Anda di halaman 1dari 24

TOXOPLASMOSIS

Toxoplasma gondii
Definisi
Taksonomi
 Toxoplasma gondii merupakan parasit intraseluler obligat dari kelompok
protozoa yang dapat menginfeksi manusia dan seluruh hewan berdarah panas Kingdom : Protista
yang ditemukan hampir di seluruh dunia. Parasit ini menyebabkan penyakit
toksoplasmosis (Yuliawati dan Nasronudin, 2015). Subkingdom : Protozoa
Hospes definitif: Family Felidae (kucing domestik). Phylum : Apicomplexa

Hospes perantara: Manusia, mamalia lainnya (ternak), burung, Class : Sporozoasida


ikan (Retmanasari et al., 2017) Order : Eucoccidiorida
Distribusi Family : Sarcocystidae
• Di Indonesia, kasus toksoplasmosis pada manusia berkisar antara Genus : Toxoplasma
43-88% (Subekti dan Arrasyid, 2006). Species : gondii
• Penelitian terbaru di Jawa Tengah oleh Retmanasari et al., (2017),
prevalensi toksoplasmosis tahun 2014 sebesar 62,5%.
(Keas, 1999)
Cara penularan infeksiToxoplasma gondii

(Robert-Gangneux and
Darde, 2012)
Siklus Hidup Toxoplasma gondii

(Robert-Gangneux and
Darde, 2012)
MorfologiToxoplasma gondii

 Transmission electron micrograf takizoit T.gondii intraseluler.  Takizoit T.gondii dalam sediaan
 Takizoit dikelilingi oleh parasitophorous vacuolar membrane (PVM). darah dengan pewarnaan Giemsa
 Bergerak cepat, cepat memperbanyak diri, dan cepat menyerang dan masuk sel-sel
jaringan: terjadi pada fase akut
 Perbanyakan diri dengan endodyogeni (internal budding)
 Bentuk menyerupai bulan sabit dengan satu ujung yang runcing dan satu ujung lain yang
agak membulat.
(Weiss, 2014; Mardihusodo SJ, 2014; Yuliawati dan
 Panjang 4-8 µm lebar 2-4 µm, mempunyai satu nukleus di tengah. Nasronudin, 2015; Myers, 2015)
MorfologiToxoplasma gondii
 Kecepatan takizoit membelah berangsur berkurang dan
terbentuklah kista yang mengandung bradizoit (bentuk
yang membelah perlahan); masa ini adalah masa infeksi
klinis menahun yang biasanya merupakan infeksi laten.

 Kista berukuran 25 µm

 Mengandung 50-5000 bradizoit

 Terdapat dinding kista.

 Kista jaringan dapat ditemukan di dalam hospes seumur


hidup terutama di otak, otot jantung dan otot bergaris.

 Di otak, kista berbentuk lonjong atau bulat, sedangkan di


otot kista mengikuti bentuk sel otot. Kista jaringan dengan pewarnaan periodic acid
shiff (PAS)

(Sutanto dkk, 2008; Weiss, 2014; Myers, 2015)


MorfologiToxoplasma gondii (Takizoit: kiri dan Bradizoit: kanan)

(Dubey et al., 1998)


Gejala Klinis InfeksiToxoplasma gondii

1. Toksoplasmosis pada pasien immunokompeten


 Hanya 10-20% toksoplasmosis pada anak-anak dan
dewasa yang memiliki gejala.
 Seringkali tanpa gejala atau hanya gejala ringan dan
muncul gejala yang tidak spesifik seperti demam,
pembesaran kelenjar getah bening, myalgia, leher kaku,
nyeri menelan atau sakit perut.

(Yuliawati dan Nasronudin, 2015


Gejala Klinis InfeksiToxoplasma gondii
2. Toksoplasmosis pada pasien imunokompromais
 Toksoplasmosis pada pasien dengan AIDS, keganasan hematologis, penerima
transplantasi organ (termasuk jantung, hati, ginjal) dapat menyebabkan ensefalitis,
meningoensefalitis, miokarditis, dan pneumonitis.
 Toxoplasmic ensefalitis (TE) adalah manifestasi yang paling sering terjadi pada pasien
imunokompromais. Pada 58-89% kasus terjadi pada manifestasi klinis sub-akut dalam
bentuk kelainan neurologis fokal, pada 15-25% kasus dengan manifestasi klinis kejang
yang lebih parah dan pendarahan otak. Manifestasi klinis lainnya seperti hilangnya
kesadaran, meningismus, gejala serebral, gangguan neuropsikiatri, demensia, agitasi.
 Pada pasien HIV risiko infeksi SSP yang terkait dengan tingkat CD4, risiko yang lebih
tinggi pada mereka yang hanya memiliki jumlah CD4 + <200 sel / mm3.
 Toksoplasmosis pada pasien AIDS juga dapat menyerang paru-paru, mata dan organ
lainnya.
(Yuliawati dan Nasronudin, 2015
 Toksoplasmosis paru (pneumonitis) terjadi terutama pada pasien dengan AIDS lanjutan,
Gejala Klinis InfeksiToxoplasma gondii

3. Toksoplasmosis Kongenital
 Triad klasik toxoplasmosis kongenital adalah
korioretinitis, hidrosefalus, dan kalsifikasi intrakranial.
 Keterlibatan sistem neurologis dan okular sering timbul
kemudian jika tidak ditemukan pada saat kelahiran.
 Kejang, keterbelakangan mental, dan kekakuan
merupakan sekuele umum.

Yuliawati dan Nasronudin, 2015


Gejala Klinis InfeksiToxoplasma gondii

4. Toksoplasmosis Okuler
 Korioretinitis dapat terjadi karena infeksi bawaan atau
postnatal.
 Gejala meliputi penglihatan kabur, scotoma, fotofobi,
dan rasa sakit.
 Pemeriksaan oftalmologi diperoleh focal necrotizing
retinitis formation yang menyerupai kapas putih
kekuningan, dengan batas yang tidak jelas.
 Pada infeksi kongenital sering terjadi lesi bilateral pada
infeksi yang didapat, pada umumnya unilateral.

Yuliawati dan Nasronudin, 2015


Gejala Klinis InfeksiToxoplasma gondii

5. Toksoplasmosis dalam kehamilan


 Kebanyakan perempuan hamil dengan infeksi akut tidak mengalami gejala tertentu.
 Beberapa memiliki gejala malaise, subfebris, limfadenopati.
 Frekuensi transmisi vertikal ke janin meningkat seiring bertambahnya usia kehamilan.
 Kerusakan organ berat pada bayi terutama bila infeksi toksoplasmosis terjadi pada
saat kehamilan muda

(Haksohusodo S, 2002 dalam Wahyuni, 2013; Yuliawati dan Nasronudin, 2015


DiagnosisToxoplasma gondii
 Diagnosis toksoplasmosis biasanya dilakukan dengan pengujian serologis
yaitu tes yang mengukur IgG.

 Jika perlu untuk memperkirakan waktu infeksi, sangat penting bagi wanita
hamil tes yang mengukur IgM juga digunakan bersamaan dengan tes lain
seperti tes aviditas.

 Diagnosis dapat dilakukan dengan pengamatan langsung parasit dalam


sediaan jaringan yang diwarnai, seperti cairan serebrospinal (CSF), atau bahan
biopsi lainnya. Teknik ini jarang digunakan karena sulitnya mendapatkan
spesimen ini.

 Parasit juga dapat diisolasi dari darah atau cairan tubuh lainnya seperti CSF

 Teknik molekuler yang bisa mendeteksi DNA parasit dalam cairan ketuban
untuk kemungkinan kasus transmisi ibu ke bayi (bawaan)

 Penyakit ocular didiagnosis berdasarkan munculnya lesi pada mata, gejala,


perjalanan penyakit, dan biasanya tes serologis.

(CDC, 2016)
CARA PENCEGAHAN

 Pencegahan Toksoplasmosis
1. Gunakan sarung tangan saat berkebun atau memegang tanah.
2. Hindari mengonsumsi daging mentah atau setengah matang.
3. Cucilah tangan sebelum dan sesudah memegang makanan.
4. Cucilah semua peralatan dapur dengan bersih setelah memasak daging
mentah.
5. Selalu cuci buah dan sayuran sebelum dikonsumsi.
Pengobatan toxoplasmosis

 Obat yang dapat diresepkan dokter untuk kasus ini, antara


lain adalah pyrimethamine dan sulfadiazine. Sedangkan
pada penderita toksoplasmosis dengan infeksi mata, dapat
ditambahkan obat kortikosteroid untuk meredakan
peradangan.
Pengobatan Toxoplasmosis

 Sementara untuk ibu hamil yang terinfeksi toksoplasmosis,


penanganan ditentukan berdasarkan saat terjadinya infeksi dan
pengaruhnya pada janin. Jika janin belum terkena infeksi atau
infeksi terjadi sebelum minggu ke-16 kehamilan, maka dokter akan
memberikan antibiotik spiramycin. Obat ini biasa digunakan pada
trimester awal kehamilan untuk mengurangi risiko gangguan saraf
pada janin. Jika janin sudah tertular toksoplasmosis setelah minggu
ke-16 kehamilan, maka dokter akan
meresepkan pyrimethamine dan sulfadiazine.
HATUR NUHUN

Anda mungkin juga menyukai