Anda di halaman 1dari 4

PEMERIKSAAN FISIK

Bentuk Normocephal Kulit keriput, distensi (-), pelebaran vena colateral (-),
inspeksi Kaput medusa (-), massa (-), darm contour (-), darm
Pergerakan Dalam batas normal steifung (-)
Kepala dan Mata konjungtiva anemis -/-, sclera -/-
leher auskultasi BU (+) menurun
Mulut dan Gigi mukosa oral basah, caries dentis (+) Timpani (+), pekak hepar menghilang, pemeriksaan
perkusi
Leher tidak teraba massa, pembesaran KGB (-) Abdomen undulasi (-), Shifting Dullness (-)

Abdomen distensi (-), massa (-), hepar tak teraba, lien


tak teraba, defans muscular (+) seluruh kuadran, nyeri
Thoraks Pulmo Cor palpasi tekan (+), nyeri lepas (+), Psoas sign (+), Obturator
Bentuk simetris, gerakan sign (+), Rovsing sign (+)
Inspeksi dinding dada simetris Ictus cordis tidak tampak

vocal fremitus Ictus cordis teraba ICS V


palpasi dextra+sinitra normal, nyeri inspeksi Hernia (-), Massa (-).
linea midclavikularis sinistra
tekan (-)
Inguinal palpasi Teraba denyut arteri femoralis (+), Hernia (-),
massa (-), nyeri tekan (-)
Batas kanan jantung pada
Sonor pada kedua lapangan ICS III linea parasternal Rectal toucher tidak dilakukan
perkusi
paru. dextra, batas kiri pada ICS V
linea midklavikularis sinistra
Ekstremitas superior inferior
Vesikuler +/+, ronki -/-, S1S2 tunggal reguler, edema (-/-) (-/-)
auskultasi
whezing -/- murmur (-), gallop (-) sianosis (-/-) (-/-)
Mammae hiperpigmentasi areola +/+, retraksi putting -/- CRT < 2 detik < 2 detik
ETIOLOGI

Peritonitis Primer (Spontaneus)

Disebabkan oleh invasi hematogen dari organ peritoneal yang langsung dari rongga peritoneum. Banyak terjadi pada penderita, seperti sirosis
hepatis dengan asites, nefrosis, SLE, bronkopnemonia dan TBC paru dan pyelonefritis.

Peritonitis Sekunder (Supurativa)

Peritonitis yang mengikuti suatu infeksi akut atau perforasi tractus gastrointestinal atau tractus urinarius. Bakteri anaerob, khususnya spesies
Bacteroides, dapat memperbesar pengaruh bakteri aerob dalam menimbulkan infeksi. Luas dan lama kontaminasi suatu bakteri dapat memperberat suatu
peritonitis, dan disebabkan oleh infeksi akut dari organ intraperitoneal seperti:
• Iritasi kimiawi : Perforasi gaster, pankreas, kandung empedu, hepar, lien, kehamilan extra tuba yang pecah
• Iritasi bakteri : Perforasi kolon, usus halus, appendix, kista ovarii pecah, ruptur buli dan ginjal.
• Luka/trauma penetrasi, yang membawa kuman dari luar masuk ke dalam cavum peritoneal.

Peritonitis Tersier
Peritoniti s yang mendapat terapi ti dak adekuat, superinfeksi kuman, dan akibat tindakan operasi sebelumnya
PEMERIKSAAN FISIK

AUSKULTASI PERKUSI
INSPEKSI
• Hampir tidak terdengar suara bising • Hilangnya pekak hepar merupakan tanda dari adanya perforasi
• Ditemukasn distensi abdomen
usus pada peritonitis berat dengan intestinal, hal ini menandakan adanya udara bebas dalam cavum
• Dapat juga tidak adanya distensi
ileus. peritoneum yang berasal dari intestinal yang mengalami perforasi.
abdomen pada awal perjalanan
• Ketika suara bernada tinggi tiba-tiba Biasanya ini merupakan tanda awal dari peritonitis.
penyakit, karena dalam 2-3 hari
hilang pada abdomen akut, • Jika terjadi pneumoperitoneum karena rupture dari organ
baru terdapat tanda-tanda distensi
penyebabnya kemungkinan adalah berongga, udara akan menumpuk di bagian kanan abdomen di
abdomen.
perforasi dari usus yang mengalami bawah diafragma, sehingga akan ditemukan pekak hepar yang
• Hal ini terjadi akibat penumpukan
strangulasi. menghilang.
dari cairan eksudat tapi
kebanyakan distensi abdomen
PALPASI
terjadi akibat ileus paralitik.
• Adanya nyeri tekan yang menetap lebih dari satu titik
• Pada stadium lanjut nyeri tekan akan menjadi lebih luas dan biasanya didapatkan spasme otot abdomen secara
involunter
• Nyeri tekan lepas timbul akibat iritasi dari peritoneum oleh suatu proses inflamasi
• Nyeri tekan lepas hanya dapat terlokalisir pada daerah tersebut atau menjalar ke titik peradangan yang maksimal
• Pada peritonitis, reflek spasme otot menjadi sangat berat seperti papan. Dimana otot dinding perut melakukan
spasme secara involunter sebagai mekanisme pertahanan
DAFTAR PUSTAKA
ETIOLOGI
Schwartz, Shires, Spencer. Peritonitis dan Abses Intraabdomen dalam Intisari Prinsip – Prinsip Ilmu Bedah. Edisi 6. Jakarta : EGC. 2000.
Schrock. T. R.. Peritonitis dan Massa abdominal dalam Ilmu Bedah, Ed.7, alih bahasa dr. Petrus Lukmanto, EGC, Jakarta. 2000.
Arief M, Suprohaita, Wahyu.I.K, Wieiek S, 2000, Bedah Digestif, dalam Kapita Selekta Kedokteran, Ed:3; Jilid: 2; p 302-321, Media Aesculapius FKUI,
Jakarta.
Wim de jong, Sjamsuhidayat.R, Gawat Abdomen, dalam Buku ajar Ilmu Bedah; 221-239, EGC, Jakarta. 1997
PEMERIKSAAN FISIK
Cole et al. 1970. Cole and Zollinger Textbook of Surgery 9th Edition. Appelton-Century Corp, Hal 784-795
Schwartz, Shires, Spencer. Peritonitis dan Abses Intraabdomen dalam Intisari Prinsip – Prinsip Ilmu Bedah. Edisi 6. Jakarta : EGC. 2000.

Anda mungkin juga menyukai