Anda di halaman 1dari 17

Asuhan Keperawatan dengan ISPA

Oleh:

1. Putri Hemas Kusuma N (8801190055)


2. Rika Tul Atifah (8801190056)
Pengertian
ISPA

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah radang akut


saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan
oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun
reketsia tanpa atau disertai dengan radang parenkim
paru. (Wijayaningsih, 2013, hal. 1)

Jadi dari definisi diatas kami menyimpulkan bahwa ISPA


adalah suatu penyakit yang diakibatkan mikroorganisme
bisa menyerang pernapasan atas maupun bawah.
Etiologi
01 Bakteri
streptococcus pneumonia adalah anggota dari genus
streptococcus yang gram positif menyebabkan gejala utama
pneumonia.

02 Virus
coronavirus merupakan mikroorganisme yang dapat
menyebabkan penyakit ISPA dan penyebarannya coronavirus bisa
dialihkan lewat udara pada enderita batuk ataupun bersin. .

03 Anak ≤ 2 tahun
Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak
usia dibawah 2 tahun yang kekebalan tubuhnya lemah atau
belum sempurna.

04 Faktor Lain
rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, buruknya
sanitasi lingkungan merupakan factor lain yang
berkonstribusi menyebabkan ISPA
Pato
fisiologi
Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit
penyakit masuk kedalam tubuh melalui pernapasan, oleh karena itu maka penyakit
ISPA ini termasuk golongan Air Borne Disease. 
Sebagian besar penularan melalui udara dapat pula menular melalui kontak
langsung, namun tidak jarang penyakit yang sebagian besar penularannya adalah
karena menghisap udara yang mengandung unsur penyebab atau mikroorganisme
penyebab.
Silia bergerak dengan retmis untuk mendorong mokus dan semua
mikroorganisme yang terperangkap didalam mokus, keatas nasofaring tempat
mokus tersebut dapat dikeluarkan melalui hidung lalu ditelan.
Apabila dapat lolos dari mekanisme pertahanan tersebut ke saluran
pernapasan atas maka mikroorganisme akan dihadang oleh lapisan pertahanan yang
ke tiga (sistem imun) untuk mencegah mikroorganisme tersebut sampai disaluran
napas bawah. Respon ini diperantarai oleh limfosit, tetapi juga melibatkan sel-sel
darah putih lainnya, misalnya makrofak, niotrofil, dan sel mast yang tertarik ke
daerah tempat proses peradangan berlangsung. (Marni, 2014, hal. 26)
Klasifikasi
Batuk tanpa pernafasan cepat atau kurang dari 40 kali per menit, hidung tersumbat atau

01 Ringan berair, tenggorokan merah, telinga berair.

Batuk dan nafas cepat tanpa stridor, gendang telinga merah, dari telinga keluar cairan

02 Sedang kurang dari 2 minggu. Faringitis, purulen dengan pembesaran kelenjar limfe leher yang
nyeri tekan ( adentis sevikal ).

Batuk dengan nafas cepat dan stridor, membran keabuan bifaring, kejang-kejang, apnea,

03 Berat dehidrasi berat /tidur terus, tidak ada sianosis.

Batuk dengan nafas cepat, stridor dan sianosis serta tidak dapat minum.

04 Sangat Berat
Komplikasi
1. Laringitris
peradangan pada laring (pangkal tenggorokan). Laring terletak dipuncak saluran
udara yang menuju ke paru-paru. Disebabkan oleh saluran pernapasan bagian
atas.

ISPA (Saluran Pernafasan


Akut) sebenarnya merupakan
self limited disease yang
sembuh sendiri dalam 5-6 2. Bronkritis
hari jika tidak terjadi invasi suatu peradangan yang terjadi pada bronkus (saluran udara ke paru-paru yang
kuman lain, tetapi penyakit disebabkan oleh virus dan bakteri).
ISPA yang tidak mendapatkan
pengobatan dan perawatan
yang baik dapat
menimbulkan penyakit
seperti: 3. Sinusitis
suatu peradangan pada sinus yang terjadi karena alergi atau infeksi virus pada
saluran pernapasan bagian atas (misalnya pilek). (Wahid, 2013, hal. 190)
Pengkajian
1. Identitas
Umur  : ISPA bisa menyerang siapa saja termasuk seseorang yang mengalami kelainan sistem
kekebalan tubuh, juga pada seorang lanjut usia dikarenakan kekebalan tubuh menurun dan juga
memiliki resiko pada balita dan anak-anak, dikarenakan sistem kekebalan tubuh mereka belum
terbentuk sepenuhnya. (Wahid, 2013, hal. 194)
Jenis kelamin   : bisa menyerang laki laki atau perempuan (Wahid, 2013, hal. 194)
2. Status kesehatan saat ini
3. Keluhan Utama : Keluhan pada klien biasanya ditandai dengan gejala antar lain Demam dan
pilek  akibat infeksi pertama dan peradangan pada tenggorokan. (Wahid, 2013, hal. 194)
4. Alasan masuk rumah sakit : Pasien masuk rumah sakit dikarenakan keluhan muncul mengeluh
demam, batuk, pilek dan sakit tenggorokan (Wahid, 2013, hal. 194)
5. Riwayat penyakit sekarang : Pada klien penyakit ISPA keluhan yang ada adalah Demam, batuk,
pilek, muntah dan anoreksia. (Wahid, 2013, hal. 194)
6. Riwayat penyakit terdahulu
7. Riwayat penyakit sebelumnya
Perawat menanyakan tentang penyakit yang dialaminya sebelumnya terutama yang mendukung
atau yang memperberat kondisi sistem pernapasan pada klien saat ini, pernahkah klien
menderita Asma, pneumonia dan sebagainya. (Wahid, 2013, hal. 195)
8. Riwayat penyakit keluarga
Adanya riwayat keturunan anggota keluarga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien.
Salah satu anggota keluarganya menderita penyakit asma. (Wahid, 2013, hal. 195)
9. Riwayat pengobatan
Perawat perlu mengklarifikasi pengobatan masa lalu dan riwayat alergi, catat adanya efek
samping yang terjadi dimasa lalu. Klien minum jeruk nipis dan kecap saat mengalami batuk dan
sakit tenggorokan. (Wahid, 2013, hal. 195)
10. Tanda- tanda vital
TD     : pada pasien ISPA tensi meningkat
Suhu  : suhu meningkat 39-40ºC
RR     :pernapasan meningkat
Nadi  : nadi teraba cepat (Wijayaningsih, 2013, hal. 4)
11. Body System
12. Sistem pernafasan (Wijayaningsih, 2013, hal. 5)
- Infeksi
- Membran mukosa hidung faring tampak kemerahan.
- Tonsil tampak kemerahan dan edema.
- Tampak batuk tidak produktif.
- Tidak ada jaringan parut pada leher.
- Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan cuping hidung.
- Palpasi
- Adanya demam.
- Dan lain-lain
13. Sistem kardiovaskuler (Wahid, 2013, hal. 195-196)
- Inspeksi
- Denyut nadi cepat
- Batas jantung mengalami pengeseran
- Auskultasi
- Tekanan darah meningkat (Wahid, 2013, hal. 195-196)
14. Sistem persyarafan
Klien mengalami gejala panas disertai juga tanda dan gejala seperti pilek, sakit tenggorokan,
demam. (Wahid, 2013, hal. 196)
15. Sistem perkemihan
Jarang ditemukan gejala pada sistem perkemihan (Wahid, 2013, hal. 196)
16. Sistem pencernaan
Pada sistem pencernaan klien mengalami nyeri tekan pada tenggorokan, nyeri perut, penurunan
nafsu makan. (Wahid, 2013, hal. 196)
17. Sistem integument
Mengkaji warna kulit integritas kulit utuh atau tidak, turgor kulit kelihatan kering, panas dan
nyeri saat ditekan.
18. Sistem musculoskeletal
Tidak ada kelainan didalam sistem ini kecuali ada komplikasi penyakit lain  (Wahid, 2013, hal.
196)
19. Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan kecuali ada komplikasi. (Wahid, 2013, hal. 196)
20. Sistem reproduksi
Tidak ada kelainan pada bentuk alat kelamin laki-laki maupun perempuan. (Wahid, 2013, hal.
196)
21. Sistem penginderaan
ada sistem pengindraan bagian konjungtiva, sklera normal dan pupil dapat menangkap cahaya
dengan baik. (Marni, 2014, hal. 26)
22. Sistem imun
Biasanya gejala terjadi saat kekebalan tubuh menurun. (Wahid, 2013, hal. 194)
Pemeriksaan Penunjang

- Kultur : pemeriksaan kultur untuk mengidentifikasi mikroganisme yang


menyebabkan infeksi klinis pada sistem pernafasan.
- Uji fungsi pulmonal : pemeriksaan fungsi pulmonal untuk mendapatkan data
tentang pengukuran volume paru, mekanisme pernafasan dan kemampuan difusi
paru.
- Biopsi :pengambilan bahan spesimen jaringan untuk bahan pemeriksaan.
- Pemeriksaan gas darah arteri : pemeriksaan untuk memberikan data objektif
tentang oksigenasi darah arteri, pertukaran gas, ventilasi alveolar dan
keseimbangan asam basa.
- Radiologi dada: untuk mendeteksi penyakit paru antara lain: TB, PNEUMONIA,
ABSES PARU dll
- Pemeriksaan sputum : untuk mengidentifikasi organisme patogenik dan untuk
menentukan apakah terdapat sel-sel maligna atau tidak. (Kunoli, 2012, hal. 219-
220)
Penalaksanaan
1. Ringan
tampa pemberian obat antibiotik, diberikan perawatan dirumah, untuk batuk
dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak
mengandung zat yang merugikan. Bila demam diberikan obat penurun panas
yaitu parasetamol.
Penatalaksanaan kasus yang benar
merupakan strategi untuk
mencapat 2 dari 3 tujuana
program turunya kematian atau 2. Sedang
penggunaan anti biotik dan obat
batuk yang kurang tepat pada ISPA yang sedang diberikan obat kotrimoksazol peroral. Jika keadaan penderita
pengobatan penyakit ISPA. menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksilin, atau
Pedoman penatalaksanaan kasus penisilin prokain.
ISPA akan memberikan petunjuk
standar pengobatan penyakit ISPA
yang akan berdampak mengurangi
pengunaan antibiotik untuk kasus
kasus batuk pilek biasa, serta 3. Berat
mengurangi pengunaan obat dirawat dirumah sakit dan diberikan anti biotik parenteral, oksigen dan
batuk yang kurang bermanfaat.. sebagainnya.(Kunoli, 2012, hal. 220)
Diagnosa Keperawatan

- Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) b/d proses infeksi


- Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia.
- Nyeri akut b/d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.
- Resti penularan infeksi b/d tidak kuatnya pertahanan sekunder (adanya
infeksi penekanan imun)
- Kebersihan jalan napas inefektif b/d peningkatan produksi secret
- Pola napas inefektif b/d penurunan fungsi paru.
- Gangguan pertukaran gas b/d efek inflamasi
- Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik.
Intervensi Keperawatan

01 Diagnosa I 02 Diagnosa II
Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) b/d proses infeksi Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
Tujuan: suhu tubuh kembali normal (36⁰c-37,5⁰c) anoreksia.
Kriteria hasil: pasien mengatakan suhu tubuhnya tidak panas Tujuan: dapat memenuhi nutrisi dalam tubuh pasien
lagi. Kriteria hasil: nutrisi pasien seimbang dan tidak menunjukan
malnutrisi.

03 Diagnosa III 04 Diagnosa IV


Resti penularan infeksi b/d tidak kuatnya pertahanan sekunder Resti penularan infeksi b/d tidak kuatnya pertahanan sekunder
(adanya infeksi penekanan imun) (adanya infeksi penekanan imun)
Tujuan: tidak terjadi penularan dan komplikasi Tujuan: tidak terjadi penularan dan komplikasi
Kriteria hasil: tidak terjadi komplikasi berlanjut terhadap Kriteria hasil: tidak terjadi komplikasi berlanjut terhadap
pasien. pasien
Intervensi Keperawatan

05 Diagnosa V 06 Diagnosa VI
Kebersihan jalan napas inefektif b/d peningkatan produksi Pola napas inefektif b/d penurunan fungsi paru.
sekret Tujuan: pola napas kembali normal
Tujuan: jalan napas bersih dan normal. Kriteria hasil: klien bisa secara optimal.
Kriteria hasil: klien dapat bernapas dengan normal.

07 Diagnosa VII 08 Diagnosa VIII


Gangguan pertukaran gas b/d efek inflamasi. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik.
Tujuan: pertukaran gas normal di paru Tujuan: peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
Kriteria hasil: kebutuhan o₂ bisa terpenuhi. Kriteria hasil: pasien dapat kembali beraktivitas secara
mandiri.
Anamenesa
Pasien dengan ISPA dapat datang dengan keluhan
seperti rhinorrhea, kongesti nasal, bersin, nyeri
tenggorok, batuk, demam, dan lemas. Keluhan yang
dialami dapat terjadi selama 3-14 hari.

Keluhan common cold biasanya terjadi 2-3 hari setelah


inokulasi. Keluhan yang sering terjadi pada common
cold adalah rhinorrhea, kongesti nasal, dan bersin-
bersin. Sekret nasal dapat tidak berwarna, atau
berwarna keputihan sampai kehijauan. Namun, warna
dan kekentalan sekret tidak dapat membedakan
patogen penyebab virus ataupun bakteri.

Apabila bakteri patogen menyerang daerah faring,


dapat ditemukan adanya keluhan nyeri tenggorok atau
keluhan nyeri saat menelan.
Pada laringitis dapat ditemukan keluhan batuk, post
nasal drip, dan sulit bernapas. Pada tonsilitis dapat
ditemukan keluhan nyeri saat menelan, sulit bernapas,
dan mendengkur saat tidur. Keluhan demam juga
dapat terjadi terutama pada anak-anak.
THANK YOU
Insert the Subtitle of Your Presentation

Anda mungkin juga menyukai