Anda di halaman 1dari 7

Farmakologi Sistem Respirasi

Farmakologi pada sistem respirasi merupakan ilmu yang memepelajari tentang


pemberian obat dan cara penanganan untuk para penderita penyakit yang disebabkan oleh
gangguan pada sistem respirasi.
Tanda dan gejala penting pada penyakit pernapasan:
 Batuk
 Adanya sputum
 Hemoptisis
 Dipsnea
 Nyeri dada
 Sianosis
 Hipoksia adalah defisiensi oksigen, yaitu kondisi berkurangnya kadar oksigen
dibandingkan kadar normalnya secara fisiologis dalam jaringan dan organ
 Hiperkapnia adalah peningkatan kadar CO2 dalam cairan tubuh dan sering disertai
dengan hipoksia
 Hipokapnia adalah penurunan kadar CO2¬ dalam darah.
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK)
Sekumpulan penyakit paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi
terhadap aliran udara.
BRONKITIS KRONIK
Gangguan klinis yang ditandai pembentukan mukus yang berlebihan dalam bronkus dan
mengakibatkan gejala khas yaitu batuk kronik. Peningkatan sekresi bronkus mempengaruhi
bronkiolus menjadi rusak dan dindingnya melebar.
EMFISEMA PARU
Perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai oleh pembesaran alveolus yang tidak
normal.
ASMA
Penyakit yang ditandai oleh hipersensitivitas terhadap berbagai jenis ransangan yang
menyebabkan penyempitan jalan napas.
PERBEDAAN MENDASAR DARI DEFENISI PENYAKIT DIATAS :
Bronkitis kronik didefenisikan menurut gejala klinisnya
Emfisema paru didefenisikan menurut patologi anatominya
Asma didefenisikan menurut patofisiologi klinisnya
ASMA
Rangsangan fisis, seperti perubahan suhu, dingin, dan kabut
Rangsangan kimiawi, asap rokok, polusi udara

Antigen mengeluarkan IgE yang berulang ulang dan menempel pada sel mast
menyebabkan degranulasi sel mast melepaskan mediator

Histamin, ECF-A, Prostaglandin (leukotrin)

Bronkokonstriksi, Bronkospasme
BRONKODILATOR
 Agonis β-Adrenergik
Bekerja dgn meningkatkan aktivitas Adenyl Cyclase sehingga meningkatkan produksi AMP
(adenosin mono fosfat) menyebabkan relaksasi otot polos, stabilisasi sel mast.contohnya
salbutamol, terbutalin, albuterol, isoproteronol dll

 Turunan Xantin
Bekerja menghambat fosfodiesterase yaitu suatu enzim yg dpt menginaktivasi AMP. Oleh
karna itu golongan Xantin menghambat enzim tersebut agar kadar AMP meningkat. Contoh
aminofilin dan teofilin

 Kortikosteroid
Kortikosteroid berkhasiat Menghambat mediator alergi sehingga menurunan peradangan
dan gatal, Penggunaannya terutama bermanfaat pada serangan asma, selain itu juga pada
infeksi bakteri untuk melawan reaksi peradangan. Penggunaan oral untuk jangka waktu
lama hendaknya dihindari, karena menekan fungsi anak ginjal. Contohnya hidrokortison,
deksamethason, prednison
PENGOBATAN BATUK
Batuk adalah refleks penting untuk mempertahankan keterbukaan jalan napas. Dua macam batuk yaitu batuk
produktif dan non produktif
Penangananny:
Menghilangkan sumber iritasi
Mengencerkan sekretnya
Harus dihentikan dengan menekan batuk di pusat saraf
 Antitusif
Antitusif bekerja menghentikan batuk secara langsung dengan menekan refleks batuk pada sistem saraf pusat di
otak. Contohnya Dextrometorphan
 Ekspektoran
Merangsang batuk dan sel – sel penghasil sekret untuk memproduksi sekret encer. Contohnya Gliserin Guaikolat
 Mukolitik
Mukolitik bekerja sebagai deterjen dengan mencairkan dan mengencerkan secret mukosa yang kental sehingga
dapat dikeluarkan. Efek samping yang paling sering terjadi adalah mual dan muntah, maka penderita tukak lambung
perlu waspada. Contohnya Ambroxol,bromheksin
 Antihistaminika
menghambat efek histamin pada pembuluh darah , bronkus , dan macam-
macam otot polos dan mengobati reaksi hipersensitivitas yang di sertai
pelepasan histamine endogen berlebih. antihistamin memberikan manfaat
potensial pada terapi alergi nasal, Antihistamin juga mengurangi rasa gatal
pada hidung yang menyebabkan penderita bersin banyak obat-obat flu yang
dapat dibeli bebas mengandung antihistamin, yang dapat menimbulkan rasa
mengantuk. Contohnya Difenhidramin, Klorfeniramin maleat
 Dekongestan
Dekongestan merupakan agen simpatomimetik yang bertindak pada reseptor
dalam mukosa nasal yang menyebabkan pembuluh darah mengecil. Selain itu
juga dapat mengurangi pembengkakan mukosa hidung dan melegakan
pernafasan. Dekongestan apabila dikombinasikan dengan antihistamin sangat
efektif melegakan tanda-tanda rhinitis terutama bila hidung sumbat.
Dekongestan bekerja dengan cara merangsang reseptor adrenergic alfa yang
menghasilkan vasokontriksi dan pengurangan sekresi cairan hidung sehingga
rongga hidung jadi longgar. Contohnya PPA (phenyl propanolamine)
IMPLIKASI
KEPERAWATAN
 PENGKAJIAN
 INTERVENSI PEMBERIAN OBAT
 EVALUASI
 PENDIDIKAN KESEHATAN PASIEN

Anda mungkin juga menyukai