Anda di halaman 1dari 24

Perpajakan

Nama Kelompok
✖ I Gede Alvin Andika Parisatya 1832121050
✖ I Komang Wira Adi Pratama 1832121511
✖ Made Andika Suryadarma 1832121538
✖ I Made Dwi Praditya Suarka L. 1832121669
3

Biaya Jabatan.
4

Biaya jabatan
Besarnya biaya jabatan yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto
untuk penghitungan pemotongan Pajak
Penghasilan bagi pegawai tetap,
ditetapkan sebesar 5% dari penghasilan
bruto, setinggi-tingginya Rp 6.000.000,00
setahun atau Rp 500.000,00 sebulan,
Sedangkan untuk pensiunan untuk
penghasilan bruto, setinggi-tingginya Rp
2.400.000,00 setahun atau Rp 200.000,00
sebulan.
5

Dasar Pengenaan
dan Pemotongan
6

Dasar Pengenaan dan


Pemotongan

Pajak Penghasilan (PPh 21) merupakan pajak yang


dikenakan untuk seluruh penghasilan berupa gaji, upah,
tunjangan, honorarium, dan pembayaran lainnya yang
diterima atau diperoleh setiap subyek pajak
sehubungan dengan pekerjaan.

Ditegaskan kembali, subyek pajak dalam konteks


ini adalah pihak yang menerima atau memperoleh
penghasilan.
7

Dasar Pengenaan dan Pemotongan PPh


Pasal 21, yang ditentukan sebagai berikut:
a. Penghasilan Kena Pajak
Penyesuaian Besarnya Penghasilan Kena Pajak, hanya
berlaku bagi:
1. Pegawai Tetap,
2. Penerima pensiun berkala,
3. Pegawai Tidak Tetap atau pegawai Kerja Lepas,
4. Bukan pegawai selain tenaga ahli.

Dasar Pengenaan Pajak (DPP) PPh 21 bagi


wajib pajak penerima penghasilan berbeda-
beda(tergantung dari apa status kepegawaian
bersangkutan)
8

b. Penghasilan Kumulatif
Dasar Pengenaan Pajak dari jumlah penghasilan yang
melebihi Rp450.000 (empat ratus lima puluh ribu rupiah)
dalam satu hari, atau sepanjang penghasilan kumulatif yang
diterima dalam 1 (satu) bulan telah melebihi angka
Rp4.500.000 yang berlaku bagi pegawai tidak tetap atau
tenaga kerja lepas
9

c. Penghasilan Bruto
Dasar Pengenaan Pajak yang berasal dari 50%
(lima puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto
dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
Ketentuan ini berlaku bagi tenaga ahli bukan pegawai
yang melakukan pekerjaan bebas berupa pemberian
jasa.
10

d. Penghasilan Bruto Lainnya


Dasar Pengenaan Pajak untuk jumlah seluruh
penghasilan bruto, yang berlaku bagi penerima
penghasilan selain penerima penghasilan dari 3 poin
yang telah tersebut di atas.
Misalnya jumlah penghasilan bruto dokter rumah
sakit, dihitung dari jasa dokter yang dibayar pasien
melalui rumah sakit sebelum dipotong biaya lain-lain
oleh rumah sakit.
11

TARIF PAJAK
DAN
PENERAPANNYA
12

Tarif pajak yang berlaku beserta


penerapannya

A. Tarif berdasarkan pasal 17 UU PPh, diterapkan atas


Penghasilan Kena Pajak
1. Bagi pegawai tetap:
besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi pegawai tetap
adalah sebesar penghasilan neto dikurangi PTKP. Sedangkan
penghasilan neto dihitung seluruh penghasilan bruto
dikurangi dengan:

a. Biaya jabatan;
b. luran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh
pegawai kepada dana pensiun
13

2. Bagi penerima pensiun berkala


Besarnya Penghasilan Kena Pajak adalah bagi
penerima pensiun berkala sebesar penghasilan neto
dikurangi PTKP.

3. Bagi pegawai tidak tetap yang dibayar secara bulanan:


Bagi pegawai tidak tetap yang penghasilan
kumulatifnya penghasilan yang diterima selama 1
(satu) bulan telah melebihi Rp4.500.000,00 besarnya
Penghasilan Kena pajak dihitung sebesar penghasilan
bruto dikurangi PTKP
14

B. Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh


pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, sepanjang
penghasilan tidak dibayarkan secara bulanan, tarif
lapisan pertama Pasal 17 UU PPh (5%) diterapkan
atas:
1. jumlah penghasilan bruto sehari yang melebihi
Rp 450.000,00, atau
2. jumlah penghasilan bruto dikurangi PTKP yang
sebenarnya dalam hal jumlah penghasilan kumulatif
dalam 1bulan telah melebihi Rp 4.500.000,00.
15

C. Tarif berdasarkan pasal 17 UU PPh, diterapkan atas jumlah


kumulatif dari:
1. Penghasilan Kena Pajak sebesar jumlah penghasilan bruto
dikurangi PTKP, yang diterima atau diperoleh bukan
pegawai, yang menerima imbalan yang bersifat
berkesinambungan yang memenuhi ketentuan:
1) yang bersangkutan telah mempunyai NPWP,
2) hanya memperoleh penghasilan dari hubungan kerja
dengan Pemotong PPh Pasal 21,
3) tidak memperoleh penghasilan lainnya.
16

2. 50% dari jumlah penghasilan bruto yang diterima atau


diperoleh tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas,
yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter,
konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris.
3. jumlah penghasilan bruto berupa honorarium atau
imbalan yang bersifat tidak teratur yang diterima atau
diperoleh anggota dewan komisaris atau dewan
pengawas yang tidak merangkap sebagai pegawai tetap
pada perusahaan yang sama.
17

4. jumlah penghasilan bruto berupa jasa produksi,


tantiem, gratifikasi, bonus atau imbalan lain yang
bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh
mantan pegawai.

5. jumlah penghasilan bruto berupa penarikan dana


pensiun oleh peserta program pensiun yang masih
berstatus sebagai pegawai, dari dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
18

D. Tarif berdasarkan pasal 17 UU PPh, diterapkan atas


jumlah penghasilan bruto:
1. untuk setiap pembayaran imbalan kepada bukan
pegawai yang tidak bersifat berkesinambungan;
2. untuk setiap kali pembayaran yang bersifat utuh dan
tidak dipecah, yang diterima oleh peserta kegiatan.
19

E. Tarif PPh Pasal 21 atas honorarium atau imbalan


lain dengan nama apa pun yang menjadi beban APBN
atau APBD adalah sebagai berikut:
1. sebesar 0% (nol persen) dari penghasilan
bruto bagi PNS Golongan I dan Golongan II.
2. sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan
bruto bagi PNS Golongan Ill
3. sebesar 15% (lima belas persen) dari
penghasilan bruto bagi Pejabat Negara, PNS
Golongan IV
PEMOTONGAN 20

PPh PASAL 21
BAGI PENERIMA
PENGHASILAN
YANG TIDAK
MEMPUNYAI
NPWP
21

Bagi penerima penghasilan yang dipotong PPh


Pasal 21 yang tidak memiliki NPWP, dikenakan
pemotongan PPh Pasal 21 dengan tarif lebih tinggi
20% dari pada tarif yang diterapkan terhadap Wajib
Pajak yang memiliki NPWP.

Artinya Jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong


adalah sebesar 120% dari jumlah Ph Pasal 21 yang
seharusnya dipotong, dalam hal yang bersangkutan
memiliki NPWP. Pemotongan PPh Pasal 21 seperti ini
hanya berlaku untuk pemotongan PPh Pasal 21 yang
bersifat tidak final.
22

SAAT
TERUTANG
23

Saat terutang PPh Pasal 21 dibagi menjadi dua


yaitu bagi penerima penghasilan dan Pemotong
Penghasilan.

a. Bagi Penerima Penghasilan adalah pada saat


dilakukan pembayaran atau pada saat terutangnya
penghasilan yang bersangkutan.
b. Pemotong PPh Pasal 21 adalah akhir bulan
dilakukannya pembayaran atau pada akhir bulan
terutangnya penghasilan yang bersangkutan.
24

.
THANKS!

Anda mungkin juga menyukai