Anda di halaman 1dari 41

PENGUKURAN TANDA-TANDA VITAL,

PEMERIKSAAN FISIK
HEAD TO TOE, DAN PENGKAJIAN KEPERAWATAN

OLEH KELOMPOK 1
NURUL MAGHFIRA
AYUNIAR
Pengukuran Tanda-Tanda Vital
Defenisi :

Pemeriksaan tanda Vital


adalah suatu cara untuk
mendeteksi adanya
perubahan sistem tubuh.
Tanda Vital meliputi :
Tekanan Darah, Nadi, Suhu
Tubuh, dan Frekuensi
Pernapasan
PENGUKURAN SUHU
Tujuan :
Pengukuran suhu tubuh untuk
Defenisi : mengetahui rentang suhu Tubuh

Temperatur (Suhu)
merupakan besaran
pokok yang mengukur
derajat panas suatu
makhluk hidup/benda.
Pengukuran Suhu Tubuh Alat dan Bahan :
dapat dilakukan di Termometer
beberapa tempat yaitu : Larutan desinfektan
di mulut (oral),
Sarung tangan
anus( rektal), Ketiak
(axilla), dan Telinga Alat tulis
(auricular). Bengkok
Prosedur Kerja :

Pemeriksaan Suhu Oral Pemeriksaan Suhu Aksila :


Jelaskan Prosedur Kepada Klien Cuci tangan
Cuci Tangan Gunakan sarung tangan
Gunakan Sarung tangan Atur posisi pasien
Atur Posisi Pasien Tentukan letak aksila (Ketiak) dan
Tentukan Letak bawah lidah bersihkan daerah aksila dengan
Turunkan Suhu Termometer dibawah menggunakan tisue
antara 34⁰C-35⁰C Turunkan suhu Termometer antara 34⁰C-
Letakkan Termometer dibawah lidah 35⁰C
sejajar dengan gusi Letakkan termometer pada daerah aksila
Anjuran Mulut dikatupkan selama 3-5 dan lengan pasien fleksi diatas dada
menit (mendekap dada)
Angkat termometer dan baca hasilnya Setelah 3-5 menit, angkat termometer dan
Catat Hasilnya baca hasilnya
Bersihkan termometer dengan tissue Catat hasil
Cuci termometer dengan air sabun, Cuci termometer dengan air sabun,
desinfektan, bilas dengan air bersih dan desinfektan, bilas dengan air bersih dan
keringkan. keringkan
Cuci tangan setelah prosedur dilakukan Cucu tangan setelah prosedur dilakukan.
Pemeriksaan Suhu Rektal :
Jelaskan prosedur kepada pasien
Cuci tangan
Gunakan sarung tangan
Atur posisi pasien dengan posisi miring
Pakaian diturunkan sampai dibawah glutea
(bawah pantat)
Tentukan letak rektal, lalu oleskan vaseline
Turunkan suhu termometer dibawah antara
34⁰C-35⁰C
Letakkan telapak tangan pada sisi glutea
pasien, masukkan termometer kedalam rektal
dengan perlahan-lahan, jangan sampai berubah
posisi dan ukur suhu
Setelah 3-5 menit, angkat termometer dan
baca hasilnya
Catat hasil
Bersihkan termometer dengan tissue
Cuci termometer dengan air sabun,
desinfektan, bilas dengan air bersih, dan
keringkan
Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
Pengukuran Tekanan Darah
Defenisi : Tujuan :
Mengetahui keadaan hemodinamik pasien
Pemeriksaan atau kondisi kesehatan secara umum.
tekanan darah
merupakan
oemeriksaan
dengan cara
mengukur Alat dan Bahan :
tekanan darah 1. Tensimeter
dengan (spigmomanometer air
menggunakan raksa/aneroid lengkap)
spigmomano 2. Manset sesuai dengan ukuran
meter. 3. Stetoskop
4. Buku catatan.
Prosedur kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Atur posisi dengan berbaring atau duduk
dengan lengan tersokong setinggi jantung
dan telapak tangan menghadap ke atas
4. Palpasikan arteri brakhialis dan pasang
manset pada daerah pengukuran tekanan
darah, setinggi 2,5cm di atas denyut arteri
brakhialis
5. Pasang stetoskop dengan meletakkan
diafragma dari stetoskop si atas arteri
brakhialis
6. Kembungkan/pompa manset dengan
kecepatan rata-rata 20mmHg hingga diatas
titik nadi menghilang
7. Lepaskan tekanan manset dengan kecepatan
kira0kira 2-3 mmHg/detik
8. Baca hasil dengan denyutan pertama atau
korotkoff I menunjukkan tekanan sistolik
dan korotkoff IV/V menunjukkan tekanan
diastolik
9. Catat hasil
10. Cuci tangan
Pemeriksaan Nadi
Tujuan :
Untuk mengetahui keadaan umum dan sistem
Defenisi : kardiovaskuler pasien, serta perkembangan
penyakit.
Pemeriksaan
nadi
merupakan
pemeriksaan
dengan cara
mengukur Alat dan bahan :
denyut nadi 1. Jam atau
melalui Stopwatch
perabaan pada 2. Alat tulis
nadi. 3. Buku catatan Nadi
Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan
dilakukan
3. Atur posisi dengan tidur
terlentang
4. Lakukan pengukuran denyut
nadi (frekuensi) pada daerah
arteri radialais pada
pergelangan tangan, arteri
brakhialis pada siku bagian
dalam, arteri karotis pada
leher, arteri temporalis, arteri
femoralis, dan arteri dorsalis
pedis
5. Catat hasil
6. Cuci tangan
Pemeriksaan Pernapasan
Tujuan :
Defenisi : Untuk mnegetahui jumlah dan sifat pernapasan,
keadaan umum pasien, serta perkembangan
Pemeriksaan penyakitnya.
pernapasan
dilakukan
dengan cara
menghitung
jumlah/frekue
nsi, irama, dan
Alat dan bahan :
kedalaman
1. Jam/stopwatch
pernapasan
2. Buku catatan
yang dihitung
dalam satuan
menit.
Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan
dilakukan
3. Atur posisi dengan berbaring
4. Lakukan pengukuran dengan
meletakkan lengan pasien
pada posisi rileks menyilang
abdomen atau dada bagian
bawahnya atau menempatkan
tangan pemeriksa langsung
pada abdomen pasien
5. Hitung frekuensi, irama, dan
pola napas selama 1 menit
penuh
6. Catat hasil
7. Cuci tangan
PEMERIKSAAN FISIK
HEAD TO TOE
PENDAHULUAN

Pemeriksaan fisik adalah tindakan keperawatan untuk mengkaji bagian tubuh


pasien baik secara lokal atau  (head to toe) guna memperoleh informasi atau data
dari keadaan pasien secara komprhensif  untuk menegakkan suatu diagnosa
keperawatan maupun kedokteran.

Adapun teknik-teknik pemeriksaan fisik yang digunakan adalah :


 Inspeksi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera penglihatan,
pendengaran dan penciuman.
 Palpasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera peraba
dengan meletakkan tangan pada bagian tubuh yang dapat di jangkau
tangan.
 Perkusi adalah pemeriksaan yang meliputi pengetukan permukaan
tubuh untuk menghasilkan bunyi yang akan membantu dalam
penentuan densitas, lokasi, dan posisi struktur di bawahnya.
 Auskultasi adalah tindakan mendengarkan bunyi yang ditimbulkan
oleh bermacam-macam organ dan jaringan tubuh.
PEMERIKSAAN KULIT,
RAMBUT, DAN KUKU

Pemeriksaan rambut
Pemeriksaan kulit
• Inspeksi : bentuk dan
• Inspeksi : kebersihan, warna, kesimetrisan kepala,
pigmentasi, lesi/perlukaan, kebersihan rambut, disribusi
cari apakah ada area yang rambut merata atau tidak
memar, sianosis, dan pucat. karena bisa saja rambutnya
Karena normal:nya kulit tidak ada yang utuh ataupun
ada ikterik/pucat/sianosis. kebotakan pada rambut,
• Palpasi : kelembapan kulit kemudian perhatikan kulit
,suhu apakah hangat atau kepala atau rambutnya kotor
dingin, tekstur perhatikan atau tidak, dan rambutnya
ketebalannya, edema, dan bercabang /tidak karena
turgor kulit dengan cara cubit rambut bercabang adalah
secara halus kulit lengan rambut yang tidak sehat
bawah karena normalnya bila • Palpasi : adanya
kulit cepat kembali ke bentuk pembengkakan di kepala
semula berarti turgor pasien rambutnya mudah
normal. rontok/tidak, serta tekstur
rambut nya kasar atau halus
Pemeriksaan kuku

• Inspeksi : perhatikan kebersihan kuku, bentuk kuku atau


permukaan kuku harus sedikit melengkung atau datar, dan
warna kuku yang normalnya orang yang berkulit putih
mempunyai kuku berwarna merah muda dan orang berkulit
hitam mempunyai kuku berwarna coklat
• Palpasi : kulit di bawah kuku untuk memeriksa ketebalan kuku
dan kekuatan perlekatan ke dasarnya. Tekan kulit di bawah
kuku untuk memeriksa sirkulasi perifer. Perhatikan berapa lama
warnanya kembali ketika melepas tekanan tadi, warnanya harus
kembali dalam kurang dari 3 detik.
PEMERIKSAAN MATA, TELINGA, HIDUNG, MULUT,
DAN LEHER

PEMERIKSAA
N
MATA

• Inspeksi: dimulai dari garis kulit kepala dan tentukan apakah mereka


dalam posisi normal (kesimetrisan kedua mata), mata harus dapat
membuka dan menutup secara total, tepi mata harus berwarna merah
muda dan bulu mata mengarah ke atas, lihat iris yang harus tampak datar
dan berukuran, berwarna serta berbentuk sama. Periksa kornea dengan
menyinari mata dengan senter pena, pertama dari setiap sisi dan
kemudian langsung dari depan. Inspeksi konjungtiva dengan meminta
pasien untuk melihat ke atas, pelan-pelan tarik kelopak mata bawah ke
arah bawah, konjungtiva harus terlihat jernih dan bersinar dengan warna
merah muda. Serta lihat sclera yang normalnya tampak berwarna putih.
Untuk mengetes ketajaman mata digunakan snellen card atau rosenbaum
card (dalam bentuk angka).
Pemeriksaan Hidung
Pemeriksaan Telinga 
• Inspeksi  : hidung eksternal
• Inpeksi : perhatikan bentuk dan (perhatikan posisi, kesimetrisan, dan
kesimetrisan telinga. Inspeksi warna hidung pasien), rongga
aurikula untuk mencari apakah ada hidung (perhatikan apakah ada
lesi, secret, atau kemerahan. Tarik pendarahan, sekret, dan
heliks ke belakang dan perhatikan pembesaran lubang hidung ) bila
apakah terasa nyeri atau tidak . ada secret perhatikan warna,
Inspeksi lubang saluran telingan kuantitas dan konsistensinya, bila
apakah ada sekret , kemerahan, ada pembesaran lubang hidung cari
dan bau, serta serumen (kotoran tanda-tanda lain kesulitan bernapas,
telinga), dan memakai alat bantu hidung internal (perhatikan apakah
dengar atau tidak ada kemerahan, lesi, dan tanda-
• Palpasi : area mastoid di belakang tanda infeksi). Karena normalnya
setiap aurikula, perhatikan apakah hidung itu simetris, warna sama
ada nyeri tekan. Untuk mengetes dengan warna kulit lain, tidak ada
pendengaraan lakukan tes weber lesi, tidak ada sumbatan, perdarahan
dan tes rinne, perhatikan apakah dan tanda-tanda infeksi.
pendengaran pasien normal • Palpasi  dan Perkusi frontalis dan,
ataukah masuk pada kategori tuli maksilaris  apakah terdapat
konduktif atau tuli sensori pembengkakan dan nyeri tekan.
Pemeriksaan Mulut

• Inpeksi dan Palpasi : inpeksi bibir pasien, pakai sarung tangan


dan palpasi bibir untuk mencari apakah ada benjolan atau kelainan
pada permukannya. Inspeksi gigi, perhatikan kondisi gigi dan
apakah ada gigi yang hilang atau tidak, bila pasien memakai gigi
palsu perhatikan pas tidaknya lalu periksa gusi di bawahnya.
Normalnya untuk
• Bibir : merah muda, lembab, dan simetris; warna kebiruan atau
bintik-bintik pigmentasi dapat muncul pada pasien berkulit hitam.
• Mukosa mulut : merah muda, licin, dan lembab .
• Gusi : merah muda dan lembab dengan tepi yang tegas pada setiap
gigi

Pemeriksaan Leher

• Inspeksi : perhatikan leher pasien. Harus simetris dan kulitnya kencang.


Perhatikan apakah ada jaringan parut , denyut nadi yang terlihat, massa, atau
pembengkakan
• Palpasi : mintalah pasien untuk menelan, sambil meraba ismus tiroid, yang
harus naik saat menelan. Geser tiroid ke kanan lalu ke kiri, palpasi kedua lobus
untuk mencari apakah ada pembesaran, nyeri tekan atau sensai berpasir.
Periksa jarak antara tepi luar trakea dan otot sternokleidomastoideus, periksa
jarak pada sisi lainnya dan bandingkan keduanya harus sama.
SISTEM
PERNAPASAN

Perhatikan pernapasan pasien: hitung frekuensi pernapasan,


normalnya 16-20x/menit, perhatikan pola pernapasan harus
seimbang, kemudian penggunaan otot-otot tambahan yang sering
dapat merupakan tanda adanya gangguan pernapasan. Perhatikan
INPEKSI toraks harus simetris, peerhatikan apakah ada massa, perubahan
warna pada kulit yang menandakan trauma atau operasi, perhatikan
batas kosta (sudut antara iga dan sternum pada titik tepat di atas
prosesus xiphoideus)

Palpasi untuk mencari apakah ada nyeri tekan. Rabalah dengan jari-
jari seluruh sangkar iga dan jaringan parut, benjolan , lesi, serta otot
harus terasa padat dan licin. periksa tractile fremitus. (perawat
PALPASI berdiri dibelakang pasien, instruksikan pasien untuk mengucapkan
angka “tujuh-tujuh” atau “enam-enam” sambil melakukan perabaan
dengan kedua telapak tangan pada punggung pasien) normalnya
taktil fremitus cendrung sebelah kanan lebih teraba jelas.
Gunakan ujung jari tengah dari tangan yang dominan untuk
mengetuk jari tengah tangan yang lainnya tepat di bawah sendi
PERKUSI distal (yang terjauh) : perkusi toraks membantu menentukan batas
paru-paru dan apakah paru-paru terisi dengan udara, cairan atau
bahan padat.

Auskultasi paru, bedakan antara bunyi pernapasan normal


dengan yang tidak normal. Ada 4 jenis bunyi pernapasan pada
paru-paru yang normal:
1. Vesikuler : memanjang selama inspirasi dan memendek
selama ekspirasi
AUSKULTAS
2. bronkial : terdengar keras ketika pasien menghembuskan
I
napas; tidak kontinyu
3. Trakeal : terdengar sangat keras ketika pasien menarik atau
menghembuskan napas
4. Bronkovesikuler : terdengar sedang ketika pasien menarik
atau menghembuskan napas secara kontinyu
SISTEM
KARDIOVASKULER

1. INSPEKSI
Pengamatan pertama mencari ictus cordis, yaitu denyutan dinding thorax karena pukulan
ventrikel kiri pada dinding thorax. Bila normal akan berada di ICS-5 pada linea
medioclavikularis kiri selebar 1 cm saja. Inspeksi ictus cordis sulit didapat pada pasien-
pasien yang gemuk, berotot besar atau kelenjar mammaeyang besar. Dengan mengetahui
letak ictus, secara tidak langsung bias diperroleh gambaran tentag ada tidaknya
pembesaran jantung (pembesaran jantung ictus cordis bias sampe berada di linea axilaris
anterior). Ictus cordis yang sangat nyata/=kuat sesuai juga dengan meningkatkan kerja
ventrikel kiri seperi pada seorang yang sedang sangat berdebar ketakutan atau hipertensi
sistolik.
Bulging precodial (daerah precordial yang lebih menonjol dari dinding thorax yang lain).
Menunjukan kemungkinan pembesaran ventrikel kanan atau aneurysma pangkal aorta.
 
2. PALPASI
Pada ictus cordis meraba ictus cordis dengan telapak jari II-III-
IV(seringkali juga ictus tidak tampak namun bias teraba). Dirasakan kekuatan
pukul dan ditentukan lebarnya ictus cordis yang normal tidak lebih dari 1 cm
persegi.
Kalau teraba lebIh lebar dan pukulannya kuat serta letaknya bergeser
kekiri hal ini sesuai dengan Hipertrifi Ventrikel Kiri (misalnya karena
Hipertensi yang lama). Sedangkan Hipertrofi Ventrikel Kanan akan
menimbulkan gerakn naik turun didaerah linea sternalis kiri. Keadaan ini
disebut Rigth Ventricular Lift/=Heaving.
Hitung frekuensi jantung/= hear rate(HR)
Pada palpasi dihitung frekuensi jantung (HR) selama 1 menit penuh serta
diamati teratur tidaknya denyut jantung. Kemudian membandinkan HRdengan
frekuensi nadi yang telah kita hitang sebelumnya (atau lebih tepat bersamaan
waktu bila ada pemeriksaan lain yang membantu). Bila ternyata ada
perbedaan jumlah denyut nadi dengan HR . Hal ini sesuai dengan adanya
Fibrilasi Atrium .
  Memeriksa ada tidaknya thrill, yaitu getaran ictus cordis, tidak lain ini
adalah murmur (pada auskultasi) derajat 5-6 yang karena kers/kasarnya dapat
kita raba.
3. PERKUSI
Pada pemeriksaan perkusi ditentukan batas-batas jantung, karena daerah
jantung terdengar pekak. Dengan demikian, dapat ditentukan ukuran jantung
apakah lebih besar dari pada batas-batas normal ataukah tidak membesar.
Pembesaran jantung yang dapat diperiksa dengan perrkusi adalah pembesaran
ventrrikel kiri, yaitu dapat membessar kekiri agak ke bawah.
Pembesaran ventrikel kanan kurang dapat ditentukan dengan perkusi karena
pembesarannya lebih ke arah antero posterior. Perkusi pada pasien gemuk atau
sangat berotot akan menyulitkan penetuan batas-batas jantung dengan baik. 

4. AUSKULTASI
Auskultasi jantung yaitu mendengar bunyi jantung dengan alat stetoskop. Untuk
itu, diperlukan suasana yang tenang agar bunyi jantung terdengar baik. Kesalahan
terbanyak pada auskultasi adalah ingin mendengar sekaligus/seketika semua bunyi-
bunyi jantung yang semestinya satu demi satu sesuai dengan tempatnya, bunyi
jantung mana yang kita perhatikan. Mula-mula gunakanlah sisi membrane dengan
tekanan kuat untuk mendengar nada-nada yang lebih tinggi, kemudian sisi bell
dengan tekanan ringan untuk mendengar nada-nada yang lebih rendah.
a. Bunyi jantung (BJ)
b. BJ I. adalah bunyi menutupnya katup mitral dan tricuspidalis
c. BJ II. Adalah bunyi menutupnya katup aorta dan pulmonalis
d. Tentang Bunyi Jantung III/BJ III (kalau ada).
BJ III didengar didaerah M.
BJ III terdengar sesudah BJ II dengan jarak cukup jauh. Namun, tidak
melewati separuh fase diastolik, nadanya rendah (sehingga lebih jelas dengan
sisi bell.
PEMERIKSAAN
PAYUDARA DAN
AKSILA

PAYUDARA

1. Inspeksi : perhatikan kulit payudara harus licin tanpa ada lesung dan warnanya
sama dengan kulit lainnya. Periksa apakah ada edema yang dapat menyertai
obstruksi limfe dan menandakan adanya suatu kanker.
Inspeksi putting : perhatikan ukuran dan bentuknya. Ingatlah perkembangan
payudara yang normal selama masa hidup, dan karakteristik payudara akan
berubah bila dalam kehamilan dan penuaan.

2. Palpasi : pilihlah satu metode untuk melakukan palpasi payudara: metode


sirkulai, gerakan jari-jari melingkar secara konsentrik mengelilingi seluruh
payudara. Metode mengapit, gerakan jari-jari dari putting ke arah luar dilakukan di
seluruh bagian payudara. Metode jalur vertikal: gerakan jari-jari ke atas dan ke
bawah pada seluruh payudara dalam garis vertikal. Periksa apakah ada nodul atau
nyeri tekan yang tidak wajar. Palpasi areola dan putting, putting harus terasa kasar,
elastis, dan bundar serta menonjol keluar dari payudara, dan periksa apakah ada
sekret pada putting,
AKSILA

Inspeksi : kulit aksila untuk melihat apakah ada kemerahan, infeksi atau
pigmentasi yang tidak wajar,

Palpasi : tempatkan jari jari tepat di belakan otot pektoralis, mengarah ke


midklavicula. Sapu jari-jari ke bawah menekaan tulang iga dan otot seratus
anterior untuk melakukan palpasi midaksila, atau bagian tengah , kelenjar
getah bening. Rasakan apakah ada nyeri tekan, besar, dan keras. Palpasi aksila
untuk memeriksa ada tidaknya kelenjar getah bening abnormal.
SISTEM
PENCERNAAN

INPEKSI

• Atur posisi yang tepat, yaitu berbaring telentang dengan tangan di kedua
sisi dan sedikit menekuk. Bantal kecil diletakkan di bawah lutut untuk
menyokong dan melemaskan otot-otot abdomen.
• Buka abdomen mulai dari prosesus xifoideus sampai simpisis pubis.
• Amati bentuk perut secara umum, warna kulit, kontur permukaan perut,
(adanya) retraksi, benjolan, (adanya) ketidak simetrisan, jaringan perut,
striae, dll.
• Perhatikan posisi, bentuk, warna, dan (adanya) inflamasi atau
pengeluaran umbilikus.
• Amati gerakan kulit pada perut saat inspirasi dan ekspirasi.
AUSKULTASI

•Letakkan sisi diafragma stetoskop di atas kuadran kanan bawah


pada area sekum, Berikan tekanan yang sangat ringan.
•Minta klien agar tidak berbicara. Mungkin diperlukan 5 menit
secara terus menerus untuk mendengar sebelum pemeriksaan
menentukkan tidak adanya bising usus. Dengarkan bising usus dan
perhatikan frekuensi dan karakternya.
•Jika bising usus tidak mudah terdengar, lanjutkan pemeriksaan
sistematis, dengarkan setiap kuadrat abdomen.
•Catat bising usus apakah terdengar normal, tidak ada hiperaktif
atau hipoaktif.
Perkusi
Mulailah perkusi dari kuadarn kiri bawah kemudian bergerak searah
gerak jarum jam (dari sudut pandang klien).
Perhatikan reaksi klien dan catat jika terdapat keluhan. Ada 2 bunyi
yang normal terdengar saat perkusi yaitu timppani dan pekak

Palpasi

Palpasi perut meliputi sentuhan ringan dan dalam yang membantu:


menentukan ukuran, bentuk, posisi, dan nyeri tekan dari organ utama
perut, serta mendeteksi massa dan kumpulan cairan.
PEMERIKSAAN FISIK
PADA ALAT KELAMIN
1. Pemeriksaan genitalia pada pria
Inspeksi :
• Rambut pubis, perhatikan penyebaran dan pola pertumbuhan rambut pubis. Catat bila rambut pubis
tumbuh sedikit atau tidak sama sekali.
• kulit, ukuran, dan adanya kelainan lain yang tampak pada penis.
• Pada pria yang tidak dikhitan, pegang penis dan buka kulup penis, amati lubang uretra dan kepala penis
untuk mengetahui adanya ulkus, jaringan parut, benjolan, peradangan, dan rabas ( bila pasien
malu,penis dapat dibuka oleh pasien sendiri ). Lubang uretra normalnya terletak di tengah kepala penis.
Pada beberapa kelainan lubang uretra ada yang terletak di bawah batang penis ( hipospadia ) dan ada
yang terletak di atas batang penis (epispadia)
• skotrum dan perhatikan bila ada tanda kemerahan, bengkak, ulkus, eksoriasi, atau nodular. Angkat
skrotrum dan amati area di belakang skrotrum.
 Palpasi :
• untuk mengetahui adanya nyeri tekan, benjolan , dan kemungkinan adanya cairan kental yang keluar.
• stroktum dan testis dengan menggunakan jempol dan tiga jari pertama. Palpasi tiap testis dan
perhatikan ukuran, konstitensi, bentuk, dan kelicinannya.
normalnya teraba elastis, licin, tidak ada benjolan atau massa, dan berukuran sekitar 2-4 cm.
• Palpasi epidemis  yang memanjang dari puncak testis ke belakang.
Normalnya epididimis teraba lunak.
• saluran sperma dengan jempol dan jari telunjuk. Saluran sperma biasanya ditemukan pada puncak
bagian lateral skrotum dan teraba lebih keras daripada epidedimis.
2. Pemeriksaan genetalia pada wanita
Inspeksi dan palpasi :
Pertumbuhan rambut membentuk segitiga diatas perineum dan sepanjang
permukaan medial paha. Kulit perineal sedikit lebih gelap, halus dan
bersih. Membrane tampak merah muda dan lembab. Labia mayora kering /
lembab, dan simetris. Labia minora lebih tipis dan salah satunya
berukuran lebih besar. Klitoris: lebar <1cm dan panjang 2 cm tidak ada
inflamasi, dan nyeri. Pisahkan labia dengan satu tangan dan lakukan
palpasi dengan tangan yang lain (labia harus terasa lunak dan pasien tidak
boleh merasakan nyeri, perhatikan apakah ada pembengkakan, daerah
keras atau nyeri tekan, jika menemukan massa atau lesi, lakukan palpasi
untuk menentukan ukuran, bentuk, dan konsistensi)

3. Inspeksi dan palpasi Rektum :


Kulit perianal utuh, tidak ada benjolan, ruam/inflamasi, Warna lebih gelap
dari jaringan sekitar, Spngter anus memiliki tonus otot yang baik, Dinding
fectum licin dan tidak nyeri, Kelenjar prostate(pria): tidak nyeri, Serviks
(wanita): tidak nyeri, dan licin
PEMERIKSAAN EKSTREMITAS ATAS DAN
EKTREMITAS BAWAH

Ekstremitas Atas

•Inspeksi : bagaimana pergerakan


tangan,dan kekuatan otot
•Palpasi : apakah ada nyeri
Ekstremitas Bawah tekan,massa/benjolan. Motorik:
Inpeksi : Range or Motion (ROM), apakah untuk mengamati besar dan bentuk
bergerak bebas tanpa nyeri/spasme otot/ sendi otot,melakukan pemeriksaan tonus
bengkak/ kontraktur, apakah bergerak terbatas bisa kekuatan otot,dan tes keseimbangan.
karena nyeri, spasme otot, kekuatan otot terhadap
kontraksi otot, rentang gerak penuh dengan
Reflex : memulai reflex fisiologi seperti
melawan gaya gravitasi, kekuatan otot secara biceps dan triceps. Sensorik : apakah
bilateral simetris terhadap tahanan tanaga klien dapat membedakan nyeri,
dorongan, serta tidak ada kontraksi otot
sentuhan,temperature,rasa ,gerak dan
Test refleks patella dan plantar gerakan respon tekanan.
singkat(tidak berlebihan/sangat lambat). Refleks
berupa ekstensi dari tungkai bawah (refleks
patella). Refleks berupa penekukan ibu jari kaki ke
bawah (refleks plantar), perhatikan gerakan
hypoaktif( minim activity) atau hiperaktif ( sangat
cepat)
PENGKAJIAN
KEPERAWATAN
Defenisi Pengkajian Keperawatan

Pengkajian Keperawatan adalah tahap


awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis
dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien
Tujuan Pengkajian
1. Untuk mendapatkan keterangan
sebanyak-banyaknya mengenai penyakit
pasien
2. Membantu menegakkan diagnosa
sementara
3. Menetapkan diagnosa banding
4. Membantu menentukan pelaksanaan
selanjutnya
Macam-Macam Data Keperawatan
Data Dasar : Data Fokus : Data Subjectif :
Data fokus adalah data Data yang merupakan
Data dasar adalah data informasi tentang ungkapan keluhan klien
seluruh informasi status kesehatan klien secara langsung dari klien
tentang status yang menyimpang dari maupun tidak langsung
kesehatan klien. Data keadaan normal. Data melalui orang lain yang
dasar ini meliputi data focus dapat berupa mengetahui keadaan klien
umum, data demografi, ungkapan klien secara langsung dan
riwayat keperawatan, maupun hasil menyampaikan maslaah yang
pola fungsi kesehatan, pemeriksaan langsung. terjadi kepada perawat.
dan pemeriksaan Sebagai perawat, data
ini yang nantinya
mendapat porsi lebih Data Objectif :
banyak menjadi dasar Data yang diperoleh secara
timbulnya masalah langsung melalui observasi
keperawatan dan pemeriksaan pada klien.
Data objectif harus dapat
diukur dan di observasi.
Contohnya : tekana dara
120/80 mmHg, konjungtiva
anemis
Jenis Data Yang Diperlukan Pengkajian

Sumber Data Sekunder :


Sumber Data Primer :
Sumber data sekunder adalah
Klien adalah sebagai sumber data yang diperoleh selain klien,
data primer. Kita sebagai yaitu orang terdekat, orang tua,
perawat dapat menggali suami atau istri, anak, teman
informasi yang sebenarnya klien, jika klien mengalami
mengenai masalah kesehatan gangguan keterbatasan dalam
klien. berkomunikasi atau kesadaran
yang menurun
JENIS DATA LAIN YANG
DIPERLUKAN PENGKAJIAN

1. Catatan medis dan anggota tim


2. Kesehatan lainnya
3. Riwayat penyakit
4. Konsultasi
5. Hasil pemeriksaan diagnostik
Teknik Pengumpulan Data
Keperawatan

1. Tahap Anamnesis
Anamnesis adalah suatu proses tanya
ajwab atau komunikasi untuk mengajak
klien dn keluarga bertukar pikiran dan
perasaan. Mencakup keterampilan verbal
dan non verbal, empati, rasa kepedulian
yang tinggi.
Tujuan Anamnesis
1. Untuk mendapatkan keterangan
sebanyak-banyaknya mengenai
penyakit pasien
2. Membantu menegakka diagnosa
sementara
3. Menetapkan diagnosa banding
4. Membantu menentukan
penatalaksanaan selanjutnya
Langkah-Langkah Anamnesis
1. Mula-mula dipastikan identitas pasien
dengan lengkap (informasi biografi)
2. Keluhan utama
3. Riwayat kesehata saat ini
4. Riwayat penyakit terdahulu
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai