DENGUE
Pembimbing: dr. Kurniyanto, Sp.PD
PENYAKIT VIRUS
AKUT YANG
DEMAM
DISEBABKAN OLEH
BERDARAH
VIRUS DENGUE YANG
DENGUE (DBD)
MENIMBULKAN SYOK
DAN KEMATIAN
WHO 2011
MEKANISME
CARA
PENULARAN
MANIFESTASI KLINIS
WHO 2011
Shu PY. Comparison of a capture immunoglobulin M (IgM) and IgG ELISA and nonstructural protein NS1 serotype-specific IgG
ELISA for differentiation of primary and
secondary dengue virus infections. Clin Diagn Lab Immunol 2006;10:622-30
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
LABORATORIUM
UJI SEROLOGI
RADIOLOGI
RT-PCR (Reverse Transcriptase Polymerase
Chain Reaction )
KRITERIA PEMULANGAN
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata K M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014. 549–557 p.
Bakteriologi
Salmonella typhii
Salmonella typhii
• Berbentuk batang
• Gram negative
• Motil
• Anaerob fakultatif
• Memiliki flagel dan kapsul
ANTIGEN
• Antigen O : Somatik
• Antigen H : Flagela
• Antigen Vi : Kapsul
Jorgensen,JH.et al.Jawetz,Melnick & Adelbeg’s.2010.Medical Microbiology 25th edition Chapter 15.New York :
McGraw Hill Companies.
Nelwan, R.H.H. 2007. Demam: Tipe dan Pendekatan dalam Sudoyo, Aru W. et.al. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
PATOGENESIS
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata K M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014. 549–557 p.
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata K M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014. 549–557 p.
GAMBARAN
KLINIS
Gambaran klinis
MINGGU PERTAMA MINGGU KETIGA
MINGGU KEDUA
- Klinis progresif
- Demam - Demam - Demam dapat terus
- Nyeri kepala - Bradikardi relative menerus
- Pusing - Lidah yang - Delirium
- Nyeri otot - Bising usus melemah
berselaput
- Anoreksia - Hepatomegali - Distensi abdomen
- Mual - Splenomegali memberat
- Muntah - Meteorismus - Ronkhi paru
- Obstipasi/diare - Somnolen, sopor, - Hipotensi
- Perasaan tidak - Kematian dapat terjadi
delirium, atau
enak di perut psikosis pada fase ini akibat
- Batuk miokarditis, perdarahan
- epistaksis usus dan perforasi
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata K M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014. 549–557 p.
GEJALA KLINIS DAN TANDA SKOR
Demam < 1 minggu 1
TIFOID Mual
Nyei perut
Anoreksia
1
1
1
Muntah 1
Gangguan peristaltic usus 1
Insomnia 1
Hepatomegali 1
Splenomegali 1
Skor ≥ 13 : Kemungkinan besar demam tifoid Demam > 1 minggu 2
Skor 8-12: 50% kemungkinan demam tifoid Bradikardi relatif 2
Skor ≤ 7 : Kemungkinan kecil demam tifoid Lidah tifoid 2
Melena 2
Penurunan kesadaran 2
Total Skor 20
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata K M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014. 549–557 p.
UJI WIDAL
• Untuk deteksi antibody terhadap kuman S. typhii
• Menentukan adanya aglutinin O dan aglutinin H pada serum penderita tersangka
demam tifoid
• Semakin tinggi titer, semakin besar kemungkinan terinfeksi kuman.
UJI typhidot
• Deteksi antibody IgM dan IgG yang terdapat pada protein membran luar S. typhi
• Sensitivitas 98%, spesifisitas 76,6%, dan efisiensi uji 84%
• IgG dapat bertahan sampai 2 tahun sehingga tidak dapat digunakan untuk membedakan infeksi
akut dengan kasus reinfeksi atau konvalesen pada infeksi primer modifikasi uji Typhidot-M
• Uji Typhidot-M lebih sensitif dan memiliki sensitivitas mencapai 100% (Studi evalusi Khoo KE dkk)
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata K M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014. 549–557 p.
Uji Ig-M Dipstick
• Deteksi IgM spesifik terhadap Lipopolisakarida Salmonella
• House dkk, 2001 dan Gasem MH dkk, 2002: dibandingkan dengan kultur darah memiliki
sensitivitas 65-77%, spesifisitas 95-100%
• Mudah dan cepat (1 hari)
•
Kultur darah
Hasil biakan positif: memastikan demam tifoid
• Hasil biakan negatif: tidak menyingkirkan demam tifoid
• Hal-hal yang dapat menyebabkan hasil biakan negatif:
o Telah mendapat terapi antibiotic
o Volume darah yang kurang
o Riwayat vaksinasi
o Waktu pengambilan darah setelah seminggu pertama Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata K M, Setiyohadi B, Syam AF,
editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. VI. Jakarta: InternaPublishing;
2014. 549–557 p.
PENATALAK
SANAAN
Istirahat dan perawatan
• Mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan
• Tirah baring
• Kebersihan tempat tidur, pakaian, perlengkapan yang dipakai
• Mengawasi posisi pasien
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata K M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014. 549–557 p.
PEMBERIAN
1. Kloramfenikol
• Dosis yang diberikan: 4 x 500 mg perhari
ANTIMIKROBA
• Diberikan sampai dengan 7 hari bebas demam
2. Tiamfenikol
• Dosis yang diberikan: 4 x 500 mg perhari
3. Kotrimoksazol
• Dosis untuk orang dewasa adalah 2 x 2 tablet (1 tablet mengandung 400
mg sulfametoksazol dan 80 mg trimethoprim)
• Diberikan selama 2 minggu
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata K M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014. 549–557 p.
PEMBERIAN
5. Ampisilin dan Amoksisilin
• Dosis yang diberikan: 50-150 mg/kgBB
ANTIMIKROBA
• Diberikan selama 2 minggu
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata K M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014. 549–557 p.
PEMBERIAN
7. Fluorkuinolon
• Norfloksasin dosis 2x400 mg/hari selama 14 hari
ANTIMIKROBA
• Siprofloksasin dosis 2x500 mg/hari selama 6 hari
• Ofloksasin dosis 2x400 mg/hari selama 7 hari
• Pefloksasin dosis 400 mg/hari selama 7 hari
• Fleroksasin dosis 400 mg/hari selama 7 hari
• Levofloksasin dosis 1x500 mg/hari selama 5 hari
8. Azitromisin
• Dosis yang diberikan: 2x500 mg
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata K M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014. 549–557 p.
PEMBERIAN
KOMBINASI OBAT ANTIBIOTIKA
ANTIMIKROBA
• Toksik tifoid, peritonitis, perforasi, syok septik dan apabila terbukti
ditemukan 2 macam organisme dalam kultur darah selain kuman
Salmonella.
KORTIKOSTEROID
• Hanya diindikasikan pada toksik tifoid atau demam tifoid yang
mengalami syok
• Deksametason dosis 3x5 mg
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata K M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014. 549–557 p.
KOMPLIKAS
I
KOMPLIKASI
KOMPLIKASI INTESTINAL:
• Perdarahan, perforasi, ileus paralitik, pankreatitis
DEMAM TIFOID
KOMPLIKASI EKSTRA-INTESTINAL
• Komplikasi kardiovaskular: gagal sirkulasi perifer, miokarditis, trombofeblitis
• Komplikasi darah: anemia hemolitik, trombositopenia, KID, thrombosis
• Komplikasi paru: pneumonia, empiema, pleuritis
• Komplikasi hepatobilier: hepatitis, kolesistitis
• Komplikasi ginjal: glomerulonefritis, pielonefritis.
• Komplikasi tulang: oteomielitis, periostitis, spondylitis, artritis
• Komplikasi neuropsikiatrik/tifoid toksik
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata K M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014. 549–557 p.
PENCEGAHA
N
PENCEGAHAN
PREVENTIF DAN KONTROL PENULARAN
1. Perilaku hidup sehat
DEMAM TIFOID
2. Hindari makanan dan minuman yang terkontaminasi
3. Pencegahan transmisi langsung dari pasien terinfeksi S.typhii akut maupun
karier
4. Vaksinasi:
- Vaksin oral: Ty21a
- Vaksin parenteral: ViCPS (Vaksin kapsul polisakarida)
MALARIA
Pembimbing: dr. Kurniyanto, Sp.PD
.
MANIFESTASI KLINIS
1. Malaria Falsiparum
– Gejala demam timbul intermiten dan dapat kontinyu. Jenis malaria ini paling sering
menjadi malaria berat yang menyebabkan kematian.
2. Malaria Vivaks
– Gejala demam berulang dengan interval bebas demam 2 hari.
3. Malaria Ovale
– Manifestasi klinis biasanya bersifat ringan. Pola demam seperti pada malaria vivaks.
4. Malaria Malariae
– Gejala demam berulang dengan interval bebas demam 3 hari.
5. Malaria Knowlesi
– Gejala demam menyerupai malaria falsiparum.
Diagnosis
Anamnesis :
• Trias Malaria (demam, menggigil, keringat dingin)
• Disertai sakit kepala, nyeri otot, mual, muntah dan diare
Faktor Risiko :
• Riwayat berpegian/ tinggal didaerah endemik malaria.
• Riwayat menderita malaria sebelumnya.
• Riwayat mendapat transfusi darah.
Pemeriksaan Fisik :
• Suhu tubuh meningkat ≥ 37,5oC
• Nadi cepat dan lemah
• TD sistolik <70mmHg pada dewasa
• Pernapasan cepat (takipneu)
• Manifestasi Perdarahan : Ptekie, Purpura, Hematom
• Anemis
• Sklera Ikterik
• Hepatomegali dan/atau Splenomegali
• Oligouria hingga Anuria
• Gangguan neurologis
Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang :
• Pemeriksaan hapusan darah tipis dan tebal.
• Rapid Diagnostic Test (RDT)
Pemeriksaan untuk malaria berat :
• Darah Lengkap
• Kimia darah
• EKG
• Foto toraks
• Analisis cairan serebrospinalis
• Biakan darah dan uji serologi
• Urinalisis.
MALARIA BERAT
• Hapusan Tipis
Terutama untuk melihat jenis spesies
Dapat dilakukan hitung parasit
berdasarkan jumlah parasit/1000 eritrosit
Pemeriksaan dengan mikroskop
A. Young trophozoite.
B. Old trophozoite.
C. Trophozoites in
erythrocytes and pigment in
polymorphonuclear cells.
D. Mature schizont.
E. Female gametocyte.
F. Male gametocyte.
Thin blood films of
Plasmodium vivax.
A. Young trophozoite.
B. Old trophozoite. C.
Mature
schizont.
D. Female gametocyte.
E. Male gametocyte.
Thick blood films of Plasmodium ovale.
1. World Health Organization. Human leptospirosis : guidance for diagnosis, surveillance and control. Malta: WHO. 2003
2. Zein Umar. (2006). “Leptospirosis”, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, edisi 4. FKUI : Jakarta. Hal.1845 - 1848.
3. Speelman, Peter. (2005). “Leptospirosis”, Harrison’s Principles of Internal Medicine, 16th ed, vol I. McGraw Hill : USA. Pg.988-991.
ETIOLOGI
MORFOLOGI
• Bakteri Leptopsira merupakan Sprichaetae
aerobic
• Motil (dapat bergerak)
• Gram negative (-)
• Memiliki panjang 5 -15 µm dan diameter 0,1 -
0,2µm
• Bakteri yang memiliki sifat sangat halus
sehingga di mikroskop lapang gelap terlihat
seperti kokus kecil
1. World Health Organization. Human leptospirosis : guidance for diagnosis, surveillance and control. Malta: WHO. 2003
2. Zein Umar. (2006). “Leptospirosis”, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, edisi 4. FKUI : Jakarta. Hal.1845 - 1848.
3. Speelman, Peter. (2005). “Leptospirosis”, Harrison’s Principles of Internal Medicine, 16th ed, vol I. McGraw Hill : USA. Pg.988-991.
PATOGENESIS
Mukosa
Lesi kulit
Respon imun
GLP, LPS, Organ: Ginjal,
Leptospirosis lisis (Imunitas seluler
Endotoksin Paru, Hepar, Mata
dan humoral)
Sumber: Speelman P, Hartskeerl R. Leptospirosis in Harisons principles of internal medicine 17th ed. USA: McGraw-Hill. 2008;164:1048-51
FAKTOR RISIKO
Sumber: Zein Umar. (2009). “Leptospirosis”, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, edisi 4. FKUI : Jakarta. Hal.2807 - 2812.
MANIFESTASI KLINIS
Sumber: Zein Umar. (2009). “Leptospirosis”, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, edisi 4. FKUI : Jakarta. Hal.2807 - 2812.
MANIFESTASI KLINIS
SERING JARANG
Sumber: Zein Umar. (2009). “Leptospirosis”, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, edisi 4. FKUI : Jakarta. Hal.2807 - 2812.
DIAGNOSIS
Pemberian antibiotik idealnya diberikan dalam 5 hari sejak awal sakit tanpa menunggu serologi.
Sumber: Zein Umar. (2009). “Leptospirosis”, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, edisi 4. FKUI : Jakarta. Hal.2810 - 2811.
TERAPI
Supportive measures:
• Pemberian cairan dan keseimbangan elektrolit
• Diuretik dalam keadaan oligouria (jika diperlukan)
• Trasnfusi darah bila ada indikasi
• Ventilator
• Hemodialisa
• Gagal ginjal
• Gangguan fungsi hepar
• Sepsis
TERIMAKASIH