Pembimbing:
dr. H. Rusdi Effendi, SpKJ
Oleh:
Yuliana Wahyuni
• Pasien menunjukkan tema waham yang tidak memenuhi salah satu waham diatas. Sebagai
contoh misidentifikasi sindroma, seperti sindroma Capgras, yaitu keadaan yang
dikarakteristikan dimana pasien percaya bahwa anggota keluarganya telah di gantikan dengan
seorang penipu ulung.
Diagnosis
Dalam mendiagnosa suatu gangguan waham menetap, dapat
digunakan kriteria berdasarkan DSM-IV-TR, yaitu :
Waham yang tidak aneh (nonbizzare) selama sekurangnya 1 bulan.
Kriteria A untuk skizofrenia tidak terpenuhi (pasien tidak
menunjukkan gejala halusinasi yang dominan, bicara
terdisorganisasi, gejala negatif seperti afek datar). Catatan :
halusinasi taktil dan cium mungkin ditemukan pada gangguan
delusional jika berhubungan dengan waham.
Terlepas dari gangguan waham atau percabangannya, fungsi
keseluruhan tidak tampak terganggu dan perilaku tidak aneh atau
kacau.
Jika episode mood telah terjadi bersama dengan waham, durasinya
relatif singkat dibandingkan lama periode waham.
Gangguan bukanlah karena efek fisiologis langsung dari suatu zat
atau suatu kondisi medis umum.
Diagnosis Banding
Diagnosis banding yang paling mendekati gangguan waham
menetap adalah skizofrenia tipe paranoid. Dimana, hal yang
membedakannya dengan gangguan waham menetap adalah kualitas
waham. Menurut PPDGJ III, pedoman diagnostik Skizofrenia tipe
paranoid adalah sebagai berikut :
• Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.
• Sebagai tambahan :
– Halusinasi dan/atau waham harus menonjol : halusinasi auditorik, halusinasi
pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual atau lain-lain
perasaan tubuh, waham dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi
(delusion of influence) atau “passivity” (delusion of passivity) dan keyakinan
dikejar-kejar yang beraneka ragam adalah yang paling khas.
– Gangguan afektif, dorongan kehendak, dan pembicaraan serta gejala
katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol.
Penatalaksanaan
A. Perawatan di Rumah Sakit
Pada umumnya pasien dengan gangguan waham menetap dapat diobati atas dasar
rawat jalan. Tetapi klinisi harus mempertimbangkan beberapa hal, yaitu:
• diperlukan pemeriksaan medis dan neurologis pada diri pasien untuk menentukan
apakah terdapat kondisi medis nonpsikiatrik yang menyebabkan penyakit ini.
• pasien perlu diperiksa tentang kemampuannya mengendalikan impuls kekerasan yang
mungkin berhubungan dengan waham.
• perilaku tentang waham mungkin secara bermakna telah mempengaruhi
kemampuannya untuk berfungsi didalam keluarga atau pekerjaannya.
B. Farmakoterapi
Beberapa peneliti telah menyatakan bahwa Pimozide mungkin efektif pada gangguan
waham menetap tipe somatik. Terapi kombinasi sering dilakukan, termasuk mengkombinasi obat
antipsikotik dengan antidepresan. Secara keseluruhan, penderita gangguan waham menetap
sangat berespon terhadap pengobatan (antipsikosik) yang diberikan, dimana 50% dilaporkan
sembuh dari gejalanya, 90% menunjukkan adanya perubahan dari klinisnya.
C. Psikoterapi
Memberikan informasi dan edukasi yang benar mengenai penyakit pasien, sehingga
diharapkan keluarga dapat menerima pasien dan mendukungnya ke arah penyembuhan.
Memberitahukan kepada keluarga untuk tidak memberikan tekanan emosional kepada pasien.
Selain itu, keluarga juga diharapkan mampu mengawasi kepatuhan pasien untuk kontrol minum
obat, dan meminta keluarga untuk lebih mendengarkan dan berkomunikasi dengan pasien.
Tanda terapi yang berhasil mungkin adalah suatu kepuasan penyesuaian sosial.
Prognosis
Gangguan waham menetap diperkirakan merupakan diagnosis yang
cukup stabil. Kurang dari 25% dari semua pasien gangguan waham
menetap menjadi skizofrenia. Kira-kira 50% pasien pulih pada follow up
jangka panjang, 20% lainnya mengalami penurunan gejalanya dan 30%
lainnya tidak mengalami perubahan pada gejalanya.
Kesimpulan
Gangguan waham menetap didefinisikan sebagai suatu gangguan psikiatrik yang tidak diketahui
penyebabnya dan memiliki gejala utama adalah waham. Penyebab terjadinya gangguan waham menetap
masih belum diketahui. Namun, terdapat beberapa pendapat, yaitu faktor genetik dan faktor biologi.
Penderita gangguan waham menetap umumnya memiliki status mental, sensorium dan kognisi yang baik.
Terdapat tujuh tipe gangguan waham menetap, diantaranya adalah tipe kejar, tipe erotomanik, tipe
kebesaran, tipe cemburu, tipe somatik, tipe campuran dan tipe tidak tidak ditentukan. Tipe kejar dan tipe
cemburu merupakan tipe gangguan waham menetap yang paling sering dijumpai, tipe kebesaran tidak
begitu sering, tipe erotomanik dan tipe somatik merupakan tipe yang paling jarang terjadi.
Dalam menentukan diagnosa gangguan waham menetap, dapat dipakai kriteria yang diadaptasi dari
DSM-IV-TR. Diagnosa banding yang paling mendekati gangguan waham menetap adalah skizofrenia tipe
paranoid, dimana yang membedakannya adalah kualitas dari wahamnya.
Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada penderita gangguan waham menetap adalah perawatan
rumah sakit, farmakoterapi, psikoterapi, faktor psikodinamik dan terapi keluarga. Gangguan waham
menetap memiliki prognosa yang bisa dikatakan baik, karena kurang dari 50% penderitanya dapat sembuh
dengan follow up jangka panjang.
Daftar Pustaka
• Aziza, M.M. 2016. Gangguan Waham Menetap. Sumatra
Utara : Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati
• Kusumawarhani, Husin, Adikusomo, et al. 2013. Buku Ajar :
Psikiatri Edisi Dua. Jakarta : FKUI
• Maslim, Rusli. 2013. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa
Rujukan Ringkas dari PPDGJ III. Jakarta : PT.Nuh Raya
• Sadock, Benjamin J, Virginia A, et al. 2007. Synopsis Of
Psychiatry : Behavioral Science/Clinical Psychiatry 10th
Edition. Philadelphia : Lippincot Williams & Wilkins. P.506-
514
• Sadock B, Sadock V.A, Kaplan & Sadock. 2010. Buku Ajar
Psikiatri Klinis, Edisi 2. Jakarta : EGC
TERIMA KASIH