Anda di halaman 1dari 20

PNEUMONIA

Nama kelompok

Mileni Andri
Desi ananda Ardila
ramadh
asmerit S parasan
ona
a dy

Yeza
Candra zul Lili
saputra efiandi safriani
Anatomi fisiologi
DEFINISI PNEUMONIA
Pneumonia adalah peradangan paru dimana asinus paru terisi cair
an radang dengan atau tampa disertai infiltrasi dari sel radang
kedalam dinding alveoli dan rongga interstisium
ETIOLOGI PNEUMONIA
 Penyebab pneumonia adalah :
Bakteri
 Bakteri garam positif ( streptococcus pneumonia/ pneumococcal peneumonia, sta

phylococcus aureus)
 Bakteri gram negative

 Atypical bacteria ( legionella pneumophia dan mycoplasma pneumonia)

Virus
 Vieus influenza

 Parainfluenza

 Adenovirus

 Virus synsitical respiratorik

 Rhinovirus

Jamur
 Kandidiasis

 Histoplasmosis

 Kriptokokkis

Protozoa : Pneumokistis Karinii Pneumonia


FAKTOR RISIKO

Factor- factor yang meningkatkan risiko kematian akibat pn


eumonia :
 Umur dibawah 2 bulan

 Tingkat sosioekonomi rendah

 Gizi kurang

 Berat badan lahir rendah

 Tingkat pelayanan ( jangkuan) kesehatan rendah

 Kepadatan tempat tinggal

 Imunisasi yang tidak memadai

 Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA)

 Tidak berfungsinya system imun ( AIDS)


KLASIFIKASI PNEUMONIA
 Menurut buku pneumonia komuniti, pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia yang dikeluarkan perhimpunan dokter
paru idnonesia, 2003 menyebutkan tiga klasifikasi pneumonia .
Berdasarkan klinis dan epidemiologis
 Pneumonia komuniti

 Pneumonia nasokomial

 Pneumonia aspirasi

 Pneumonia pada penderita immunocompromised

Berdasarkan penyebabnya
 Pneumonia bakteri/ tipikal

 Pneumonia akibat virus

 Pneumonia jamur

Berdasarkan predileksi infeksi


 Menurut wong

 Pneumonia lobaris

 Pneumonia bronkopneumonia

 Pneumonia intertisial

 Pneumonia adalah inflamasi akut local paru tanpa toksemia yang berkaitan dengan pneumonia lobaris
MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala berupa :
 Batuk nonproduktif

 Ingus ( nasal discharge)

 Sura napas lemah

 Retraksi interocosta

 Penggunaan otot bantu napas

 Demam

 Ronchi

 Cyanosis

 Thorak photo menunjukkan infiltrasi melebar

 Batuk

 Sakit kepala

 Sesak napas

 Menggigil

 Berkeringat

 Lelah
PATOFISIOLOGI
 System pertahanan terganggu menyebabkan virus masuk kedalam tubuh setelah m
enghirup kerosin atau inhalasi gas yang mengiritasi. Mekanisme pertahanan l
anjut berupa sekresi ig A local dan respon inflamasi yang diperantari leuko
sit, komplemen, sitokin, immunoglobulin, makrofag alveolar, dan imunitas ya
ng diperantarai sel. Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di
atas terganggu, atau bila virulensi organism bertambah. Ketika mikroorganis
me penyebab pneumonia berkembang biak, mikroorganisme tersebut mengeluarkan
toksin yang mengakibatkahn peradangan pada parenkim paru yang dapat menyeba
bkan kerusakan pada membrane mucus alveolus. Invasi bakteri ke parenkim par
u menimbulkan konsolidasi eksudatif jaringan ikat paru yang bisa lobular (b
ronchopneumonia ), lobar, atau intersisial.
KOMPLIKASI
 Menurut Elizabeth (2009)
 Sianosis merupakan warna kulit membrane mukosa kebiruan atau pucat kare
na kandungan oksigen yang rendah dalam darah
 Hipoksemia merupakan penurunan tekanan persial oksigen dalam darah, kad
ang- kadang khusus sebagai kurang dari yang tanpa spesifikasi lebih la
njut , akan mencakup baik konsentrasi oksigen terlarut dan oksigen yang
terikat pada hemoglobin.
 Bronkaltasis merupakan kelainan morfologi yang terdiri dari pelebaran b
ronkus yang abnormal dan menetap disebabkan kerusakan komponen elastic
danmuskular dinding brokus.
 Atelektasis ( pengembangan paru yang tidak sempurna/ bagian paru- paru
yang diserang tidak mengandung udara dan kolaps). Terjadi akibat penump
ukan secret.
 Meningitis terjadi karena adanya infeksi fari cairan yang mengililingi
otak dan sumsum tulang belakang.
ANALISA DATA
Data Penyebab Masalah
DS : - Pasein mengatakan sesak Hambatan upaya nafas pola nafas tidak efektif
nafas,(dispnea) (kelemahan otot pernafasan
- Pasien mengatakan tidak
nyaman saat bernafas ketika
berbaring

DO : - Pasien tampak lemah


- Tampak. Sekret berwarna
putih
- Pasien menggunakan alat
bantu pernafasan (tabung dan
regulator oksigen)
- Pasien peranafasannya cubing
hidung
- Tekanan inspirasi menurun
DS : - Pasien mengatakan Gangguan pola tidur Keletihan
badannya lemah
- Pasien mengatakan tidak
mempunyai energi walaupun
sudah tidur
- Pasien mengeluh lelah
- Pasien mengatakan kurang
bertenaga

DO : - Pasien tampak lemah


aktifitas sebagian dibantu
kelauarganya Kurangnya informasi tentang
-Pasien tampak lesu penyakit
- Pasien terlihat berbaring
ditempat tidur
- Pasien tidak mampu
mempertahankan aktivitas rutin.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dx Luaran Intervensi
1. Pola nafas tidak efektif b.d Setelah dilakukan asuhan - Identifikasi dan mengelola jalan
hambatan upaya nafas keperawatan selama 1x 24 jam nafas
(kelemahan otot pernafasan) diharapkan hasil dengan kriteria : -Monitor adanya retensi sputum -
- Penggunaan otot bantu nafas Monitor pola nafas,
menurun (5) - Pemanjangan fase frekuensi,kedalaman, dan usaha
ekspirasi menurun(5) - Frekuensi nafas - Monitor sputum, (warna)
nafas membaik (5) - Tekanan - Atur posisi semifowler - Berikan
ekspirasi meningkat (5) - minum hangat - Berikan oksigen -
Wheezing menurun (5) - Gelisah Ajarkan tehnik batuk efektif -
menurun (5) - Frekuensi nafas Kolaborasi pemberian
membaik (5) ekspektoran

Setelah dilakukan asuhan - Identifikasi gangguan fungsi


2. Keletihan yang berhungan keperawatan selama 1x 24 jam tubuh yang mengakibatkan
gangguan pola tidur diharapkan hasil dengan kriteria : kelelahan - Anjurkan melakukan
- Verbalisasi kepulihan energy aktifitas secara bertahap - Monitor
meningkat (5) - Tenaga kelelahan fisik dan emosional -
meningkat (5) - Kemampuan Monitor pola dan jam tidur -
melakukan aktifitas rutin Lakukan latihan tentang gerak
meningkat (5) - Verbalisasi lelah pasif dan aktif - Ajarkan strategi
menurun (5) - Lesu menurun (5) - koping untuk mengurangi
Pola nafas membaik (5) - Gelisah kelelahan - Kalaborasi dengan
menurun (5) ahli gizi.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Tanggal /jam Implementasi TTD perawat
1 15 januari 2020 Jam 09.40 Menidentifikasi dan mengelola jalan
nafas
- Memoonitor adanya retensi sputum
- Memoonitor pola nafas,
frekuensi,kedalaman, dan usaha nafas
- Memoonitor sputum, (warna)
- Atur posisi semifowler
-Memberikan minum hangat
- Memberikan oksigen
- Mengajarkan tehnik batuk efektif -
Kolaborasi pemberian ekspektoran

-Mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh


yang mengakibatkan kelelahan
- Menganjurkan melakukan aktifitas
secara bertahap
2 16 januari 2020 Jam 18.20 - Memonitor kelelahan fisik dan
emosional
- Memonitor pola dan jam tidur
- Melakukan latihan tentang gerak pasif
dan aktif
-Mengajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
- Kalaborasi dengan ahli gizi
EVALUASI
No Evaluasi TTD
1 S : pasien mengatakan sesak nafas sedikit berkurang
O : pasien masih menggunakan oksigen nasal kanul
17/01/20 A : masalah teratasi sebagian

Indikator Awal Akhir Tujuan


Penggunaan otot bantu 3 4 5
nafas
Pemanjangan fase 3 4 5
ekspirasi
Frekuensi nafas 3 5 5
Gelisah 3 4 5

P:
- Melakukan intervensi kembali bila masalah timbul kembali
- Memganjurkan pasien untuk nafas dalam secara perlahan
- Meletakkan satu tangan di dada dan satu tangan di perut
2 S: pasien mengeluh badan masih terasa lemas tidak memiliki
tenaga pada seluruh tubuhnya dan mudah lelah, badan terasa
19/01/20 .lemass saat beraktivitas berat
O: KU pasien lemah Klien ADL sebagian di bantu keluarga
Aktivitas klien terbatas hanya tirah baring Denyut nadi
:Teratur 60 x/menit, tekanan darah: 130/90 mmHg(berbaring)
Klien terlihat tidak kelelahan setelah
beraktivitas meski sebentar
A: Masalah Intoleransi Aktivitas belum teratasi

Indikator Awal Ak tujuan


hir
Ferbalisasi kepulihan 3 4 5
energy
Tenaga saat beraktivitas 3 4 5
Verbalisasi lelah 3 4 5
Pola nafas 3 4 5
.P:Lanjutkan intervensi
PERAWATAN PALIATIF

1. Gangguan pola nafas tidak efektif


Anjurkan pasien napas dalam melalui hidung
selama 4 detik, ditahan selama 2 detik, ke
mudian keluarkan dari mulut dengan bibir m
encucu (dibulatkan) selama 8 detik - Anjur
kan mengulangi tarik napas dalam hingga 3
kali,
memposisikan semi-Fowler, memberikan minu
m hangat, memberikan oksigen.
2. Gangguan pola tidur
Kualitas tidur yang buruk pada pasien pneumonia dapa
t berdampak pada perubahan faktor psikologis, sistem
endokrin, sistem pernafasan, dan sistem kardiovaskul
ar dan juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Menganjurkan pasien tidur, walaupun dengan waktu yan
g singkat tetapi sering, dan memberi tahu ke pada pa
sien bawah jika kita kurang tidur bisa membuat tubuh
kita lemas atau letih. Dan membuat timbulnya emosi y
ang tidak ke kontrol. Dan memberikan edukasi tentang
pentingnya tidur (istirahat) untuk penderita pneumon
ia agar tubuhnya tidak sering lemah atau letih
3. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit
Kita sebagai perawat memberikan Edukasi tentan
g penyakit , misalnya penyakit pneumonia ini ,
karena orang yang menderita pneumonia ini muda
h letih ,lemas dan gangguan pola pernapasan, j
adi kita menjelaskan bawah seseorang yang terk
ena pneumonia ini mudah letih jadi sebaiknya b
agi penderita pengurangi aktivitas yang membua
t tubuh cepat lelah, dan memberikan edukasi te
ntang penyakit lainnya yang berhubungan dengan
penyakit pneumonia ini
4. Memberikan dukungan kepada pasien
Pasien pneumonia di fase terminal,sudah pasrah dam
merasa bawahnya waktunya dia meninggal sudah dekat
terkadang pasien sudah tidak teratur lagi minum oba
t dan tidak patuh lagi akan Penaganan yang di berik
an, jadi kita sebagai perawat memberikan dukungan d
an semangat, walaupun hitungan medis pasien sudah t
idak lama lagi. Agar di akhir akhir hidupnya pasien
tidak merasa bawahnya dirinya ini sudah tidak mampu
lagi, dan memberikan penanganan yang berkualitas di
akhir hidupnya.
THANK YOU
😉

Anda mungkin juga menyukai