Anda di halaman 1dari 51

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN

T
B
C
Ni Luh Widani
Kasus - 1
• Seorang perempuan usia 38 tahun dirawat di unit PD. TD: 110/70
mmHg, N: 100x/mt, S: 36oC, P: 38x/mt. TB: 158 cm, BB: 32 kg
dg diagnosa: cor pulmonal ec destroy lung, TB paru relaps susp MDR-
TB
• Hasil : EKG: SR, QRS rate 100x/mt, P Pulmonal (+), RVH (-), LVH (-)

• Lab: albumin: 3.1; AGD: pH: 7.2; PCO2 63; PO2 89; HCO3 95

• Thorak foto Kesan:


– Proses spesifik lama aktif ke dua paru dengan:
– multiple bula besar di paru kiri
– konsolidasi paru kiri, susp. Atelektasis
– susp. Effuse pleura kiri
– emphysema pada kedua paru
PENATALAKSANAAN MEDIS
Terapi O2 nasal canul 3-4 l/mt
Pembatasan cairan 600 cc/hari
Rifampicin 1x450 mg (pagi ac)
INH : 1x300 mg (sore pc)
B6 3x1
k/p paracetamol
Azitromicin 1x500 mg (pagi)
Ambrosol 3x10 cc
Spironolakton 1x25 mg (pagi)
Domer 2x1, KRS 2x1
Lasix 1x2 ampul (pk 06)
Cefriaxone 1x2 gr. (pk 06)
Infuse : 500 NaCl 0,9% + Aminophiline 1,5 ampul dalam 24 jam.
Inhalasi : Bisolvone : NaCl 0,9%: ventoline = 1:1:1 cc
• Pengkajian Data Fokus
• Masalah keperawatan utama
• Perencanaan pulang
Insiden
WHO Global Tuberculosis Report (2017)
melaporkan Indonesia menempati posisi ke-2
dengan beban Tuberculosis (TB) tertinggi di dunia
setelah India.

Data dari Kemenkes RI (2018) mencatat jumlah


kasus TB semua tipe di Indonesia tahun 2017
sebanyak 360.770.
2018 (kemenkes)
Angka TBC di Indonesia berdasarkan mikroskopik sebanyak 759 per100 ribu
penduduk untuk usia 15 tahun ke atas dengan jumlah laki-laki lebih tinggi
daripada perempuan, dan jumlah di perkotaan lebih tinggi daripada di
pedesaan.
Definisi
• Penyakit tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit
infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Mikobakterium tuberkulosa.
• Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan
asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan
Asam (BTA).
• Tuberkulosis (TB) dapat menyerang berbagai organ
tubuh selain paru-paru, mis. Otak, usus, kelenjar,
tulang, gluteus.
Pasien dg infeksi mycobacterium TB 🡪 laten TB
atau penyakit TB
JENIS TB

Study yang dilakukan oleh Englia (2014)


di RS Immanuel Bandung, dari 328
sample penderita TB didapatkan:
78,04% TB paru,
21,96% TB diluar paru yaitu
TB kelenjar 37,5%,
TB usus 11,11%,
TB Efusi 16,66%,
TB abdomen 13,8%.
Etiologi

Karakteristik MTB:
1.Ukuran kecil, pertumbuhan lambat, hidup
hanya pd manusia (tidak ditemukan pd
binatang/serangga).
2.Bakteri aerob 🡪 butuh O2 untuk bertahan
hidup
Tingkatan Risiko meliputi:

• 1) Risiko terpapar,
• 2) Risiko terinfkesi,
• 3) risiko berkembang infeksi aktif,
• 4) risiko berkembang: MDR-TB, dan
• 5) risiko kematian.
Risiko terinfkesi

Tergantung pada:
• Banyaknya Mycobacteria terhirup.
• Lamanya exposure.
• Ketahanan bacilli.
• ketahanan sistim imun seseorang
Penyebaran infeksi
Droplet saat: Resti:
Batuk, bersin, -Pas CA dg th/kemo
Penderita bicara -HIV +
No-TB -DM
-Or Tua
-Anak < 2th

Infeksi MTB

Sist. Immun tdk dpt menghentikan


pertumbuhan dan penyebaran pasca
terinfeksi
Bakteri yg aktiv 🡪 multiplikasi dan merusak jaringan

TANDA DAN GEJALA


Test diagnostik

1. Sputum
2. X-ray 🡪 old scars
3. Tuberculin
4. PAP TB, PCR TB

TB Milliary
Kriteria Diagnosis

1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik


a. Tanda-tanda infiltrat (redup, bronchial, ronkhi basah).
b. Tanda-tanda penarikan paru, diafragma, dan mediastinum.
c. Secret di saluran nafas dan ronkhi.

2. Laboratorium darah rutin (LED normal atau meningkat, limfositosis)


3. Foto toraks PA dan lateral. yang menunjang diagnosis TB yaitu:
a. Bayangan lesi dilapangan atas paru atau segmen apical lobus
bawah.
b. Bayangan berawan (patchy) atau berbercak (nodular).
c. Adanya kavitas, tunggal, atau ganda.
d. Kelainan bilateral, terutama di lapangan atas paru.
e. Adanya kalsifikasi.
f. Bayangn menetap pada foto ulang beberapa minggu
kemudian.
g. Bayangan milier.
Pulmonary TB typically affects the upper
zones of the lung
4. Pemeriksaan Sputum BTA
memastikan diagnosis TB paru, tidak sensitive karena 30-70%
pasien TB yang tidak dapat didiagnosis

5. Tes PAP (peroksidase anti peroksidase)


uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen
imunoperoksidase staining untuk menentukan adanya IgG
spesifik terhadap basil TB.

6. Tes Mantoux/Tuberkulin

7. Teknik Polymerase Chain Reaction / PCR TB


Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam
berbagai tahap sehingga dapat mendeteksi meskipun hanya
ada1 mikroorganisme dalam specimen. Selain itu teknik PCR ini
juga dapat mendeteksi adanya resistensi.
TEST TUBERKULIN / PPD test

• reaksi <5 mm : negatif


• 5-9 mm :positive (+)
• 10-19 mm :positive (++)
• >20 mm : positive (+++)
A positive tuberculin skin test indicates

✔ tuberculous infection, with or without disease


Tes tuberkulin positif, mempunyai arti :

1.Pernah mendapat infeksi basil tuberkulosis


yang tidak berkembang menjadi penyakit.
2.Menderita tuberkulosis yang masih aktif
3.Menderita TBC yang sudah sembuh
4.Pernah mendapatkan vaksinasi BCG
5.Adanya reaksi silang (“cross reaction”) karena
infeksi mikrobakterium atipik
TB lidah
25 male African. Expanding non painful lesion in neck - Cervical lymph
node TB progressing to abscess (beware deep extension – collar stud
abscess)
The physical appearance – Potts disease of spine -
gibbus
35 female African – systemically well - hand and foot lesions
present for 6 months – MTB grown on biopsy by plastic surgeons
(HIV neg)
miliary TB on MRI scan
tuberclomas on CT scan
Renal tuberculosis (may have few or no symptoms)
leading to autonephrectomy
miliary tuberculosis
Pada tahun 1974 American Thoracic Society memberikan
klasifikasi baru yang diambil dari klasifikasi kesehatan
masyarakat .

1. Kategori O: tidak pernah terpapar, dan tidak terinfeksi.


Riwayat kontak negatif, test tuberculin negatif.
2. Kategori I: terpapar tuberculosis, tetapi tidak terbukti
terinfeksi. Riwayat kontak positif, test tuberculin
negatif.
3. Kategori II: terinfeksi tuberculosis, tapi tidak sakit. Test
tuberculin positif, radiologis dan sputum negatif.
4. Kategori III: terinfeksi tuberculosis dan sakit.
Di Indonesia klasifikasi yang dipakai adalah:
1. Tuberculosis paru
2. Bekas tuberculosis paru
3. Tuberculosis paru tersangka, yang terbagi
dalam:
• Tuberculosis paru tersangka yang diobati.
Disini sputum BTA negatif, tapi tanda-tanda
lain positif.
• Tuberculosis paru tersangka yang tidak
diobati. Disini sputum BTA negatif dan tanda-
tanda lain juga meragukan.
Penatalaksanaan
• Visi 🡪 Dunia bebas TB
• Tujuan 🡪 MDGs : mengurangi secara global
kejadian TB di tahun 2015
• Target:
2015🡪 mengurangi prevalensi dan kematian
oleh TB 50% dari kejadian th 1990.
2020 🡪 eleminasi TB dari masalah kesehatan
dunia
WHO 2012
ELIMINASI TB
WHO dan Indonesia yang bertujuan untuk mengeleminasi
epidemi TB secara global pada tahun 2030.
Ada tiga indikator terkait target tersebut yaitu
1) jumlah kematian TB pertahun,
2) insiden TB pertahun, dan
3) % dampak rumah tangga yang mengalami TB.

Target tahun 2030 adalah pengurangan 90% kematian


karena TB dan pengurangan 80% kejadian TB dibandingkan
dengan tahun 2015.

Target dalam waktu dekat yaitu di tahun 2020 yaitu


pengurangan 35% kematian akibat TB dan pegurangan 20%
kejadian TB dibandingkan dengan tahun 2015 (WHO,2017).
Peraturan Mentri Kesehatan RI No 67 tahun 2016 tentang
penanggulangan Tuberkulosis, bab 2 pasal 5 menyatakan
Strategi nasional Penanggulangan TB terdiri atas:
1) penguatan kepemimpinan program TB,
2) peningkatan akses layanan TB yang bermutu,
3) pengendalian faktor risiko TB,
4) peningkatan kemitraan TB,
5) peningkatan kemandirian masyarakat dalam
Penanggulangan TB; dan
6) penguatan manajemen program TB.
Melalui
• Memberikan pelayanan yg berkualitas
terhadap seluruh klien dengan TB
• Mengurangi dampak sos-ek akibat TB
• Melindungi masyarakat dari TB, TB/HIV dan
MDR TB
• Meningkatkan dan mendukung individu dalam
pencegahan, perawatan dan kontrol TB.

WHO 2012
Penatalaksanaan
Pengobatan lama karena:
MTB ada 4 tahap:
• Tipe A 🡪 aktif tanpa kapsul
• Tipe B 🡪 aktif tanpa kapsul dan doman
• Tipe C 🡪 Dorman
• Tipe D 🡪 dorman penuh (3 bulan)

Pengobatan
lapis 1 🡪 pd tipe A dan B 🡪 selama 2 bulan
Lapis 2 🡪 pd tipe C 🡪 untuk 4-5 bl
Tipe D tdk mati dg AB 🡪 relaps dan diinaktif dg daya tahan tb.
Lama pengobatan

TB kelenjar 🡪 8 bulan
TB + HIV 🡪 12 bl
Drop out 🡪 > pd bl ke-3 karena pasien merasa
sudah sembuh
Problems of TB therapy
• Toxicity e.g. liver
• Multiple therapy
• Prolonged treatment
• Drug interactions e.g. anti HIV drugs

– Pengobatan tdk akan berjalan bila tidak dikerjakan

– DOTS (Directly Observed Therapy) if:


• Kurang patuh
• MDRTB
• First-line medicines include
Isoniazid, rifampin,
pyraziniamide, ethambutal

• Second-line medicines include


streptomycine, para-amino-salicylic
acid,kanamycin, amikacin and ects.
Retreatment of Tuberculosis

• Surgical Intervention :cavity,


Tuberculoma, empyema, severe
hemoptysis, ects.
Jenis obat yang dipakai :

1. Obat primer Obat sekunder


a. Isoniazid a. Etionamid
b. Protionamid
b.Rifampisin c. Sikloserin
c. Pirazinamid d. Kanamisin
d. Etambutol e. P.A.S. (Para Amino Salicylic
Acid)
e. Streptomisin f. Tiasetazon
g. Viomisin
h. Kapreomisin
• Setelah diketemukannya Rifampisin maka
paduan obat menjadi: INH + Rifampisin +
Streptomisin atau Etambutol setiap hari (fase
initial) dan diteruskan dengan INH +
Rifampisin atau Etambutol (fase lanjut)
• Paduan ini berkembang menjadi terapi
jangka pendek, dimana diberikan INH +
Rifampisin +Streptomisin atau Etambutol atau
Pirazinamid (Z) setiap hari sebagai fase initial
selama 1-2 bulan dilanjutkan dengan INH +
Rifampisin atau Etambutol atau Streptomisin
2-3 kali seminggu selama 4-7 bulan, sehingga
lama pengobatan keseluruhan menjadi 6-9
bulan.
Dengan pemberian terapi jangka pendek akan didapat
beberapa keuntungan seperti :
1. Waktu pengobatan lebih dipersingkat.
2. Biaya keseluruhan untuk pengobatan menjadi
lebih hemat dan efisien.
3. Jumlah penderita yang membangkang menjadi
berkurang.
4. Tenaga pengawas pengobatan menjadi lebih
hemat dan efisien.
Departemen Kesehatan R.I. dalam rangka program
pemberantasan penyakit tuberculosis paru lebih
menganjurkan terapi jangka pendek dengan perpaduan
obat HRE/5 H2R2(Isoniazid + Rifampisin + Etambutol
setiap hari selama satu bulan, dan dilanjutkan dengan
Isoniazid + Rifampisin 2 kali seminggu selama 5 bulan)
complications

■ Pneumothorax
■ Bronchiectasis
■ Empyema
■ Extrapulmonary expansion
■ Hemoptysis
■ Chronic pulmonary heart disease
Pengkajian
1. Pola persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan🡪 riwayat
penyakit dahulu: DM,TB, penyakit TB dalam keluarga, pekerjaan,
geografi, kebiasaan sehari-hari.
2. Pola nutrisi-metabolik 🡪 demam, penurunan BB, banyak
berkeringat, mual, tidak nafsu makan
3. Pol eleminasi 🡪 warna urine, jumlah
4. Pola aktivitas dan latihan 🡪 sesak nafas, batuk, mudah lelah
5. Pola persepsi – kognitif 🡪 nyeri dada, penyetahuan ttg sakit
6. Pola tidur –istirahat 🡪 terganggu karena batuk
7. Pola koping mekanisme thg stress 🡪 stress– merokok?
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas b/d kerusakan membran oleh MTB
2. Ketidakefektipan pola nafas b/d penurunan volume paru,
meningkatnya metabolisme akibat demam, sering batuk dan
hemoptysis.
3. Ketidakefektipan bersihan jalan nafas b/d adanya sekret pada
saluran pernafasan ditandai dg sektret purulen, batuk produktif atau
mungkin non produktif
4. Ketidakefektipan regimen terapetik b/d kurang pengetahuan ttg
penyakit, pengobatan lama, follow-up care tidak edekuat.
5. Intolerasi beraktivitas
6. Nutrisi kurang dari kebutuhan

Anda mungkin juga menyukai