Anda di halaman 1dari 8

FILSAFAT ILMU

Filsafat Ilmu terdiri


dari kata filsafat dan
ilmu yang memiliki
pengertian masing-
masing.
FILSAFAT
Filsafat berasal dari bahasa Arab yaitu “Falsafah”
(anggapan, gagasan, sikap batin yang paling mendasar).
Ditinjau dari bahasa Yunani yaitu “Philosophia”, yang
berarti “Philos” cinta/suka, dan “Sophia” pengetahuan,
kebenaran, kebijaksanaan, hikmah (wisdom). Jadi
'philosophia' berarti cinta kepada kebijaksanaan atau
cinta kepada kebenaran. Menurut Aristoteles, Filsafat
adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang
di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika,
retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat
menyelidiki sebab dan asas segala benda).
LANJUTAN
• Plato ( 428 -348 SM ) : Filsafat tidak lain dari
pengetahuan tentang segala yang ada.
• Imanuel Kant ( 1724 – 1804 ) : Filsafat adalah
ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan
pangkal dari segala pengetahuan.
• Notonegoro berpendapat bahwa Filsafat adalah
menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari
sudut intinya yang mutlak, yang tetap tidak
berubah, yang disebut hakekat.
ILMU
Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang
disusun secara bersistem menurut metode tertentu yang
dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu.
Menurut Harold H. Titus mendefinisikan Ilmu
sebagai common science yang diatur dan
diorganisasikan, memiliki pendekatan terhadap benda-
benda atau peristiwa-peristiwa dengan menggunakan
metode-metode observasi yang teliti dan kritis.
FILSAFAT ILMU
Sehingga jika kedua kata tersebut digabungkan, Filsafat
Ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab
pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis,
epistemologis maupun aksiologisnya.

Ontologi adalah: salah satu kajian filsafat yang paling kuno dan


berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu
yang bersifat konkret.
Epistomologis: (dari bahasa Yunani episteme (pengetahuan)
dan logos (kata/pembicaraan/ilmu) adalah cabang filsafat yang
berkaitan dengan asal, sifat, karakter dan jenis pengetahuan.
Aksiologis adalah: cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan
bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi berasal dari
kata Yunani: axion (nilai) dan logos (teori), yang berarti teori
tentang nilai.
lanjutan
Berfilsafat tentang ilmu berarti kita berterus terang
kepada diri kita sendiri:
Apakah yang kita ketahui tentang ilmu?
Apakah ciri-cirinya yang hakiki yang membedakan ilmu
dari pengetahuan-pengetahuan lainnya yang bukan ilmu?
Bagaimana saya ketahui bahwa ilmu merupakan
pengetahuan yang benar?
Kriteria apa yang kita pakai dalam menentukan
kebenaran secara ilmiah?
Mengapa kita mesti mempelajari ilmu?
Apakah kegunaan yang sebenarnya?
Berfikir Filsafat
Berfilsafat itu berarti berpikir, tapi berpikir itu tidak
selalu berarti berfilsafat.
Filsafat membawa kita berpikir secara mendalam,
maksudnya untuk mencari kebenaran substansial atau
kebenaran yang sebenarnya dan mempertimbangkan
semua aspek, serta menuntun kita untuk mendapatkan
pemahaman yang lengkap.
Ciri-ciri Berfikir Filsafat

Radikal.
 Yaitu berpikir sampai keakar-akarnya, sampai pada hakekat atau sustansi, esensi yang
dipikirkan. Sifat filsafat adalah radikal atau mendasar, bukan sekedar mengetahui mengapa sesuatu
menjadi demikian, melainkan apa sebenarnya sesuatu itu, apa maknanya.
Universal.
 Yaitu berpikir kefilsafatan sebagaimana pengalaman umumnya. Misalnya melakukan
penalaran dengan menggunakan rasio atau empirisnya, bukan menggunakan intuisinya.
Konseptual.
 Yaitu dapat berpikir melampaui batas pengalaman sehari-hari manusia, sehingga
menghasilkan pemikiran baru yang terkonsep.
Koheren
 dan Konsisten. Yaitu berpikir kefilsafatan harus sesuai dengan kaedah berpikir (logis) pada
umumnya dan adanya saling kait-mait antara satu konsep dengan konsep lainnya.
Sistematis.
 Yaitu dalam berpikir kefilsafatan antara satu konsep dengan konsep yang lain memiliki
keterkaitan berdasarkan azas keteraturan untuk mengarah suatu tujuan tertentu.
Komprehensif. Yaitu
 dalam berpikir filsafat, hal, bagian, atau detail-detail yang dibicarakan harus
mencakup secara menyeluruh sehingga tidak ada lagi bagian-bagian yang tersisa ataupun yang berada
diluarnya.
Bebas. Yaitu
 dalam berpikir kefilsafatan tidak ditentukan, dipengaruhi, atau intervensi oleh pengalaman
sejarah ataupun pemikiran-pemikiran yang sebelumnya, nilai-nilai kehidupan social budaya, adat
istiadat, maupun religious.
Bertanggungjawab. Yaitu
 dalam berpikir kefilsafatan harus bertanggungjawab terutama terhadap hati
nurani dan kehidupan sosial.

Anda mungkin juga menyukai