PERITONITIS
et causa PERFORASI GASTER
Pembimbing :
Dr. Amir S Lubis, Sp.B
Disusun Oleh :
Devi Kharisma Widianingtyas
KATA PENGANTAR
Penyusun
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS PASIEN
Nama
: NY. S
Jenis Kelamin
: Perempuan
Usia
: 65 tahun
Pekerjaan
:-
Agama
: Islam
Alamat
Tanggal MRS
: 21 Mei 2015
Tanggal Pengkajian
: 22 Mei 2015
Dua hari kemudian, pasien datang diantar oleh keluarganya dengan keluhan yang
sama namun nyeri disarakan semakin memberat. Nyeri dirasakan diseluruh lapang
perut seperti ditikam pisau dan perut terasa seperti tegang. Nyeri dirasakan terus
menerus, memberat bila pasien bergerak, bernapas, batuk atau mengedan. Selain nyeri,
pasien juga mengeluh badan terasa lemas dan nafsu makan menurun, mual, muntah dan
pusing, demam. BAB dan BAK dalam batas normal.
Riwayat Pengobatan
- Pengobatan DM
- Pasien sering mengkonsumsis obat penghilang nyeri
Kesadaran
: Compos Mentis
GCS
: E4V5M6
Vital sign
Tekanan Darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 85 x/menit
Frekuensi napas
: 20 x/menit
Suhu
: 37,5 C
: Normocephal
: dalam batas normal
Mata
Leher
Thorax
Pulmo :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Cor :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Abdomen
Inspeksi
Kaput medusa (-), massa (-), darm contour (-), darm steifung (-).
Auskultasi
: BU (+) menurun
Perkusi
tak teraba, defans muscular (+) seluruh kuadran, nyeri tekan +, nyeri
lepas (+) Psoas sign (+). Obturator sign (+), Rovsing sign (+)
Inguinal
Inspeksi
Palpasi
Ekstremitas
Superior
Inferior
Edema -/-
Edema -/-
Sianosis -/-
Sianosis -/-
c. Status Lokalis
Regio
Abdomen
Inspeksi
Kulit keriput, distensi (-), pelebaran vena colateral (-), Kaput medusa (-), massa (-),
darm contour (-), darm steifung (-).
Auskultasi
BU (+) menurun
Perkusi
Timpani (+), pekak hepar menghilang, pemeriksaan undulasi (-), Shifting Dullness (-).
Palpasi
Abdomen distensi (-), massa (-), hepar tak teraba, lien tak teraba, defans muscular (+)
seluruh kuadran, nyeri tekan +, nyeri lepas (+) Psoas sign (+). Obturator sign (+),
Rovsing sign (+)
4. RESUME
Pasien perempuan, 65 tahun diantar oleh keluarganya dengan keluhan nyeri perut
diseluruh lapang perut seperti ditikam pisau dan perut terasa seperti tegang. Nyeri dirasakan
terus menerus, memberat bila pasien bergerak, bernapas, batuk atau mengedan. Selain nyeri,
pasien juga mengeluh badan terasa lemas dan nafsu makan menurun, mual, muntah dan
pusing, demam. 1 minggu SMRS pasien pernah dirawat dengan diagnosis apendisitis akut.
5. DIAGNOSIS :
Diagnosis Sementara : Peritonitis et causa susp. Appendisitis Perforasi + DM tipe II
6. DIAGNOSIS BANDING
1. Peritonitis et causa Peritonitis Generalisata et causa Perforasi Gaster
2. Pankreatitis Akut
7. RENCANA PEMERIKSAAN ;
a. Labolatorium: Cek Darah Lengkap, Liver Function Test, Amilase darah, GDS, BT, CT.
b. Foto abdomen tiga posisi
c. Foto Rotgen Thorax
8. HASIL PEMERIKSAAN
a. Hemotologi
Pemeriksaan
Hb
RBC
HCT
MCV
MCH
MCHC
WBC
PLT
21/05/2015
8.1
2.92
26
88
28
31
7.83
709
22/05/2015
10.7
3.69
32
87
29
33
18,91
442
Satuan
g/dL
106/ul
%
fL
Pg
g/dL
Ribu/ul
Ribu/ul
Rujukan
11.7-15.5
3.8-5.2
35-47
80-100
26-36
32-36
1.6-11
150-440
b. Kimia Klinik
Pemeriksaan
GDS
Keton darah
BT
21/05/2015
309
negatif
23/05/2015
224
3 menit ( 1-3 menit)
CT
c. Elektrolit
Pemeriksaan
Natrium Darah
Kalium Darah
Klorida (Cl)
21/05/2015
138 (135-147)
3.5 ( 3.5-5)
98 (94-111)
Satuan
mEq/L
mEq/L
mEq/L
bawah kanan.
Tulang dada normal.
Kesan : penebalan pelura kanan
9. RENCANA TERAPI
a. Terapi Simptomatik
Observasi keadaan umum dan vital sign
Pasang NGT, DC, Puasa
IVFD NaCl 0,9 % 20 tpm
Inj Ketorolac 1 ampul / 12 jam
Inj Ranitidin 1 ampul / 12 jam
Meropenem 3x1 gr
Metformin 500 mg 2x1
10. PROGNOSIS
Ad vitam: Dubia ad bonam
Ad functionam: Dubia ad bonam
ANALISA KASUS
Pada anamnesis ditemukan pasien mengeluh nyeri perut seperti ditikam pisau yang
dirasakan diseluruh lapang perut, mual, muntah, serta demam.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan auskultasi BU (+) menurun, perkusi timpani (+),
pekak hepar menghilang, Abdomen distensi (-), massa (-), hepar tak teraba, lien tak
teraba, defans muscular (+) seluruh kuadran, nyeri tekan +, nyeri lepas (+) Psoas
sign (+). Obturator sign (+), Rovsing sign (+).
Pada pemeriksaan radiologi yaitu pada foto abdomen 3 posisi, ditemukan kesan free
air subdigfragma kanan ec susp. Perforasi usus/apendiks
Diagnosis dari peritonitis dapat ditegakkan dengan adanya gambaran klinis,
berupa nyeri jika digerakkan seperti palpasi, nyeri tekan lepas, tes psoas, atau tes
lainnya.
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan adanya lekositosis, hematokrit yang
meningkat dan asidosis metabolik.
Gambaran radiologis peritonitis karena perforasi dapat dilihat pada pemeriksaan
foto polos abdomen 3 posisi. Pada dugaan perforasi apakah karena ulkus peptikum,
pecahnya usus buntu atau karena sebab lain, tanda utama radiologi adalah :3
Posisi tiduran, didapatkan preperitonial fat menghilang, psoas line menghilang, dan
kekaburan pada cavum abdomen.
Posisi duduk atau berdiri, didapatkan free air subdiafragma berbentuk bulan sabit
(semilunair shadow).
Posisi LLD, didapatkan free air intra peritonial pada daerah perut yang paling tinggi.
Letaknya antara hati dengan dinding abdomen atau antara pelvis dengan dinding
abdomen.
Jadi gambaran radiologis pada peritonitis yaitu adanya kekaburan pada cavum
abdomen, preperitonial fat dan psoas line menghilang, dan adanya udara bebas
subdiafragma atau intra peritoneal.
Pada pemeriksaan radiologi yaitu pada foto abdomen 3 posisi, ditemukan kesan free
air subdigfragma kanan ec susp. Perforasi usus/apendiks.
Cedera tembus yang mengenai dada bagian bawah atau perut (contoh: trauma
tertusuk pisau)
Trauma tumpul perut yang mengenai lambung. Lebih sering ditemukan pada
appendicitis
akut,
perforasi usus pada pasien yang lebih tua dan berhubungan dengan hasil akhir
yang buruk.
Luka usus yang berhubungan dengan endoscopic : luka dapat terjadi oleh ERCP
dan colonoscopy.
sering tidak terduga terjadi pada saat kondisi pasien mulai membaik.
Penyakit inflamasi usus : perforasi usus dapat muncul pada paien dengan colitis
ulceratif akut, dan perforasi ileum terminal dapat muncul pada pasien dengan
Crohns disease.
Perforasi sekunder dari iskemik usus (colitis iskemik) dapat timbul.
Perforasi usus dapat terjadi karena keganasan didalam perut atau limphoma
Radiotherapi dari keganasan cervik dan keganasan intra abdominal lainnya dapat
berhubungan dengan komplikasi lanjut, termasuk obstruksi usus dan perforasi
usus.
Benda asing ( misalnya tusuk gigi atau jarum pentul) dapat menyebabkan
perforasi oesophagus, gaster, atau usus kecil dengan infeksi intra abdomen,
peritonitis, dan sepsis.
dibutuhkan agen inotropik disamping pemberian cairan. Antibiotik diberikan selama 1014 hari, bergantung pada keparahan peritonitis. Respon klinis yang baik ditandai dengan
produksi urin yang normal, penurunan demam dan leukositosis, ileus menurun, dan
keadaan umum membaik. Tingkat kesembuhan bervariasi tergantung pada durasi dan
keparahan peritonitis. Pelepasan kateter (arterial, CVP, urin, nasogastric) lebih awal
dapat menurunkan resiko infeksi sekunder (Doherty, 2006).
Risiko Komplikasi
Pada Kasus ini, risiko komplikasi postoperatif sering terjadi dan umumnya
dibagi menjadi komplikasi lokal dan sistemik. Infeksi pada luka dalam, abses residual
dan sepsis intraperitoneal, pembentukan fistula biasanya muncul pada akhir minggu
pertama postoperasi. Demam tinggi yang persisten, edema generalisata, peningkatan
distensi abdomen, apatis yang berkepanjangan merupakan indikator adanya infeksi
abdomen residual. Hal ini membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut misalnya CT-Scan
abdomen. Sepsis yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kegagalan organ yang
multipel yaitu organ respirasi, ginjal, hepar, perdarahan, dan sistem imun. (Doherty,
2006)
Prognosis Kasus
Prognosis untuk peritonitis lokal dan ringan adalah baik, sedangkan pada
peritonitis umum prognosisnya mematikan akibat organisme virulen.
Tingkat mortalitas dari peritonitis generalisata adalah sekitar 40%. Faktor-faktor
yang mempengaruhi tingginya tingkat mortalitas antara lain tipe penyakit primer dan
durasinya, keterlibatan kegagalan organ multipel sebelum pengobatan, serta usia dan
kondisi kesehatan awal pasien. Tingkat mortalitas sekitar 10% pada pasien dengan ulkus
perforata atau apendisitis, pada usia muda, pada pasien dengan sedikit kontaminasi
bakteri, dan pada pasien yang terdiagnosis lebih awal (Doherty, 2006).
DAFTAR PUSTAKA
Arief M, Suprohaita, Wahyu.I.K, Wieiek S, 2000, Bedah Digestif, dalam Kapita Selekta
Kedokteran, Ed:3; Jilid: 2; p 302-321, Media Aesculapius FKUI, Jakarta.
Brian, J. 2011, Peritonitis and Abdominal Sepsis. Diakses pada 12 Desember
2014 .http://emedicine.medscape.com/article/180234-overview#aw2aab6b2b4aa
Doherty, Gerard. 2006. Peritoneal Cavity in Current Surgical Diagnosis & Treatment
12ed. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Fauci et al, 2008, Harrisons Principal Of Internal Medicine Volume 1, McGraw Hill,
Peritonitis halaman 808-810, 1916-1917
Pieter, John, editor : Sjamsuhidajat,R. dan De Jong, Wim, Bab 31 : Lambung dan
Duodenum,
Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, EGC : Jakarta, 2004. Hal. 541-59.