Anda di halaman 1dari 12

PEMBARUAN DALAM

PEMBELAJARAN DI SD
MODUL 3
PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF GLOBALISASI DAN DESENTRALISASI
KEGIATAN BELAJAR 1
PENGERTIAN GLOBALISASI DAN DESENTRALISASI

A. MAKNA DAN DINAMIKA GLOBALISASI


Globalisasi bukanlah fenomena yang datang dengan tiba-tiba. Theodore Levitt meramalkan pertama kali
pada tahun l985. Ia mengamati pesatnya perubahan dalam tatanan ekonomi, keuangan terutama yang
berkaitan dengan sektor produksi, konsumsi dan investasi.
Kemajuan di bidang teknologi produksi, dan inovasi yang pesat terutama dalam bidang komunikasi dan
transportasi mempermudah negara-negara maju untuk memperkenalkan sistem ekonomi mereka ke
negara ketiga atau berkembang. Peran negara dalam ekonomi meluntur, sebaliknya privatisasi dalam
banyak bidang lebih banyak terjadi.
Globalisasi pada awalnya bergandengan dengan perubahan yang besar dalam bidang ekonomi dan
keuangan. Akan tetapi perubahan ekonomi inipun pada akhirnya menuntut perubahan yang juga cukup
besar dalam pendidikan.
B. PRO DAN KONTRA TERHADAP GLOBALISASI
Globalisasi menyingkirkan isolasi, membuka peluang untuk terjadinya pertukaran gagasan, teknologi dan
sumber daya. Namun, globalisasi, dapat juga tergelincir menjadi kekuasaan bagi yang kuat untuk
mengendalikan yang lemah. Suatu negara dituntut untuk memperkuat dirinya melalui berbagai program
pemberdayaan, namun pada waktu yang sama harus menuruti kaidah-kaidah yang terkandung dalam
globalisasi, antara lain pemerintah yang demokratis, terbuka dan mendorong lahirnya peran swasta yang
kuat.
C. MAKNA DAN DINAMIKA DESENTRALISASI
Desentralisasi yang sehat jika diberikan muatan makna interdependensi, yaitu saling tergantung dan saling
isi mengisi karena keyakinan setiap orang, setiap pihak masing-masing mempunyai kekuatan dan
kelemahan. Sebaliknya desentralisasi menjadi sakit jika diberikan muatan makna independensi atau
kebebasan untuk membuat keputusan dan mengambil tindakan tanpa dicampuri atau memperhatikan
kepentingan pihak lain, seolah-olah segala-galanya dapat diselesaikan sendiri.
KEGIATAN BELAJAR 2
IMPLIKASI GLOBALISASI DAN DESENTRALISASI TERHADAP PENDIDIKAN

A. KRONOLOGIS PEMBARUAN PENDIDIKAN


Pembaruan pendidikan yang kita saksikan saat ini bermula hanya untuk melayani tuntutan segelintir orang dari lapisan
masyarakat yang tertentu (individual), sampai melayani segenap warga penghuni planet bumi (global).
B. TANTANGAN BAGI PENDIDIKAN
Pendidikan di era global harus berisikan isu yang merupakan agenda global pendidikan. Isu itu terutama yang menyangkut hak
asasi manusia, lingkungan, hak dan perlindungan anak, hak kaum wanita, kesehatan, kemakmuran, perdamaian, toleransi,
harmoni, keberagaman. Oleh karena itu, basis pendidikan bukan lagi di atas basis yang berkarakter pendidikan semata-mata.
Namun perlu dikembangkan dengan basis yang luas, yang memperhatikan dan memasukkan berbagai aspek kehidupan dalam
proses pembelajaran. Pada saat itu pulalah, tuntutan terhadap pembaruan pembelajaran menjadi sesuatu yang irreversible,
sesuatu yang tidak
terelakkan.
C. PEMBARUAN PENDIDIKAN PADA TINGKAT MAKRO
Globalisasi menuntut para pendidik dan semua pihak yang berkepentingan untuk ikut serta secara aktif. Itu pula pendidikan
milenium ini dan yang akan datang disebut juga community based education. Keyakinan yang menggarisbawahi pendidikan
globalisasi adalah mendorong masyarakat khususnya generasi muda untuk membangun knowledge society, yaitu masyarakat
yang berbasis IPTEK, yang yakin bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi jauh lebih penting daripada sumber alam walau
semelimpah apa pun juga.
E. REFORMASI
Pendidikan hanya akan mencapai hasil yang layak untuk
kepentingan bangsa jika bangsa dan pemerintah di negara itu sadar betul
bahwa pendidikan adalah investasi yang utama, yang keutamaannya
melebihi bidang lainnya. Oleh karena itu, tataran politik, ekonomi,
keuangan, sosial dan budaya haruslah secara synergic mendukung
pembaruan pendidikan. 
F. PEMBARUAN PENDIDIKAN PADA TINGKAT MIKRO
• Prinsip yang menggarisbawahi pembaruan pembelajaran
• Gambaran sekolah pada masa mendatang
• Riset tentang pembelajaran yang efektif
• Sekolah yang efektif dan berkembang
• Ciri-ciri pembelajaran yang disarankan
G. MENGENAL ANAK DIDIK
• Tes diri untuk merefleksikan strategi pembelajaran yang cocok pada saat pembelajaran berlangsung.
• Gaya belajar
• Melihat kasus
MODUL 4
PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA
KEGIATAN BELAJAR 1
PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA: PENGERTIAN

Pada dasarnya sekolah merupakan tempat kebudayaan karena proses belajar merupakan proses
pembudayaan yakni untuk pencapaian akademik siswa, untuk membudayakan sikap, pengetahuan,
keterampilan dan tradisi yang ada dalam suatu komunitas budaya.
Budaya adalah pola untuk perilaku manusia dan produk yang dihasilkannya membawa pola pikir, pola
lisan, pola aksi, artifak dansangat tergantung pada kemampuan seseorang untuk belajar dan menyampaikan
pengetahuannya kepada generasi berikutnya.
A. PROSES PEMBUDAYAAN
Proses pembelajaran budaya terjadi dalam bentuk pewarisan tradisi budaya dari satu generasi kepada
generasi berikutnya. Pewarisan tradisi budaya dikenal sebagai proses enkulturasi, sedangkan adopsi budaya
dikenal dengan proses akulturasi. Kedua proses ini berujung pada pembentukan budaya dalam suatu
komunitas. Pendidikan merupakan proses pembudayaan, proses pembelajaran di sekolah merupakan proses
pembudayaan formal atau proses akulturasi; maka pada saat yang bersamaan pendidikan merupakan alat
untuk konservasi budaya, transmisi budaya dan adopsi budaya serta pelestarian budaya.
B. PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA
Pembelajaran berbasis budaya merupakan strategi penciptaan lingkungan belajar dan perancangan
pengalaman belajar yang mengintegrasikan budaya sebagai bagian dari proses pembelajaran. Dalam
pembelajaran berbasis budaya, budaya menjadi sebuah metode bagi siswa untuk mentransformasikan
hasil observasi mereka ke dalam bentuk-bentuk dan prinsip-prinsip yang kreatif tentang alam sehingga
peran siswa bukan sekadar meniru atau menerima saja informasi, tetapi berperan sebagai penciptaan
makna, pemahaman dan arti dari informasi yang diperolehnya.

Pembelajaran berbasis budaya dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :


• Belajar tentang Budaya
• Belajar dengan Budaya
• Belajar melalui Budaya
C. LANDASAN TEORI PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA
Brooks & Brooks (1993) menyatakan bahwa pembelajaran konstruktivis bercirikan:
• tidak terpaku pada proses mempelajari materi sebagaimana tercantum
dalam kurikulum, tetapi memungkinkan proses pembelajaran berfokus
pada ide atau gagasan yang bersifat umum/makro (big
concept/idea/picture) berdasarkan konteks kehidupan siswa;
• proses belajar merupakan milik siswa sehingga siswa sangat diberi
keleluasaan untuk menuruti minat dan rasa ingin tahunya, untuk
membuat keterkaitan antarkonsep/ide, untuk mereformulasikan ide dan
gagasan, serta untuk mencapai suatu kesimpulan yang unik, dan
• mempercayai adanya beragam perspektif yang berbeda-beda, dan
kebenaran merupakan suatu hasil interpretasi makna (meaning making)

Brooks & Brooks percaya bahwa dengan guru mengintegrasikan ketiga


hal tersebut dalam pembelajaran berbasis budaya maka guru mampu
menciptakan pembelajaran berbasis budaya yang konstruktivis, yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menciptakan makna dan
mencapai pemahaman terpadu atas informasi keilmuan yang diperolehnya,
serta penerapan informasi keilmuan tersebut untuk konteks permasalahan
dalam komunitas budayanya.
D. PERUBAHAN BUDAYA PEMBELAJARAN
• Proses belajar dalam pembelajaran berbasis budaya difokuskan pada strategi atau cara agar siswa
dapat:
• melihat keterhubungan antara konsep/prinsip dalam bidang ilmunya, dengan budaya dalam beragam
konteks yang baru.
• memperoleh pemahaman terpadu tentang bidang ilmu dan budaya sebagai landasan untuk berpikir
kritis;
• berpartisipasi aktif, senang, dan bangga untuk belajar bidang ilmu dalam belajar berbasis budaya;
KEGIATAN BELAJAR 2
MODEL DAN APLIKASI PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA

Pembelajaran berbasis budaya merupakan strategi pembelajaran yang berbeda dari strategi pembelajaran yang
berbasiskan materi bidang studi (content-based) yang biasa digunakan oleh guru di banyak sekolah. Ada empat hal yang harus
diperhatikan dalam pembelajaran berbasis budaya, yaitu :
A. SUBSTANSI (MATERI) DAN KOMPETENSI BIDANG ILMU
• Konsep dan prinsip dalam bidang ilmu.
• Pengetahuan tentang proses penemuan dan proses penyelesaian masalah dalam bidang ilmu.
• Pengetahuan tentang aturan main (rules of the game) yang
berlaku dalam bidang ilmu.
B. KEBERMAKNAAN DAN PROSES PEMBELAJARAN
• Tugas yang bermakna bersifat
• Interaksi aktif,
• a. pembelajaran melalui proyek;
• b. pembelajaran berbasis masalah.
• Penjelasan dan penerapan bidang ilmu secara kontekstual.
C. PENILAIAN HASIL BELAJAR
Beragam teknik dan alat ukur hasil belajar digunakan dalam pembelajaran berbasis budaya yang pada
dasarnya memiliki kelebihan dan kekurangan. Dalam upaya siswa untuk menunjukkan keberhasilan dalam
belajar dengan
penciptaan makna dan pemahaman terpadu, siswa dapat menggunakan beragam perwujudan; misalnya
poster, puisi, catatan harian, laporan ilmiah, tarian, lukisan, ukiran.
D. PERAN BUDAYA
Peran budaya dapat memberikan suasana baru yang menarik untuk mempelajari suatu bidang ilmu yang
dipadukan secara interaksi aktif dalam proses pembelajaran. 
E. APLIKASI PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA
Aplikasi pembelajaran berbasis budaya, diaplikasikan antara lain melalui berikut ini.
• Program SUAVE
• Etno matematika
• Pembelajaran Science, Environment, Technology and Society
(SETS
• Pembelajaran Inovatif IPA – TORAY
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai