Anda di halaman 1dari 14

Perdarahan Pasca Persalinan : Atonia Uteri

Kelompok 10 :

1. AULIA REZA

2. VINNA AFNI NOVITA


3. NIKEN SEPTRI
A. PERDARAHAN POSPARTUM

Perdarahan postpartum adalah perdarahan berlebihan


yang terjadi setelah melahirkan. Selain menandakan ada
yang tidak normal pada tubuh, kondisi ini juga berisiko fatal
hingga mengancam nyawa ibu.Setelah melahirkan sang
bayi, tubuh akan mengeluarkan plasenta. Ketika itu terjadi,
rahim harus melakukan kontraksi kuat guna melepaskan
plasenta yang menempel pada dinding rahim.
Proses inilah yang membuat perdarahan postpartum alias
perdarahan setelah melahirkan. Pasalnya saat plasenta
terlepas darah dalam rahim akan terbuka.
B.ATONIA UTERI
1.pengertian atnia uteri

Atonia uteri (relaksasi otot uterus) adalah uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik
setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir). Atonia uteri adalah
kegagalan serabut-serabut otot myometrium uterus untuk berkontraksi dan memendek.

Atonia Uteri adalah suatu kondisi dimana Myometrium tidak dapat berkontraksi dan
bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi
tidak terkendali.Perdarahan obstetri sering disebabkan oleh kegagalan uterus untuk
berkontraksi secara memadai setelah pelahiran. Pada banyak kasus, perdarahan
postpartum dapat diperkirakan jauh sebelum pelahiran.

Contoh-contoh ketika trauma dapat menyebabkan perdarahan postpartum anatara


lain pelahiran janin besar, pelahiran dengan forseps tengah, rotasi forseps, setiap
manipulasi intrauterus, dan mungkin persalinan pervaginam setelah seksio sesarea
(VBAC) atau insisi uterus lainnya.
Lanjutan…
2. Faktor penyebab terjadinya atonia uteri
Beberapa faktor Predisposisi yang terkait dengan perdarahan pasca persalinan yang disebabkan oleh Atonia Uteri, diantaranya
adalah :
a.Uterus membesar lebih dari normal selama kehamilan, diantaranya :
• Jumlah air ketuban yang berlebihan (Polihidramnion)
• Kehamilan gemelli
• Janin besar (makrosomia)
b. Kala satu atau kala 2 memanjang
c. Persalinan cepat (partus presipitatus)
d. Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin
e. Infeksi intrapartum
f. Multiparitas tinggi
g. Magnesium sulfat yang digunakan untuk mengendalikan kejang pada preeklamsia atau eklamsia.
h. Umur yang terlalu tua atau terlalu muda(<20 tahun dan >35 tahun)
i. Malnutrisi
j. Kesalahan penanganan dalam usaha melahirkan plasenta
k. Ibu dengan keadaan umum jelek, anemis, atau menderita penyakit menahun
l. Ada riwayat pernah atonia uetri sebelumnya
m. Kehamilan grande-multipara
n. Kelainan uterus
o. Riwayat peradarahan pasca persalinan atau riwayat plasenta manual
p. Tindakan opertaif dengan anstesi umum yang terlau dalam
q. Partus lama
r. Hipertensi dalam kehamilan
3.Tanda dan gejala atonia uteri
1. Perdarahan pervaginam
Perdarahan yang sangat banyak dan darah tidak merembes. Peristiwa sering terjadi pada
kondisi ini adalah darah keluar disertai gumpalan disebabkan tromboplastin sudah tidak
mampu lagi sebagai anti pembeku darah
2. Konsistensi rahim lunak
Gejala ini merupakan gejala terpenting/khas atonia dan yang membedakan atonia dengan
penyebab perdarahan yang lainnya
3. Fundus uteri naik
4. Terdapat tanda-tanda syok
a. nadi cepat dan lemah (110 kali/ menit atau lebih)
b. tekanan darah sangat rendah : tekanan sistolik < 90 mmHg
c. pucat
d. keriangat/ kulit terasa dingin dan lembap
e. pernafasan cepat frekuensi 30 kali/ menit atau lebih
f. gelisah, binggung atau kehilangan kesadaran
g. urine yang sedikit ( < 30 cc/ jam)
4. Diagnosis
Diagnosis ditegakan bila setelah bayi dan plasenta lahir
ternyata perdarahan masih aktif dan banyak, bergumpal
dan pada palpasi didapatkan fundus uteri masih setinggi
pusat atau lebih dengan kontraksi yang lembek.
Perlu diperhatikan bahwa pada saat atonia uteri
didiagnosis, maka pada saat itu juga masih ada darah
sebanyak 500-1000 cc yang sudah keluar dari pembuluh
darah, tetapi masih terperangkap dalam uterus dan harus
diperhitungkan dalam kalkulasi pemberian darah
pengganti.
5. Pencegahan Atonia Uteri
Pemberian oksitosin

Pemberian Oktosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko perdarahan pospartum lebih dari
40%, dan juga dapat mengurangi kebutuhan obat tersebut sebagai terapi. Manajemen aktif kala III
dapat mengurangi jumlah perdarahan dalam persalinan, anemia, dan kebutuhan transfusi darah.
Kegunaan
utama oksitosin sebagai pencegahan atonia uteri yaitu onsetnya yang cepat, dan tidak
menyebabkan kenaikan tekanan darah atau kontraksi tetani seperti ergometrin. Pemberian
oksitosin paling bermanfaat untuk mencegah atonia uteri. Pada manajemen kala III harus dilakukan
pemberian oksitosin setelah bayi lahir. Aktif protokol yaitu pemberian 10 unit IM, 5 unit IV bonus
atau 10-20 unit per liter IV drip 100-150 cc/jam.

Analog sintetik oksitosin, yaitu karbetosin, saat ini sedang diteliti sebagai uterotonika untuk
mencegah dan mengatasi perdarahan pospartum dini. Karbetosin merupakan obat long-acting dan
onset kerjanya cepat, mempunyai waktu paruh 40 menit dibandingkan oksitosin 4-10 menit.
Penelitian di Canada membandingkan antara pemberian karbetosin bolus IV dengan oksitosin drip
pada pasien yang dilakukan operasi sesar. Karbetosin tern/yata lebih efektif dibanding oksitosin
6. Langkah-langkah Penatalaksanaan Atonia Uteri
Langkah penatalaksanaan & Alasan

1.Masase fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta(maksimal 15 detik). Alasan: Masase merangsang
kontraksi uterus. Saat dimasase dapat dilakukan penilaia kontraksi uterus

2.Bersihkan bekuan darah adan selaput ketuban dari vaginadan lubang servik. Alasan: Bekuan darah dan
selaput ketuban dalam vagina dan saluran serviks akan dapat menghalang kontraksi uterus secara baik.

3.Pastikan bahwa kantung kemih kosong,jika penuh dapat dipalpasi, lakukan kateterisasi menggunakan teknik
aseptik. Alasan: Kandung kemih yang penuh akan dapat menghalangi uterus berkontraksi secara baik.

4.Lakukan Bimanual Internal (KBI) selama 5 menit . Alasan: Kompresi bimanual internal memberikan tekanan
langsung pada pembuluh darah dinding uterusdan juga merangsang miometrium untuk berkontraksi.

5.Anjurkan keluarga untuk mulai membantu kompresi bimanual eksternal (KBE). Alasan: Keluarga dapat
meneruskan kompresi bimanual eksternal selama penolong melakukan langkah-langkah selanjutnya

6.Keluarkan tangan perlahan-lahan. Alasan: Menghindari rasa nyeri

7.Berikan ergometrin 0,2 mg IM (kontraindikasi hipertensi) atau misopostrol 600-1000 mcg. Alasan: Ergometrin
dan misopostrol akan bekerja dalam 5-7 menit dan menyebabkan kontraksi uterus
Lanjutan…
8.Pasang infus menggunakan jarum 16 atau 18 dan berikan 500cc ringer laktat + 20 unit oksitosin. Habiskan 500
cc pertama secepat mungkin. Alasan: Jarum besar memungkinkan pemberian larutan IV secara cepat atau
tranfusi darah. RL akan membantu memulihkan volume cairan yang hilang selama perdarahan.oksitosin IV akan
cepat merangsang kontraksi uterus.

9.Ulangi kompresi bimanual internal. Alasan: KBI yang dilakukan bersama dengan ergometrin dan oksitosin atau
misopostrol akan membuat uterus berkontraksi

10. Rujuk segera Jika uterus tidak berkontaksi selama 1 sampai 2 menit, hal ini bukan atonia sederhana.
Alasan: Ibu membutuhkan perawatan gawat darurat di fasilitas yang mampu melaksanakan bedah dan tranfusi
darah

11. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Teruskan melakukan KBI. Alasan: Kompresi uterus ini memberikan tekanan
langung pada pembuluh darah dinding uterus dan merangsang uterus berkontraksi

12. Lanjutkan infus RL +20 IU oksitosin dalam 500 cc larutan dengan laju 500 cc/ jam sehingga menghabiskan
1,5 I infus. Kemudian berikan 125 cc/jam. Jika tidak tersedia cairan yang cukup, berikan 500 cc yang kedua
dengan kecepatan sedang dan berikan minum untuk rehidrasi. Alasan: RL dapat membantu memulihkan
volume cairan yang hilang akibat perdarahan. Oksitosin dapat merangsang uterus untuk berkontraksi.
7.Manajemen Atonia Uteri
( Penatalaksanaan)
1. Resusitasi
Apabila terjadi perdarahan pospartum banyak, maka penanganan awal yaitu resusitasi dengan oksigenasi dan
pemberian cairan cepat, monitoring tanda-tanda vital, monitoring jumlah urin, dan monitoring saturasi oksigen.
Pemeriksaan golongan darah dan crossmatch perlu dilakukan untuk persiapan transfusi darah.

2. Masase dan kompresi bimanual


Masase dan kompresi bimanual akan menstimulasi kontraksi uterus yang akan menghentikan
perdarahan.Pemijatan fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta (max 15 detik), jika uterus berkontraksi maka
lakukan evaluasi, jika uterus berkontraksi tapi perdarahan uterus berlangsung, periksa apakah perineum / vagina
dan serviks mengalami laserasi dan jahit atau rujuk segera

3. Jika uterus tidak berkontraksi maka


Bersihkanlah bekuan darah atau selaput ketuban dari vagina & lobang serviks. Pastikan bahwa kandung kemih
telah kosong, lakukan kompresi bimanual internal (KBI) selama 5 menit.
• Jika uterus berkontraksi, teruskan KBI selama 2 menit, keluarkan tangan perlahan-lahan dan pantau kala empat
dengan ketat.
• Jika uterus tidak berkontraksi, maka : Anjurkan keluarga untuk mulai melakukan kompresi bimanual eksternal;
Keluarkan tangan perlahan-lahan; Berikan ergometrin 0,2 mg LM (jangan diberikan jika hipertensi); Pasang infus
menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 ml RL + 20 unit oksitosin. Habiskan 500 ml pertama
secepat mungkin; Ulangi KBI
• Jika uterus berkontraksi, pantau ibu dengan seksama selama kala empat
• Jika uterus tidak berkontraksi maka rujuk segera
Lanjutan…
4. Pemberian Uterotonika
Oksitosin merupakan hormon sintetik yang diproduksi oleh lobus posterior
hipofisis. Obat ini menimbulkan kontraksi uterus yang efeknya meningkat seiring
dengan meningkatnya umur kehamilan dan timbulnya reseptor oksitosin. Pada dosis
rendah oksitosin menguatkan kontraksi dan meningkatkan frekwensi, tetapi pada
dosis tinggi menyebabkan tetani. Oksitosin dapat diberikan secara IM atau IV, untuk
perdarahan aktif diberikan lewat infus dengan ringer laktat 20 IU perliter, jika
sirkulasi kolaps bisa diberikan oksitosin 10 IU intramiometrikal (IMM). Efek samping
pemberian oksitosin sangat sedikit ditemukan yaitu nausea dan vomitus, efek
samping lain yaitu intoksikasi cairan jarang ditemukan.
Metilergonovin maleat merupakan golongan ergot alkaloid yang dapat
menyebabkan tetani uteri setelah 5 menit pemberian IM. Dapat diberikan secara IM
0,25 mg, dapat diulang setiap 5 menit sampai dosis maksimum 1,25 mg, dapat juga
diberikan langsung pada miometrium jika diperlukan (IMM) atau IV bolus 0,125 mg.
obat ini dikenal dapat menyebabkan vasospasme perifer dan hipertensi, dapat juga
menimbulkan nausea dan vomitus. Obat ini tidak boleh diberikan pada pasien
dengan hipertensi.
Lanjutan…
5. Operatif
Beberapa penelitian tentang ligasi arteri uterina menghasilkan angka keberhasilan 80-90%. Pada teknik ini
dilakukan ligasi arteri uterina yang berjalan disamping uterus setinggi batas atas segmen bawah rahim. Jika
dilakukan SC, ligasi dilakukan 2-3 cm dibawah irisan segmen bawah rahim. Untuk melakukan ini diperlukan jarum
atraumatik yang besar dan benang absorbable yang sesuai.

6. Ligasi Arteri Iliaka Interna (dilakukan oleh dokter spesialis kandungan)


I dentifikasi bifurkasiol arteri iliaka, tempat ureter menyilang, untuk melakukannya harus dilakukan insisi 5-8 cm
pada peritoneum lateral paralel dengan garis ureter. Setelah peritoneum dibuka, ureter ditarik ke medial
kemudian dilakukan ligasi arteri 2,5 cm distal bifurkasio iliaka interna dan eksterna. Klem dilewatkan dibelakang
arteri, dan dengan menggunakan benang non absobable dilakukan dua ligasi bebas berjarak 1,5-2 cm. Hindari
trauma pada vena iliaka interna. Identifikasi denyut arteri iliaka eksterna dan femoralis harus dilakukan sebelum
dan sesudah ligasi.Risiko ligasi arteri iliaka adalah trauma vena iliaka yang dapat menyebabkan perdarahan.
Dalam melakukan tindakan ini dokter harus mempertimbangkan waktu dan kondisi pasien.

7. Histerektomi
Histerektomi peripartum merupakan tindakan yang sering dilakukan jika terjadi perdarahan pospartum masif
yang jmembutuhkan tindakan operatif. Insidensi mencapai 7-13 per 10.000 kelahiran, dan lebih banyak terjadi
pada persalinan abdominal dibandingkan vaginal.

8. Kompresi bimanual atonia uteri


Peralatan : sarung tangan steril; dalam keadaan sangat gawat; lakukan dengan tangan telanjang yang telah
dicuci.
Teknik:
1. Basuh genetalia eksterna dengan larutan
disinfektan; dalam kedaruratan tidak diperlukan
2. Eksplorasi dengan tangan kiri
3. Sisipkan tinju kedalam forniks anterior vagina
4. Tangan kanan (luar) menekan dinding abdomen diatas fundus
uteri dan menangkap uterus dari belakang atas
5. Tangan dalam menekan uterus keatas terhadap tangan luar, itu
tidak hanya menekan uterus, tetapi juga meregang pembuluh
darah aferen sehingga menyempitkan lumennya. Kompresi uterus
bimanual dapat ditangani tanpa kesulitan dalam waktu 10-15
menit. Biasanya ia sangat baik mengontrol bahaya sementara dan
sering menghentikan perdarahan secara sempurna.
WASSALAMU’ALAIKUM
WR.WB
TERIMAKASIH
ANY QUESTIONS

Anda mungkin juga menyukai