Anda di halaman 1dari 12

HUKUM JUAL BELI

POKOK BAHASAN
 Pengertian Jual Beli
 Hukum Jual Beli
 Rukun-rukun jual Beli
 Syarat-Syarat Jual Beli
Muhasabah diri…
PENGERTIAN JUAL BELI
• Jual beli secara bahasa adalah pertukaran
secara mutlak, atau memberikan sesuatu
sebagai ganti sesuatu yang lain.
• ‫البيع شرعا ُمبَا َدلَةُ َمال ب َمال َعل َى َسب ْيل الت ْمل ْيك َع ْن‬
‫تَ َراض‬
• Jual beli menurut syara’ adalah “pertukaran
harta dengan harta yang menimbulkan
kepemilikan atas dasar saling rela.”

(Rawwas Qal'ah Jie, Mu'jam Lughah Fuqaha )


HUKUM JUAL BELI
• Hukumnya ja`iz (boleh). Catatan: tentu saja
yang tidak bertentangan dengan aturan syariat.
‫واحل هللا البيع وحرم الربا‬
“… Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba.” (QS Al Qur`an [2] : 275)
‫افضل الكسب عمل الرجل بيده وكل بيع مبرور‬
“Seutama-utama pencaharian, adalah pekerjaan
seseorang dengan tangannya dan setiap jual beli
yang mabrur.” (HR Ahmad, Al Bazzar, & Thabrani)
RUKUN-RUKUN JUAL BELI
1. AL-'AAQIDAANI
Yakni dua pihak yg berakad, yaitu penjual dan
pembeli.
2. AL-MA'QUUD ALAIHI / MAHALLUL AQDI
Yakni barang yang dijualbelikan (al-mabii’).
3. ASH-SHIGHAT
Yakni ucapan ijab & kabul.
SYARAT-SYARAT JUAL BELI
• Syarat-syarat jual beli ada tiga kelompok:
1) Syarat-syarat untuk Al-'Aaqidaani (penjual
dan pembeli)
2) Syarat-syarat untuk Ma’qud alaihi (barang
dagangan)
3) Syarat-Syarat untuk Shighat (ucapan ijab &
kabul).
• Syarat untuk Al-'Aaqidaani (penjual dan
pembeli) ada tiga, yaitu :
1. Aqil (berakal)
2. Mumayyiz (=7 tahun)
3. Mukhtar (tidak dipaksa)
“Telah diangkat dari umatku (dosa/sanksi) karena
ketidaksengajaan, karena lupa, dan karena apa-apa yang
dipaksakan atas mereka.” (HR Thabrani)

Sebagai perkecualian, jual beli oleh anak kecil baik


mumayyiz atau bukan mumayyiz, jika barangnya remeh
(bukan mahal). (Yusuf Sabatin, Al Buyu’ )
• Syarat utk Al-Ma'quud alaihi (barang) ada
enam, yaitu :
1. Barangnya suci (thohir al -ain), yaitu bukan najis.
2. Barangnya dpt dimanfaatkan (intifa’ bihi), yaitu halal.
3. Barangnya milik orang yg berakad (milkiyatul ‘āqid)
4. Barangnya dapat diserahterimakan (al-qudrah ‘ala
tasliimihi)
5. Barangnya diketahui jelas (ma’lum), bukan gharar.
6. Barangnya maqbudh (yakni sudah dipegang
penjual), khususnya untuk barang-barang yg ditakar,
dihitung, ditimbang.
Beberapa dalil:
‫ال تبع ما ليس عندك‬
“Janganlah kamu menjual apa-apa yang tidak ada
padamu.” (HR Abu Dawud, Tirmidzi, Ibn Majah, hadis
sahih). Kecuali jual-beli salam dan istishna’.
‫ال تشتروا السمك في الماء فإنه غرر‬
“Janganlah kamu membeli ikan yang masih ada di dalam
air, karena itu adalah gharar (tidak pasti, uncertain).” (HR
Ahmad)
“Dahulu kami membeli makanan dari para pengendara
secara borongan (tidak tentu jumlahnya, undetermined
quantity), maka Rasulullah SAW melarang kami untuk
menjualnya (kembali) hingga kami memindahkannya dari
tempatnya (penjual pertama).” (HR Muslim).
• Syarat untuk Shighat (Ijab Kabul) ada tiga:
1. Muwāfiq, artinya adanya kesesuaian antara ijab
dan kabul.
2. Satu Majelis Akad, artinya penjual dan pembeli
berada pada waktu dan/atau tempat yang sama.
3. Tidak ada pemisah (fashil) antara ucapan ijab dan
ucapan kabul.

• Sebagai perkecualian, tidak diperlukan ijab


qabul untuk jual beli At-Ta’aathi, yakni jika
harganya sudah jelas (tertera di barang, atau
setelah pembeli bertanya kepada penjual).
Contoh kasus
• Bagaimana hukum jual beli buah yang masih di pohon?
1. Hukumnya haram, jika menuntut buahnya berasal dari
pohon tertentu dan buahnya belum ada atau masih
bunga, pentil (ijon). [Ada gharar pada jual beli salam.]
2. Hukumnya boleh, jika tidak ditentukan dari pohon
tertentu dan buahnya belum ada. [Jual beli salam.]
3. Hukumnya boleh, jika buahnya dari pohon tertentu
asalkan buahnya sudah layak konsumsi.
"Sesungguhnya Nabi SAW melarang jual beli buah (yang
ada di pohonnya) hingga nampak kelayakannya." (HR
Bukhari, Muslim, Ahmad)

Anda mungkin juga menyukai