Anda di halaman 1dari 27

Gangguan Sistem Pencernaan

KELOMPOK D
Vira Shintya Syafma, S.Kep 2041312030
Miftahul Rahmi, S.Kep 2041312019
Azizah Yulia Ulfa, S.Kep 2041312005
Rettania Lorenza Hamrizal, S.Kep 2041312003
Elisya Sofyani, S.Kep 2041312009
Noveri Yansyah, S.Kep 2041312011
Poppy Tia Andria, S.Kep 2041312033
Kintan Resqitha Ekaputri S.Kep 2041312018
Annisa Fatma, S.Kep 2041312035
Definisi
Apendisitis adalah infeksi pada appendiks
karena tersumbatnya lumen oleh fekalith
(batu feces), hiperplasi jaringan limfoid,
dan cacing usus. Obstruksi lumen
merupakan penyebab utama Apendisitis.
Erosi membran mukosa appendiks dapat
terjadi karena parasit seperti Entamoeba
histolytica, Trichuris trichiura, dan
Enterobius vermikularis (Ovedolf, 2006).
Pemeriksaan Penunjang
 Laboratorium
Terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan C-reactive protein (CRP). Pada
pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara 10.000-18.000/mm3
(leukositosis) dan neutrofil diatas 75%, sedangkan pada CRP ditemukan jumlah
serum yang meningkat. CRP adalah salah satu komponen protein fase akut yang
akan meningkat 4-6 jam setelah terjadinya proses inflamasi, dapat dilihat melalui
proses elektroforesis serum protein. Angka sensitivitas dan spesifisitas CRP yaitu
80% dan 90%.
 Radiologi
Terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi (USG) dan Computed Tomography Scanning
(CT-scan). Pada pemeriksaan USG ditemukan bagian memanjang pada tempat
yang terjadi inflamasi pada appendiks, sedangkan pada pemeriksaan CT-scan
ditemukan bagian yang menyilang dengan fekalith dan perluasan dari appendiks
yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran sekum. Tingkat akurasi USG 90-
94% dengan angka sensitivitas dan spesifisitas yaitu 85% dan 92%, sedangkan CT-
Scan mempunyai tingkat akurasi 94-100% dengan sensitivitas dan spesifisitas yang
tinggi yaitu 90-100% dan 96-97%.
Analisa urin ertujuan untuk mendiagnosa batu ureter dan
kemungkinan infeksi saluran kemih sebagai akibat dari nyeri
perut bawah.
Pengukuran enzim hati dan tingkatan amilase membantu
mendiagnosa peradangan hati, kandung empedu, dan pankreas.
Serum Beta Human Chorionic Gonadotrophin (B-HCG) untuk
memeriksa adanya kemungkinan kehamilan.
Pemeriksaan barium enema untuk menentukan lokasi sekum.
Pemeriksaan Barium enema dan Colonoscopy merupakan
pemeriksaan awal untuk kemungkinan karsinoma colon.
Pemeriksaan foto polos abdomen tidak menunjukkan tanda pasti
Apendisitis, tetapi mempunyai arti penting dalam membedakan
Apendisitis dengan obstruksi usus halus atau batu ureter kanan.
STUDI KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus
Pasien datang ke IGD RS dengan keluhan nyeri
perut kanan bawah dan muntah sebanyak 4 kali
sejak 2 hari yll. Pemeriksaan TTV TD : 100/80
mmHg S/N : 36 0C/86x/menit RR : 20x/menit.
Pasien post op appendectomy 1 hari yll. Saat
dilakukan pengkajian pasien mengeluh nyeri
pada bagian luka operasi, pasien mengatakan
nyeri seperti terbakar dan tertusuk-tusuk
dibagian bagian perut, skala nyeri 7.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny. G DENGAN
GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN
•Riwayat Kesehatan Sekarang
PENGKAJIAN
No. RM: 084284
 Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan
Tanggal masuk RS : 30 September 2020
nyeri perut kuadran kanan bawah dan
Tanggal Pengkajian : 2 Oktober 2020 muntah sebanyak 4 kali sejak 2 hari yang
Biodata lalu.
Identitas Klien  Pasien post op appendectomy 1 hari yang
Nama : Ny. G lalu. Pasien mengeluh nyeri pada bagian
Umur : 30 tahun luka operasi, pasien mengatakan nyeri
Jenis Kelamin : Perempuan seperti terbakar dan tertusuk-tusuk
Agama : Islam dibagian bagian perut, skala nyeri 7 serta
Sumber Biaya : BPJS nyeri menetap dan bertambah saat
Ruangan : Melati bergerak.
Penanggung Jawab
Nama : Ny. D
Umur : 50 tahun
Pekerjaan : PNS
Hubungan dengan klien : Keluarga klien
2. Riwayat Kesehatan Dahulu

 Pasien mengatakan saat ini merupakan pertama kalinya pasien


dirawat di rumah sakit. Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan sejak 1
bulan yang lalu. Nyeri yang dirasakan hilang timbul serta terasa seperti
perih dibagian ulu hati, nyeri datang saat suhu lingkungan dingin, sesudah
makan dan memakan makanan pedas. Pasien memeriksakan diri ke
pelayanan kesehatan terdekat, dan didiagnosa gastritis akut. Nyeri
berpindah ke perut kanan bawah, nyeri yang dirasakan seperti kram dan
menusuk, dan menetap sejak 2 hari yang lalu. Pasien mengatakan tidak
memiliki riwayat alergi.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan tidak ada riwayat anggota keluarga yang menderita


penyakit infeksi.

Ayah pasien meninggal karena kecelakaan mobil di jalan raya


Pola fungsional gordon
a. Persepsi dan penanganan kesehatan
 Pasien mengatakan bahwa penyakitnya ini disebabkan oleh pola
makan pasien yang tidak sehat dan pasien merasa menyesal karena
tidak menjaga pola makannnya. Pasien juga mengatakan tidak
merokok dan mengkonsumsi alkohol. Saat pasien hanya sakit flu dan
demam biasa, pasien biasanya hanya mengatasinya dengan membeli
obat di warung terdekat.

b. Pola nutrisi dan metabolik


- IMT: BB/TB : 55 kg/155 cm IMT: 55/(1,55)2 = 22 (BB normal)
- HB: 14 gr/dl hemotokrit: 44vol%
- Turgor kulit terlihat bagus, bibir pasien tidak pecah-pecah
- Pasien sebelum masuk RS sehari-hari makan 3x1 hari, dan minum 1 liter/hari.
Keluarga pasien mengatakan pasien menyukai makanan pedas dan mie instan
namun pasien tidak menyukai mengkonsumsi sayur.
- Pada saat di RS pasien makan 3x sehari, hanya menghabiskan 3/4 porsi, pasien
biasanya memakan bubur. Pasien juga minum air putih sebanyak 6-8 gelas (1500-
2000 cc)/24 jam
- Pasien terpasang infus RL 20tpm
•Pola Eliminasi
Saat dilakukan pengkajian pasien menggunakan kateter sejak satu hari yang
lalu dan tidak terdapat tanda- tanda infeksi (tidak ada perdarahan, tidak ada
lesi dan tidak ada kemerahan
Pola Defekasi Pola Urinasi

Frekwensi: 1 x/hari Volumei: 1800ML


Konsistensi: padat
Warna: jernih kekuningan
Warna: kuning
Bau: ammonia
Stoma: tidak ada
Alat bantu: Kateter

•Pola aktivitas/olahraga
Kekatan otot: 4444
Aktivitas 0 1 2 3 4
Keterangan : Makan/Minum V
0 = Mandiri Mandi   V  
1 = Di bantu orang lain Berpakaian/berdandan   V

2 = Dengan alat bantu Toileting   V


Mobilisasi di Tempat Tidur   V
3 = Di bantu orang lain dan alat
Berpindah   V
4 = Tergantung total
Berjalan   V
Menaiki Tangga   V
e. Pola istirahat/tidur

Tidur pasien ± 9 jam/hari dan tidur siang ± 2


jam/hari

f. Pola kognitif-persepsi

 Status mental : kompos mentis

 Bicara : normal

 Pasien mengeluh nyeri pada bagian luka operasi, pasien mengatakan nyeri seperti
terbakar dan tertusuk-tusuk dibagian bagian abdomen kuadran kanan bawah, skala
nyeri 7 dan bertambah nyeri saat bergerak.

g. Pola Peran Hubungan

 Pekerjaan pasien merupakan seorang ibu rumah tangga

 Sistem pendukung: Keluarga, hubungan pasien dengan keluarga juga baik dan

keluarga juga sering menjenguk dan merawat pasien di rumah sakit


h. Pola seksualitasi/reproduksi
 Tanggal menstruasi terakhir pasien(TMA): 2 minggu yang lalu
 Sejak sakit pasien tidak melakukan hubungan seksual dengan suaminya
 Tidak ada permasalahan pada sistem reproduksi pasien

i. Pola Koping-Toleransi Stres

 Masalah finansial: BPJS

 Hal yang dilakukan ketika ada masalah: pasien mendiskusikannya dengan suami dan keluarganya

 Penggunaan obat untuk menghilangkan stress: tidak ada

 Keadaan emosi dalam sehari-hari: tidak ada masalah

j. Pola keyakinan-nilai
 Pasien beragama islam
 Pasien mengatakan sering melaksanakan sholat 5 waktu, namun setelah
dilakukannya operasi, pasien sholat diatas tempat tidur
 Permintaan kunjungan rohani: tidak ada
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
 Klien tampak lemah, tidak bergairah, tampak meringis, nyeri pada lokasi
post-op appendectomy dan beraktivitas di tempat tidur.

PEMERIKSAAN FISIK
  Gambaran
Tanda Vital TD : 100/80 mmHg S : 360 C

N : 86x/menit P : 20x/menit
Kepala - Inspeksi: kepala tampak sedikit kotor, bentuk kepala bulat, warna
rambut hitam, tidak terdapat luka dan lesi pada kepala
 
- Palpasi: tidak terdapat benjolan pada kepala, dan tidak terdapat
nyeri tekan
Wajah - Inspeksi: wajah tampak simetris, tidak terdapat luka dan lesi pada
wajah, dan wajah tampak meringis
- Palpasi: tidak terdapat pembengkakan, tidak terdapat benjolan pada
wajah, dan tidak terdapat nyeri tekan
Leher - Inspeksi : bentuk leher normal, tidak ada pembengkakan
- Palpasi : tidak terdapat massa, dan reflek menelan pasien baik
Toraks  
Paru - Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan, dan
tidak terdapat kelainan pada tulang dada
  - Palpasi : tidak terdapat benjolan pada dada, gerakan dinding dada normal
antara kanan dan kiri, taktil fremitus normal (tidak terdapat cairan)
 
- Perkusi : tidak terdapat massa dan udara, bunyi suara sonor pada kedua
  lapang paru
- Auskultasi: suara nafas vesicular pada kedua lapang paru
  Jantung  
  - Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat
- Palpasi : iktus cordis tidak teraba
  - Perkusi : tidak terdapat kardiomegali
- Auskultasi : irama jantung regular dan tidak terdapat bising jantung
 
Abdomen - Inspeksi : bentuk simentris, terdapat luka post operasi appendiktomy dengan
jahitan rapi, luka bersih, tidak ada pus, kemerahan berkurang, tidak bengkak,
panjang luka ± 5 cm, terdapat 5 jahitan luka dan tertutup verban.
- Palpasi : tidak ada pembesaran hati, tidak ada pembesaran ginjal maupun
limfa, suhu sekitar luka hangat dan nyeri pada daerah abdomen kuadran
kanan bawah
- Perkusi : tympani
- Auskultasi : Peristaltik usus 17 x/menit
Genitalia - Inspeksi : jenis kelamin wanita, tidak terdapat
  udem, dan tidak terdapat kelainan serta terpasang
kateter semenjak 1 hari yang lalu, tidak ada
perdarahan, tidak ada lesi dan tidak ada
kemerahan
 Rectal - Inspeksi : tidak terdapat benjolan pada anus
Ekstremitas Atas
- Inspeksi: bentuk kedua tangan simetris dan tidak
terdapat edema, pada tangan kiri pasien terpasang
infus
- Reflek bisep dan trisep normal
Bawah
- Inspeksi: bentuk kedua kaki simetris, tidak
terdapat edema
- Reflek patella normal
b. Terapi
1) Infuse RL 20 tpm
2) Metronidazole 500 gr/8 jam
3) Cefotaxim 1 gr/12 jam
4) Ranitidine 25 mg/12 jam
5) Norages 100 gr/8 jam
Analisa Data
Data Etiologi Proble
m
DS : 1 Luka post Nyeri Akut
•. Pasien mengeluh nyeri operasi
 
• P: nyeri pada luka operasi (appendectomy)
• Q:terbakar dan tertusuk-tusuk
• R: daerah abdomen kuadran kanan bawah
• S: skala nyeri 7
• T: nyeri menetap dan bertambah saat bergerak
DO :
• Pasien tampak meringis
• Pasien terlihat gelisah
• Terdapat luka post operasi appendectomy

DS: Luka post Resik


• Pasien mengatakan nyeri pada lokasi operasi operasi o Infeksi
appendectomy
DO :
• Terdapat luka post operasi appendektomi dengan
jahitan rapi, luka bersih, tidak ada pus, kemerahan
berkurang, tidak bengkak, panjang luka ± 5 cm,
terdapat 5 jahitan luka
• Leukosit: 15.300%
2. Risiko Infeksi Keparahan Infeksi Perawatan Luka
Definisi : Beresiko Definisi : Pencegahan komplikasi luka dan
Dipertahankan pada 3 peningkatan penyembuhan luka
mengalami peningkatan
terserang organisme ditingkatkan pada 5
Aktivitas-aktivitas :
patogenik.
Indikator : 1. Angkat balutan dan plester perekat
• Kemerahan 2. Monitor karakteristik luka, termasuk
• Demam drainase, warna, ukuran, dan bau
• Nyeri 3. Singkirkan benda-benda yang tertanam
• Malaise 4. Bersihkan dengan normal saline atau
• Peningkatan sel darah putih
pembersih yang tidak beracun dengan tepat
5. Berikan rawatan insisi pada luka, yang
diperlukan
6. Oleskan salep yang sesuai dengan kulit/lesi
7. Berikan balutan yang sesuai dengan jenis
luka
8. Pertahankan teknik balutan steril ketika
melakukan perawatan luka dengan tepat
9. Periksa luka setiap kali perubahan balutan
10. Bandingkan dan catat setiap perubahan
luka
11. Ajarkan pasian den keluarga mengenai
prosedur perawatan luka
12. Anjurkan pasien dan keluarga untuk
mengenal tanda dan gejala infeksi luka
13. Dokumentasikan lokasi, ukuran, dan
tampilan luka
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai