIP sendiri sejatinya merupakan keputusan
setiap dokter;
o beberapa dokter berpraktik di tiga tempat, sedangkan
yang lainnya membatasi diri untuk hanya berpraktik di
satu tempat saja.
o Salah satu pertimbangan dalam keputusan ini adalah
pendapatan yang dapat diperoleh dokter tersebut.
o Hal ini penulis jadikan pertimbangan dalam pengambilan
solusi.
o Upaya mengurangi jam kerja dapat dilakukan:
o Pertama: Mengingat gaji yang menjadi
pertimbangan dokter dalam memutuskan berpraktik
 peningkatan gaji membuat dokter yakin untuk
fokus bekerja di 1 tempat saja.
o Selain itu, untuk mengatasi sedikitnya jumlah dokter
di Indonesia, dapat dibuat program untuk
memperbanyak jumlah dokter. Hal ini dapat
dilakukan dengan melakukan pemberian beasiswa –
mengingat animo masyarakat mengenai pendidikan
kedokteran yang sudah tinggi namun seringkali
dibatasi kemampuan finansial. Peningkatan gaji juga
dapat meningkatkan animo yang sudah ada.
• Persebaran dokter di Indonesia dapat ditingkatkan dengan
memberi gaji lebih bagi dokter-dokter yang berminat
bekerja jauh dari pusat negara dan meneruskan program
internship dan wajib kerja dokter spesialis. Dua program
yang disebut terakhir mewajibkan dokter-dokter yang
baru lulus pendidikan - baik sebagai dokter umum
ataupun dokter spesialis - untuk mengabdi di berbagai
tempat yang memerlukan keberadaan dokter. Program
tersebut, yang dilakukan setiap setahun sekali, diharapkan
mampu menjawab kebutuhan dokter di daerah-daerah
yang masih kekurangan dokter. Tambahan dokter di
daerah tentunya dapat membuat kerja dokter di tempat
tersebut diringankan; yakni apabila beban pekerjaan dapat
dibagi secara merata.
o Jam kerja dokter merupakan masalah yang
penyelesaiannya harus dilakukan dengan meninjau
berbagai aspek secara luas.
o Hal ini terkait dengan persebaran dokter dan
kesejahteraan pekerja.
o Menyelesaikan masalah jam kerja tersebut
seyogyanya akan mampu meningkatkan kinerja
dokter sehingga pelayanan lebih baik.
o Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan kualitas
kesehatan Indonesia secara holistik ke jenjang yang
lebih baik.
KONSULTASI ANTAR DOKTER

Konsultasi Horizontal Konsultasi Vertikal


Konsul sesama dokter spesialis Konsultasi dokter umum
yang sama disiplinnya, tetapi dengan spesialis atau antar
beda sub spesialisasinya atau spesialis dengan sub
SEKIAN DAN TERIMAKASIH
antar spesialis beda disiplin spesialisnya dalam lingkup
yang sama

Anda mungkin juga menyukai