Ainun Jariyah (C1017053) Dwi Widya Ningrum (C1017061) Euis Mela Sari (C1017064) Indah Izzatun Nafsi (C1017072) Kezia Lika Adisti (C1017075) Niken Setyowati (C1017083) Putri Sekarsari (C1017089) Rizka Irvianti Indah (C1017091) Yomira Kinasih (C1017102) Gangguan Kognitif • Gangguan kognitif merupakan gangguan atau kerusakan pada fungsi otak yang lebih tinggi dan dapat memeberikan efek yang merusak pada kemampuan individu untuk melakukan funsi sehari hari sehingga individu tersebut lupa nama anggota keluarga atautidak mampu melakukan tugas rumah tangga harian atau melakukan hygiene personal (Caine & lyness,2000 dalam Aggraini, 2014). Delirium adalah suatu gangguan organik global akut dan sementara dari fungsi sistem saraf pusat yang menyebabkan gangguan kesadaran dan perhatian (Allison dkk, 2004 dalam Septian, 2015). Istilah delirium sama dengan keadaan bingung akut, secara tegas, hal ini menjelaskan berbagai keadaan bingung akut yang terpisah secara klinis ditandai oleh periode gelisah, aktivitas mental yang meninggi, mudah terbangun, ketidaksiapan yang jelas dalam memberikan respons terhadap stimuli tertentu (seperti suara bising yang tiba-tiba), halusinasi visual yang mengganggu, hiperaktivitas motorik, dan stimulasi autonom Perbedaan demensia dengan delirium, dilihat dari klasifikasinya: 1. Demensia • Demensia adalah gangguan fungsi kognitif yang ditandai oleh penurunan fungsi intelektual yang berat yang disertai kerusakan daya ingat ; pemikiran abstrak dan daya nilai ; emosi dan kepribadian (Stuart dan Laraia, 1998). • Demensia adalah gangguan progresif kronik yang dicirilkan dengan kerusakan berat pada proses kognitif dan disfunsi kepribadian serta perilaku (Isaacs Ann, 2005). Demensia merupakan suatu sindron yang ditandai oleh berbagai gangguanm fungsi kogniitf tanpa gangguan kesadaran. Ganggua fungsi kognitif anatara lain pada intelegansi, belajar dan daya ingat, bahasa, pemecahan masalah, orientasi, persepsi, perhatian dan konsentrasi, penyesuaian, dan kemampuan bersosialisasi. • 2. Delirium • Delirium adalah fungsi kognitif yang kacau, ditandai dengan kekacauan kesadaran yang meliputi salah persepsi dan perubahan proses pikir (Stuart dan Laraia, 1998). Umumnya gangguan ini terjadi dalam waktu singkat (biasanya satu minggu, jarang terjadi lebih dari satu bulan). Delirium adalah suatu sindrom dengan gejala pokok adanya gangguan kesadaran yang biasanya tampak dalam bentuk hanbatan pada fungsi kognitif . Faktor penyebab delirium : • Faktor Predisposisi • Faktor presipitasi Gambaran Klinis Delirium
Berdasarkan kriteria DSM-IV, delirium dicirikan
oleh gejala yang mulainya sangat cepat (biasanya dalam beberapa jam sampai hari) dan cenderung berfluktuasi, dengan perubahan tingkat kesadaran, ketidakmampuan berfokus, perhatian yang bertahan atau teralih, dan perubahan kognitif (seperti gangguan memori, disorientasi, gangguan bahasa) atau terjadinya gangguan perseptual Macam Macam Delirium • 1. Delirium Hiperaktif • 2. Delirium Hipoaktif • 3. Delirium Campuran Konsep asuhan keperawatan 1. Pengkajian Meliputi : • Identitas • Keluhan utama • Riwayat • Faktor predisposisi • Fisik • Psikososial • Alam perasaan dan afek • Persepsi • Proses pikir • Tingkat kesadaran • Memori • Kemampuan penilaian • Daya tilik diri • Kebutuhan klien sehari-hari Masalah keperawatan yang sering muncul
• Perubahan persepsi sensori: halusinasi berhubungan dengan
menarik diri • Kurangnya interaksi sosial (isolasi sosial) berhubungan dengan sistem pendukung yang tidak adekuat dan harga diri yang rendah • Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan intoleransi aktifitas • Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan system pendukung yang tidak adekuat INTERVENSI Diagnosa 1: Perubahan persepsi sensori: halusinasi berhubungan dengan menarik diri. • TUK :Dalam 2 minggu klien dapat mengenal tanda-tanda peningkatan kegelisahan dan melaporkan pada perawat agar dapat diberikan intervensi sesuai kebutuhan. • TUM :Klien tidak akan membahayakan diri, orang lain dan lingkungan selama di rumah sakit. 1. Pertahankan agar lingkungan klien pada tingkat stimulus yang rendah (penyinaran rendah, sedikit orang, dekorasi yang sederhana dan tingakat kebisingan yang rendah) 2. Ciptakan lingkungan psikososial 3. Observasi secara ketat perilaku klien (setiap 15 menit) 4. Kembangkan orientasi kenyataan 5. Lindungi klien dan keluarga dari bahaya halusinasi. 6. Tingkatkan peran serta keluarga pada tiap tahap perawatan dan jelaskan prinsip-prinsip tindakan pada halusinasi. 7. Berikan obat-obatan antipsikotik sesuai dengan program terapi (pantau keefektifan dan efek samping obat). Diagnosa 2: Kurangnya interaksi sosial (isolasi sosial) berhubungan dengan sistem pendukung yang tidak adekuat dan harga diri yang rendah • TUK :Klien siap masuk dalam terapi aktivitas ditemani oleh seorang perawat yang dipercayai dalam 1 minggu • TUM :Klien dapat secara sukarela meluangkan waktu bersama klien lainnya dan perawat dalam aktivitas kelompok di unit rawat inap. • INTERVENSI • 1. Ciptakan lingkungan terapeutik • 2. Perlihatkan penguatan positif pada klien. • 3. Orientasikan klien pada waktu, tempat dan orang. • 4. Berikan obat anti psikotik sesuai dengan program terapi. • Diagnosa 3: Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan intoleransi aktifitas • TUK : Klien dapat mengatakan keinginan untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari dalam 1 minggu • TUM : Klien ampu melakukan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri dan mendemosntrasikan suatu keinginan untuk melakukannya. • INTERVENSI • 1. Dukung klien untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari sesuai dengan tingkat kemampuan kien. • 2. Dukung kemandirian klien, tetapi beri bantuan klien saat kurang mampu melakukan beberapa kegiatan. • 3. Kaji klien setiap hari atau lebih sering apabila diperlukan untuk mengetahui tingkat fungsinya • 4. Izinkan klien untuk mengambil keputusan sesuai dengan kemampuannya. • 5. Bantu klien untuk menyusun kegiatan rutin harian, yang mencangkup hygiene, aktivitas, dsb. • Diagnosa 4: Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan system pendukung yang tidak adekuat • TUK : Klien dapat mencapai berat badan normal • Hasil laboratorium elektrolit serum klien akan kembali dalam batas normal dalam 1 minggu. • TUM : Klien tidak memperlihatkan tanda-tanda /gejala malnutrisi saat pulang. • INTERVENSI • 1. Monitor masukan, haluaran dan jumlah kalori sesuai kebutuhan. • 2. Timbang berat badan setiap pagi sebelum bangun • 3. Jelaskan pentingnya nutrisi yang cukup bagi kesehatan dan proses penyembuhan. • 4. Kolaborasi • 5. Sertakan keluarga dalam memnuhi kebutuhan sehari-hari • Evaluasi • Keberhasilan terapi penyebab yang mendasari delirium biasanya mengembalikan klien ke tingkat fungsi sebelumnya .klien dan pemberi perawatan atau keluarga perlu memahami praktik perawatan kesehatan yang penting untuk mencegah delirium Terima kasih...